Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

Saat terbangun, Ashera benar-benar terkejut melihat seorang pria bersamanya, memeluknya dengan mata terpejam dan tubuh polos.

"Sial!" makinya. "Kenapa aku lupa, bila malam ini aku telah kehilangan keperawananku karena pria ini?"

Ashera memaki diri sendiri karena dia melupakan malam panjangnya bersama Arion saat dia terbangun.

Bila bukan karena dering ponselnya, Ashera mungkin belum terbangun. Diliriknya benda pipih yang ada di samping kepalanya. Dia sangat enggan menjawab panggilan itu setelah mengetahui siapa yang menghubunginya.

Tidak ingin suara itu membangunkan pria di sampingnya, dengan terpaksa dia pun menggeser tombol jawab.

"Ashera, cepat keluar aku sudah menunggumu! Jangan sampai Arion bangun dan menyadarinya bila wanita yang bersamanya bukan aku!"

Ashera melihat ke samping, di mana pria tampan itu masih terlelap dengan damai.

"Iya," jawab Ashera tidak banyak berkata-kata, meski sebenarnya sangat marah dan kesal pada Aleysa.

Tubuh Ashera masih polos dan terasa lengket akibat dari permainan Arion semalam. Ashera juga tidak membersihkan tubuh setelah bercinta dengan Arion. Bukan karena malas, tapi karena Arion langsung memeluknya erat setelah pria itu mencapai puncaknya.

Ashera menarik pelan tubuhnya dan turun dari ranjang memunguti pakaiannya, lalu memakainya. Sekali lagi Ashera tidak sempat mandi karena Aleysa telah menunggunya dan dia juga tidak mau Arion bangun dan mengetahui siapa dirinya

"Kamu pria baik dan lembut, semoga kamu bahagia," ucap Ashera memandangi wajah tampan Arion sebelum dia pergi.

Asera meninggalkan kamar Arion dengan sangat hati-hati agar pria yang masih tidur itu tidak terbangun.

Di depan pintu sudah berdiri seorang wanita yang memiliki wajah hampir mirip dengannya, hanya rambut dan sorot mata yang membedakan mereka. Rambut Ashera lebih sedikit hitam kecoklatan dengan ujung sedikit ikal, sedangkan rambut wanita itu hitam dan lurus.

Warna mata mereka bila dilihat sekilas sama dan tidak berbeda, namun saat melihat dengan teliti dan dekat warna mata Aleysa lebih gelap dengan tatapan penuh keangkuhan, sedangkan mata Ashera lebih terlihat tenang dan sedikit coklat sama dengan warna rambutnya.

Tubuh Ashera pun lebih ramping dibanding Aleysa. Aleysa memiliki tubuh dengan dada yang padat berisi dan ukurannya lebih besar dari milik Ashera. Meski begitu, bukan berarti dua kembar Ashera tidak menarik. Ashera memiliki bentuk tubuh yang lebih ideal.

Mereka bukan kembar. Ashera dan Aleysa adalah adik dan kakak dengan jarak lahir satu tahun lebih tua Aleysa.

"Apa kamu sudah menyelesaikan tugasmu dengan baik?" tanya Aleysa dengan wajah angkuh memandang rendah Ashera.

"Sudah," jawab Ashera singkat.

"Bagus! Kalau begitu segera pergi dari sini sebelum ada yang melihatmu! ingat, Ashera! Jangan sampai Arion tahu tentang kamu dan aku atau kamu kehilangan ibumu!" peringatan Aleysa lebih pada mengancam Ashera.

"Bagaimana dengan uang yang kalian janjikan padaku?" tanya Ashera.

Sebenarnya Ashera ingin membahas tentang perkataan Aleysa mengenai ibunya. Ibu Ashera sama saja ibu Aleysa dan seharusnya Aleysa tidak melakukan hal itu, hanya saja Ashera melihat sikap cuek Aleysa, dia mengurungkan niatnya.

"Itu ...." jawab Aleysa sedikit menghindari tatapan Ashera. "Tanyakan saja pada ayah!" jawab Ashera siap membuka pintu.

"Aleysa, tidak seharusnya kamu melakukan hal ini. Pria itu kelihatannya baik dan mencintaimu," ucap Ashera menyesalkan apa yang telah dilakukan Aleysa pada Arion.

"Tidak usah ikut campur urusanku! Urus saja ibumu!" bentak Aleysa.

"Dia ibumu juga." Amarah Ashera hampir terpancing. Bila berhubungan dengan ibunya, perasaan Ashera tidak stabil.

Aleysa memutar tubuh menghadap penuh Ashera. Sorot matanya tajam menghunus. Dia tidak suka dengan perkataan Ashera.

"Ibuku ada di rumah. Dia bukan ibuku. Camkan itu!" Aleysa tidak mau mengakui ibunya.

Tanpa membiarkan Ashera kembali mengganggunya, Aleysa masuk kamar Arion dan meninggalkan Ashera dengan kesedihannya.

Baru juga Ashera hendak pergi, pintu kamar kembali terbuka dan Aleysa kembali mendekatinya.

"Ini, pakai ini dan jangan biarkan orang lain melihatmu berkeliaran atau semua yang telah kita lakukan sia-sia!" ucap Aleysa.

Aleysa menarik tangan Ashera, lalu meletakan topi dan kaca mata hitam pada telapak tangan Ashera yang dia paksa untuk terbuka. Aleysa juga tidak lupa menyampirkan jaket hitam pada pundak Ashera dan meminta adiknya itu untuk memakai agar identitasnya tidak terlihat oleh orang lain.

Aleysa sadar benar siapa Arion, tunangannya itu. Dia bukan orang biasa. Setiap berita sekecil apapun, pasti akan langsung tercium oleh awak media dan namanya akan segera menjadi viral. Aleysa juga tau bagaimana rupa dan wajahnya yang memiliki kemiripan dengan Ashera, adiknya.

Pertunangan mereka telah disiarkan sore tadi dan mereka telah mengadakan pesta, makanya saat pesta itu, Aleysa telah mencampurkan obat dalam minuman Arion sehingga pria itu sedikit teler hingga tidak mengenali wanita yang tidur bersamanya.

Bila awak media atau orang yang mengejar informasi tentang Arion mengetahui keberadaan Ashera yang memiliki wajah mirip dengannya, ini akan merusak citranya sebagai tunangan Arion. Yang jelas, Aleysa takut Arion mengetahui bila dia memiliki seorang adik yang memiliki wajah mirip dengannya.

Berpisah selama 20 tahun ternyata tidak membuat wajah keduanya mengalami perubahan untuk tidak mirip. Ikatan keluarga lebih kuat, meski tumbuh dalam lingkungan yang berbeda, ternyata lingkungan tidak memperngaruhi perkembangan wajah mereka juga.

Hidup di kota besar dan kota kecil hanya membuat sedikit perbedaan warna kulit mereka saja. Aleysa memiliki kulit putih mulus karena dia sering melakukan perawatan, sedangkan Ashera, dia juga memiliki kulit putih mulus, tapi lebih cenderung kuning langsat.

Ashera kembali merasa tidak memiliki harga sebagai seorang adik di mata Aleysa. Dia masih terdiam setelah Aleysa kembali meninggalkan dirinya.

Dengan menghela napas panjang, Ashera membuat dirinya sendiri sedikit lebih tenang. Dia pun segera mengenakan jaket dan topi yang diberikan oleh Aleysa. Tidak lupa mengenakan kacamata hitam untuk menyamarkan wajahnya.

Saat dia berjalan ke luar hotel, Ashera menghindar karena dari arah berbeda, dia melihat dua pria kekar berseragam serba hitam sedang berjalan ke arahnya, lebih tepat ke arah kamar Arion. Kamar di mana dia dan pria itu menghabiskan malam panjang dengan desah dan deru napas memburu. Kamar yang sekarang dihuni oleh Arion dan Aleysa, kakaknya.

Dua pria itu yang semalam dia lihat tengah berjaga di dekat pintu kamar Arion. Itu artinya, dua pria itu adalah orang-orang Arion.

"Ah, hampir saja," gumamnya merasa lega. "Aku harus cepat meninggalkan tempat ini dan menemui ibu. Dia pasti sangat mengkhawatirkan aku karena semalaman aku tidak menemaninya," ucap Ashera mengingat ibunya yang saat ini sedang dirawat di rumah sakit.

Ashera dengan cepat berjalan menuju jalan raya dan mencari taksi di sana. Beberapa menit dia menunggu, tidak satu pun taksi yang melintasinya. Ashera hampir putus asa, hingga akhirnya dia memutuskan untuk berjalan kaki menyeberang dan mencari taksi di jalan lain.

Saat berjalan, Ashera melintasi sebuah warung makan di pinggir jalan yang telah buka dini hari. Warung makan itu adalah warung nasi uduk. Ashera berpikir bila dia ingin membelikan nasi uduk untuk ibunya karena saat di kota kecil, ibunya itu senang makan nasi uduk.

Karena taksi tidak juga datang, Ashera jadi terlambat ke rumah sakit. Karena sudah sedikit siang, dia pun memutuskan untuk mampir sebentar di mini market dekat rumah sakit membeli air mineral untuk ibunya dan dia sendiri saat menemani ibunya.

"Ashera?"

Sebuah suara terdengar memanggilnya. Bukan, bukan memanggilnya. Suara itu lebih terdengar lirih seakan tidak percaya bila dia bertemu Ashera di tempat itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel