Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4. Untuk adikku?

Aku keluar dari kamar tamu itu dengan penampilan yang miris, pintu kamar tamu rupanya sudah di buka dan aku bisa keluar dari sana dini hari. Aku tak menemukan bajuku yang di lempat Tuan Azka entah kemana.

Saat aku keluar Nyonya Lisa sedang menuruni anak tangga.

"Nyonya?!"

***

Tiba tiba Tuan Azka menghentikan lidahnya. Ia menatapku dengan sayu. Oh Tuhan aku ketakutan.

Apakah akan terjadi hal yang lebih mengerikan lagi?

Ternyata Tuan Azka malah berbaring di sampingku. Ia berbaring dengan rapi. Tak lupa ia menyempatkan untuk menyelimuti aku dan dirinya.

"Tidurlah Mel" ajaknya.

Aku tak menolak. Rasanya sudah aman dengan berhentinya aksi tuan Azka.

Pria itu sangat cepat terlelap dan dengkuran halusnya menyapu pendengaranku.

Aahhh tubuhku terasa lengket akan saliva yang di tinggalkan lidah Tuan Azka tadi. Tak terasa mataku terpejam juga karena berat kantuk.

Aku terbangun di jam yang sudah terstel di otakku. Pukul 5 dini hari aku sudah membuka mataku. Kulihat tangan Tuan Azka melingkar di atas perutku.

Padahal tangannya sangat kekar dan lebih besar dari pada lenganku. Berat rasanya.

Aku bangkit perlahan agar tak membangunkan pria ini. Aku takut jika ia terbangun ia malah meminta hal yang tidak tidak lagi.

Aku bergegas mencari baju baju yang di lempar Tuan Azka semalam. Tapi aku tak menemukan bajuku. Oh sial, masa aku harus keluar dalam kondisi tak berbusana.

Akhirnya aku keluar hanya menggunakan handuk dari ruang tamu.

penampilan yang miris, pintu kamar tamu rupanya sudah di buka dan aku bisa keluar dari sana dini hari. Aku tak menemukan bajuku yang di lempat Tuan Azka entah kemana.

Saat aku keluar Nyonya Lisa sedang menuruni anak tangga.

"Nyonya?!"

"Me-Melda?" Nyonya Lisa juga terlihat terkejut.

"Nyonya? Aku ... Kenapa aku dan Tuan Azka Nyonya. Kurung semalam? Aku dan Tuan Azka ..." Ingin aku memarahi wanita ini.

"Maafkan aku Melda." singkatnya seperti tak ada masalah yang terjadi.

"Nyonya? Aku tau aku wanita biasa. Tapi ..."

"Nama adikmu Mini 'kan? Dia sudah aku daftarkan dan di terima di salah satu SMA ternama. Dia gak perlu lagi tinggal di panti asuhan. Karena aku sudah berikan dia rumah sewaan dan fasilitas lengkap."

"A-Apa?"

Ponselku langsung berdering dari arah dapur.

Aku bimbang, siapa yang nelponku pagi pagi buta seperti ini.

Aku menatap Nyonya Lisa lalu menatap arah suara ponselku.

"Ambillah, mungkin itu adikmu" Ujarnya.

Aku segera pergi ke dapur, menerima panggilan yang masuk.

"Halo?"

"Kakak! Kakak baik banget sih! Iiiihhh ini sekolah idaman banget lhoo kak! Keren abis, aku punya motor dan juga rumah ka! Waahh kakak hebat banget sih? Kak aku langsung jadi panutan di SMP ku ini kak, aduh bangga banget rasanya" Celoteh sang Adik dari sebrang telepon.

"Rumah? Motor? Sekolah?" aku menoleh ke arah Nyonya Lisa.

Ia tersenyum sumringah seakan ia adalah malaikat.

"Kak, aku di panggil untuk bertemu kepala sekolah dulu. Katanya aku bakal di berikan peraturan SMA ku itu nanti. Nanti aku telpon lagi ya Kak"

"Ooohh iyaa, belajar yang rajin Ni. Aku belum tentu bisa selalu kasih ini sama kamu." aku terbayang lagi kejadian semalam yang rupanya menghadiahkan adikku semua ini.

"Aku gak akan sia siakan perjuangan kakak, aku juga akan dapat pekerjaan keren yang bisa bantu kakak nanti" Janji sang adik.

"Iya"

Selesai telponku dan Adikku. Nyonya Lisa mendekati aku.

"Mel, bantulah aku. Aku beneran gak bisa melayani Azka."

"Lalu Nyonya kira aku bisa? Lebih patut Nyonya karena Nyonya adalah istrinya" sahutku.

"Aku gak bisa Mel. Aku jera. Rasanya sakit banget. Remasan remasan atau kecupan Azka seperti membunuhku pelan pelan Mel. Lagi pula, Azka cuma minta sentuh sentuh aja Mel. Gak lebih. Dia punya kelainan, yang membuat dia ingin selalu memegang itu dan meremas remas itu juga merasakannya. Dia gak minta harus melakukan sampe masuk atau ... Gak Mel. Gak sempe masuk area itu"

"Aku aku semalam di jamah Nyonya! Aku di jilati dan di hisap. Nyonya lihatlah ini!"

Aku menunjukan bekas merah yang di tinggalkan Tuan Azka di bagian atas dadaku.

"Iya, aku tau. Memang itu yang akan dia lakukan Mel. Dan itu yang aku gak kuat Mel, sakit. Kalau enak ya aku mau. Tapi kalau sakit siapa yang tahan Mel."

"Melda, kalau bukan demi aku, demi Adikmulah"

Aku terdiam. Mendengar kecerian adikku tadi membuatku dilema. Karena semalam adikku mendapat semua fasilitas yang ia dambakan. Tapi karena semalam aku merasakan bagaimana rasanya di jamah seorang pria beristri.

***

Lelah, gundah, lemas dan tak berdaya. Itulah yang aku rasakan saat ini. Nyonyaku sudah berangkat.

Tapi hingga saat ini aku belum melakukan tugasku. Memasak dan membersihkan rumah dan sekitaran.

Cucian saja masih menumpuk belum di cuci.

Aku tak rela keluar dari kamarku karena takut bertemu tuan Azka. Aku sangat malu saat bertemu pria yang sudah mengabsen tubuhku.

Aku mengusap air mataku yang akan tumpah. Aku menenangkan diriku.

"Melda?"

Bukannya tenang, ketika mendengar panggilan itu seluruh jiwa dan ragaku panik. Tuan Azka baru saja memanggilku.

"Mel, kamu gak laparkah? Aku pesan makanan nih. Ayo makan" Ajaknya dari luar kamarku.

Sepertinya pria ini berdiri di depan kamarku.

"I-Iya Tuan, nanti aku keluar. Aku masih rapi rapi" Ujarku

"Oohh oke"

Pak Azka tak bersuara lagi. Aku menghela napas lega. Tapi apa leganya? Barusan Tuan Azka mengajakku apa? Makan bersama? Masakan yang di pesannya? Gak bahaya tah?

Aku bimbang, apa aku harus keluar atau tidak.

"Mel? Udah rapi belum?" Tanya Tuan Azka tiba tiba lagi.

Oh sial! Dia masih di depan kamarku!

"I-iyaa udah" Aku buru buru mengangil ikat rambutku juga mengambil ponselku.

Aku ragu dan enggan, tapi ya sudahlah pasrah saja.

Aku membuka pintu kamarku. Dan benar Saja tuan Azka berdiri di depanku.

Glekkk

Aku menelan saliva dengan kasar. Apa apaan ini? Penampilan tuan Azka di luar prediksi BMKG. Pria dewasa ini hanya menggunaka sehelai handuk di pinggangnya. Di lilit rapi agar menutupi area itu.

Dia baru mandi? Atau baru bangun tidur? Baru keluar dari kamar tamu? Atau? Apa yang baru saja dia lakukan. Rambutnya masih acak acakan. Tapi dari aroma tubuhnya ia sudah mandi, aroma mint segar sabunnya masih menempel di kulit putih dan terlihat mulus itu.

"Ayo kita makan, kamu gak masak ya? Padahal aku suka masakanmu" Celotehnya saat kami berjalan menuju meja makan.

###

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel