Bab 8. Yang di inginkan Mas Azka
Semuanya akhirnya terjadi seperti yang di inginkan Mas Azka
***
Cukuplah aku bertanya tanya, lebih baik aku bangun dan membuka tirai jendela.
Mulailah masuk sinar mentari yang cerah, begitu indah pemandangan dari kamar Tuan Azka ini.
Tapi saat aku berbalik, aku menemukan kamar yang berantakan dengan segudang alat alat komputer dan laptop yang berceceran.
"Tuan Azka gak pernah beres beres kamar kerjanya?" Gumamku.
"Mel" Panggil Tuan Azka sambil bangun dari baringnya.
"Tuan?"
"Tuan aja terus" cerocos tuan Azka meski dengan matanya yang masih sayu.
"Eheeehh? Mas?"
Seketika itu juga Tuan Azka mengangkat kepalanya menatapku di jendela. Lama ia menatapku seperti terpesona. Eehhh apa yang kau pesonakan dari diriku ini?
"Kamu cantik banget pagi pagi Mel" Pujinya.
"Hah?" Aku mendadak seperti tuli mendengarkan pujian seperti itu dari Tuan Azka.
"Cantik, kamu cantik Mel"
"Oohh hehehe" Aku hanya terkekeh.
Aku lihat Tuan Azka bangun dari tempat tidur kami tadi, dan pamit ke kamar mandinya. Aku pun pamit ke dapur beralasan untuk membuatkannya teh hangat di pagi hari.
Aku tentu langsung menyibukan diri di dapur. Semuanya aku siapkan dan tertata. Aku melirik jam di dinding baru menunjukan pukul 9 pagi, kemungkinan Nyonya Lisa akan kembali pukul 6 sore nanti.
Saat aku tengah berpikir dan menghitung, tiba tiba ada yang membantuku membalik goreng ikanku.
"Eeehh Tuan?" aku terkejut melihat ada Tuan Azka yang masih menggunakan handuknya berdiri di belakangku.
"Tuan lagi, Tuan lagi" omelnya.
"Tukarlah, kemarin kamu sudah panggil aku Mas"
"Oohhh iya yaa? Maaf Mas" aku tersipu.
Baiklah akanku panggil dia Mas.
Eeeiittsss tunggu? Mas Azka hanya menggunakan handuk? Heh! Mana celanamu Mas?
"M-Mas? Gak pake celana?" cicitku.
"Enggak." Sahutnya santai sambil menyeruput teh buatanku.
Aku ingin lanjut bertanya, tapi? Aku malulah. Ini celana yang tak di pakainya.
Aku hanya menggelengkan kepalaku.
"Ikan goreng, terus sayur mayur. Sambel buatanmu jangan ketinggalan yaa, aku suka sambel buatanmu Mel. Sambel yang di ulek 'kan?"
"Iya Mas. Tenang aja, nanti Melda buatkan" Janjiku sambil memberikan senyum manisku untuknya.
Mas Azka malah lebih tersenyum lebar dari pada senyumku, apa yang dia pikirkan coba?
"Aku bantu kupas bawang yaa"
Dan benar saja Tuan Azka membantuku mengupas bawang, lalu memilih cabai yang merah merah kesukaannya. Kami berdua kompak membuat sarapan di dapur
Tak hanya itu, Mas Azka juga membuatkanku susu hangat. Aku tak enak jika menolaknya, karena ini Tuan Azka yang membuatkan, akhirnya aku menyeruputnya sedikit demi sedikit.
Hingga akhirnya kami pun makan bersama. Mas Azka tampak sangat menikmati masakan kami tadi beberapa kali ia nambah, aku pun jadi senang melihatnya.
Hingga akhirnya tinggal membersihkan peralatan yang di pakai untuk memasak tadi. Kali ini lagi lagi Mas Azka tak membiarkan aku melakukannya sendiri. Ia membantuku hingga semua cucianku bersih.
"Aku jadi bertanya tanya aku di gaji, gaji buta'kah? Ini yang cucian Tuan Rumah" Cicitku.
"Hehehe, yaa gajinya karena temani aku aja. Semua ini kita kerjakan sama sama. Sekalian biar kita makin dekat, asik juga yaa rupanya kerjakan pekerjaan rumah."
"Heh? Pekerjaan Tuan di kamar tuh gimana?"
"Hari ini aku libur. Aku udah lapor ke Ownerku. Jadi aman aja. Besok dan besoknya lagi yaa gak ada libur deh"
"Oooohh susah juga yaa Mas"
"Iyaa kerjaanya cuma main komputer aja, main laptop aja. Aaaahhh begitulah. Makanya perlu teman" Mas Azka menyenggolku dengan bahunya.
Aku tersenyum menampakann deretan gigi putihku. "Aaaahh! Mumpung Tuan lagi libur, kita sekalian beresin kamar Mas itu yaa, aku liat berantakan banget. Alat alat laptopnya di mana mana, kabel kabelan apalagi. Gimana?" Tawarku.
"Ooohhhh boleh boleh"
"Tapi Mas, aku mandi dulu abis itu nanti aku nyusul ke kamar yaa"
"Mandi aja di kamarku. Apa susahnya. Bawa bajumu ke kamarku."
"Heeeeehhh? Itu bukannya kamar Mas sama Nyonya Lisa?"
"Bukan, itu khusus ruang kerjaku. Kadang kalau aku terlalu fokus kerja, aku lupa jam dan kadang udah subuh baru selesai. Dan kalau udah gitu Lisa udah kunci pintu kamar yang di sebelahnya. Aku gak bisa masuk deh. Jadi setelah itu, Lisa memutuskan untuk belikan juga ranjang di kamar kerjaku. Jadi kalau aku capek kerja yaa tinggal baring aja di ranjang itu."
"Ooohhh jadi kamar sebelah itu yaa kamar kalian berdua?"
"Ahaaa" Angguk Mas Azka.
Aku pun mangut mangut paham. Padahal kamar Nyonya Lisa itulah yang malam itu aku dan Mas Azka gunakan, astaga!
Aku memutuskan mandi dulu, setelah itu barulah aku menyusul Mas Azke ke atas.
Kulihat dia sudah menyediakan dia kardus besar.
Kami mulai mengumpulkan, aku bertanya dulu apakah itu masih layak di gunakan atau untuk di buang saja. Selesai semuanya di kumpulkan dan di sisihkan, aku mulai menyedot debu di karpet karpet yang ada.
"Gak usah di sedot debunya Mel, pasti banyak banget debunya itu, aku lupa udah berapa lama itu karpet bulu bulu, Udah ganti aja" usul Mas Azka.
Aku pun menggangguk mengiyakan. Mas Azka menggulungnya, saat di gulung barulah terlihat lebih banyak sampah dan debu yang tertinggal.
Ya ampun ini orang kaya tapi ruangan seperti ini tak di bersihkan.
"Tuan gak pernah bersih bersih gitu?" decitku.
"Iyaa enggak pernah" kekeh Mas Azka.
"Tapi mulai sekarang, ada Melda yang bakal menghuni kamar ini sama aku, jadi pasti bersih terus nih kamar. Aku dulu gak mau bersih bersih karena aku pikir, cuma aku aja yang masuk kamar ini. Jadi yaa biarlah sekotor apapun aku yang buat toh"
Lanjutnya
"Idih, kok Melda sih yang jadi penghuninya?"
"Iyaa, pokoknya aku gak mau tau. Melda harus di kamar ini. Nanti aku ganti bed covernya terus selimutnya, sama seprainya tirainya juga kita ganti yaa" Ajak Mas Azka.
Ini beneran kayak pengantin baru nikah kemarin terus nyewa rumah sendiri. Aku hanya mengiyakan saja apapun ajakannya, yang penting ajakannya masih aman.
Semuanya akhirnya terjadi seperti yang di inginkan Mas Azka. Semuanya di ganti tapi dengan warna yang aku inginkan, yaitu warna pink.
Mas Azka semangat karena aku setuju dan ia langsung memesan karpet, tirai, seprai, selimut, bed cover, bahkan beberapa hiasan kamar berwarna pink. Nuansanya sangat feminim.
Senyumku tak luntur luntur melihat barang barang yang di pesan Mas Azka. Ponsel Mas Azka melekat di tanganku, dan Mas Azka duduk di sampingku.
Jika ada barang yang sama sama kami suka, maka langsung di cek out Mas Azka.
Karena tokonya tak jauh dari perumahan elit ini, semua barang pesanan pun tiba dalam waktu 2 jam.
Aku dan Mas Azka mulai memasangnya bersama sama. 1 jam kemudian seisi kamar itu berubah 360 derajat. Yang awalnya suram dengan warna serba coklat kini berubah menjadi warna pink menyala. Lampu pun aku nyalakan dan jadilah kamar ini begitu indah.
"Waaaoowwww" Mas Azka seperti terpukau.
"Cantik Mas?" Tanyaku.
Mas Azka menoleh ke arahku, sepertinya yang menjadi pusat perhatiannya adalah keringat yang mengalir di daguku, buktinya keringatku langsung di sekanya dengan jempolnya.
"Cantik"
###
