Bab 7
Arin memasak makanan kesukaan Ethan untuk ia bawa ke kantor Ethan. Ia berusaha untuk memperbaiki hubungannya dengan Ethan. Bahkan ia tak memperdulikan tangannya yang melepuh dan masih terasa perih juga panas.
Setelah berkutat dengan kompor dan masakannya, ia berhasil menyelesaikan masakannya dan menuangkannya ke dalam tempat bekal. Ia bergegas kembali ke kamar untuk mempersiapkan diri secantik mungkin.
20 menit berlalu, kini Arin sudah berada di jalan menuju ke kantor Ethan menggunakan taxi.
***
Ethan menerima panggilan telpon masuk saat ia tengah duduk merenung di dalam ruangannya.
"Ada apa?" tanyanya.
"Maaf Pak, tetapi Nyonya Arin tidak ada di penthouse anda."
Ethan menggeram kesal mendengar ucapan asisten pribadinya Yosef. Kemana wanita itu, apa dia berniat kabur darinya karena semua rencananya sudah terbongkar?
"Baiklah Yosef, kau boleh kembali."
Ethan dengan kesal melempar handphone nya ke atas meja. Tadi dia meminta Yosef ke rumahnya untuk mengantarkan salep luka bakar untuk luka yang di buatnya tadi pagi pada tangan Arin. Dia ingin tak perduli lagi pada wanita itu dan sangat ingin membencinya, tetapi dia tidak bisa. Sialnya cintanya pada wanita itu sudah sangat besar membuatnya sulit mengotrol emosionalnya sekarang ini.
Ethan mendapat panggilan dari Vallen, ia segera mengambil jasnya dan berlalu pergi meninggalkan ruangannya.
Selang 30 menit Arinka sampai di kantor Ethan. Tetapi sekretarisnya mengabarkan kalau Ethan baru saja keluar membuat Arin mendesah kecewa. Sekretarisnya pun tidak tau kapan Ethan akan kembali.
Arin pun memutuskan untuk menunggu Ethan di dalam ruangannya, berharap Ethan kembali cepat.
***
Ethan memasuki ruangan serba putih itu dimana hanya ada beberapa meja dan sofa berwarna hitam. Sosok tinggi tampak berdiri dengan angkuh di sana. Ethan berjalan mendekatinya.
"Bagaimana?" tanyanya pada pria yang di kenal sebagai Vallen. Pria yang merupakan sahabatnya jauh sebelum mereka bergabung di CIA.
"Kami mendapat laporan kalau Jeff baru saja datang ke Boston, tetapi kami tak bisa melacaknya. Tetapi kami berhasil menemukan tempat mereka melakukan produksi barang-barang ilegal."
Ethan duduk dengan lesu di sofa yang ada di sana. Valen masih diam memperhatikannya dalam diam. "Ada apa? Tenanglah Ethan, sebentar lagi kita akan menemukan Jeff."
"Aku sudah menemukannya."
"Apa?" tanya Valen seakan memastikan pendengarannya.
"Aku bertemu dengannya, dia datang ke Boston untuk mendatangi acara pernikahan putrinya."
"Apa? Lalu kenapa kau tidak memberitahu kami dan segera menyergapnya." Vallen semakin tak paham sama sekali.
Ethan menengadahkan kepalanya menatap Vallen, orang yang paling ia percaya selama ini. Vallen sedikit bingung melihat ekspresi kesakitan di mata Ethan.
"Jeff adalah Mr. Drummond, ayah dari Arinka Drummond!"
Deg
Saking kagetnya, Vallen sempat oleng hingga berpegangan pada meja di belakangnya.
"A-arin? Jeff?"
"Dia mertuaku," gumam Ethan dengan penuh penekanan.
"Permainan macam apa ini!" gumam Vallen yang sangat syok. "Lalu apa Arin, maksudku Arin. Dia mengetahui segalanya selama ini, dan dia diam saja? Apa mungkin dia terlibat?" tanya Vallen.
"Entahlah!" gumam Ethan. "Pernikahanku hancur seketika. Dan aku bersumpah akan membunuh dan menghabisi semua keluarga Drummond tanpa sisa."
"Termasuk Arin?" tanya Vallen.
Cukup lama Ethan terdiam. "Ya"
Vallen semakin syock mendengarnya, bagaimana bisa seperti ini? Ia tau Ethan sangat mencintai Arin, Arin bagaikan obat penenang bagi Ethan setelah bertahun-tahun dia hancur. Dan benarkah Arin datang karena perintah Jeff untuk menghancurkan Ethan dan Rachel? Kalau sampai itu terjadi, maka Vallen tidak bisa diam saja.
"Apa rencanamu sekarang? Kita hanya akan menunggu perintah darimu," ucap Vallen.
"Rahasiakan kenyataan ini untuk sementara, terutama dari Rachel. Kita tetap pada rencana awal kita, melacak keberadaan Gerald lalu Jeff dan menghancurkan segala bisnis mafianya."
"Lalu Arin?" pertanyaan Vallen kembali membuat Ethan terdiam.
"Biar dia jadi urusanku."
Vallen sedikit merasa khawatir, apakah Ethan akan berbuat kasar pada Arin atau dia akan langsung melenyapkan Arin. Tetapi di balik itu semua Vallen harus mencari tau keterlibatan Jeff dalam hubungan Arin dan Ethan. Apa Arin sungguh datang hanya untuk menghancurkan Ethan, atau dia sungguh tidak tau apapun.
Arin terbangun dari tidurnya, ia ketiduran di dalam ruangan Ethan karena terlalu lama menunggu Ethan. Ia melirik jam yang ada di pergelangan tangannya dan waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Ia menatap sekelilingnya dan tak ada tanda-tanda kedatangan Ethan. Akhirnya dengan berat hati, ia beranjak dari duduknya dan membawa kembali bekalnya untuk pulang.
Saat sampai di lobi kantor, ia melihat butiran putih turun dari atas langit.
"Salju pertama," gumamnya menengadahkan telapak tangannya hingga salju jatuh mendarat di telapak tangannya.
Tahun lalu saat salju turun pertama kali, Arin menikmatinya bersama Ethan dalam keadaan mesra. Tetapi sekarang dia merasa Ethan semakin jauh darinya. Kenapa?
Arin sungguh tak paham dengan semua terjadi, kenapa harus dirinya. Kenapa harus Dad yang ada di balik semua kehancuran Ethan. Kenapa sekarang dia merasa menjadi musuh besar bagi suaminya sendiri. Suami yang baru 2x24 jam menyandang status itu.
Arin berjalan menembus salju dengan mengeratkan mantelnya. Saat salju turun, suhu udara di sini bisa mencapai minus 5 derajat celcius. Ia berjalan menyusuri jalanan kota Boston yang masih tampak ramai. Bahkan tak jarang para pasangan menikmati dan menyaksikan salju pertama di sana.
Arin sampai di rumahnya dan melepaskan sepatu beserta mantelnya dan menyimpannya di tempat penyimpanan dekat pintu masuk. Ia berjalan masuk ke dalam rumah setelah memakai sandal rumahannya.
"Darimana saja kau?" pertanyaan itu menghentikan langkah Arin yang hendak menaiki tangga. Ia menoleh dan melihat Ethan duduk bersandar di atas meja dengan segelas wine di tangannya.
"Ethan."
Ethan menyimpan gelasnya dan berjalan santai mendekati Arin yang berdiri tak jauh darinya.
"Aku pergi ke kantormu untuk mengantarkan makan siang, dan aku menunggumu di sana."
"Benarkah itu? Lalu kenapa kau tidak menghubungiku?" tanyanya dengan nada tajam.
"Karena aku merasa kamu tidak akan menerima panggilanku, maka dari itu aku memutuskan untuk menunggumu," ucapnya.
"Bohong!"
"Aku mengatakan yang sesungguhnya, Ethan."
"Dengarkan aku Miss. Drummond, kau tidak akan bisa menipuku lagi untuk saat ini." Ethan mengatakan dengan sangat tajam tepat di depan wajah Arin.
"Aku tidak pernah menipumu Ethan."
"Omong kosong!"
"Aww," pekik Arin saat Ethan mencengkram kedua pipi Arin dengan keras.
"Aku tidak mempercayai wanita busuk dari keluarga Drummond!" ucapnya dengan kejam dan sedikit mendorong Arin hinngga ia oleng ke belakang. Ethan berlalu pergi begitu saja meninggalkan Arin yang terpaku dan menangis dalam diam di tempatnya.
***
