Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

Jujur, ada sedikit rasa hangat menyentuh hatinya mendengar ucapan pria yang berubah dingin semenjak mereka menjadi pasangan suami-istri.

Tapi, dia sadar posisinya dan tahu bahwa Raydan Han tidak pernah mengutarakan sesuatu tanpa alasan yang jelas. "Baiklah, aku akan menyiapkan segalanya," jawab Yoona akhirnya.

Mereka berdua pun segera mulai menyiapkan segala keperluan untuk meninggalkan rumah utama mereka. Raydan Han memeriksa barang-barang yang perlu dibawa, sementara Yoona mengatur segala dokumen penting yang harus dibawa.

Setelah semua persiapan selesai, mereka segera meninggalkan rumah utama mereka. Raydan menuju ke apartemennya sebagai tempat perlindungan bagi mereka sementara.

Namun, dalam perjalanan, mereka merasa dikejar-kejar oleh sekelompok orang yang tidak dikenal. "Sial! Kenapa mereka mengincar kita," ucap Raydan melihat sekelompok orang yang mengikutinya

Asisten Park dan beberapa mobil pengawal terus berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari kejaran tersebut. Mereka merasa terancam dan panik, namun mereka tetap berusaha untuk tetap tenang.

Setelah melewati berbagai rintangan dan bahaya di perjalanan , akhirnya mereka tiba di apartemen.

"Ternyata semua ini adalah rencana dari orang-orang yang tidak suka pada ku," ucap Raydan Han kepada Asisten Park. "Kita harus waspada dan berhati-hati kali ini."

Yoona dan Asisten Park mengangguk setuju. Mereka sadar bahwa dunia di sekitar mereka tidak selalu aman dan terpercaya.

***

Yoona menatap lembut suaminya, Raydan Han, yang baru saja membuka pintu apartemen miliknya. Udara dingin malam itu terasa menusuk tulang, namun suasana di dalam apartemen terasa lebih dingin lagi. Yoona merasa agak canggung dengan kehadiran Raydan Han setelah sekian lama tidak bertemu.

"Baru kali ini aku menginjakkan kakiku ke apartemen ini," ucap Yoona pelan.

Raydan Han tersenyum tipis. "Rumah keduaku, selain rumah utama kita sejak menikah. Aku tinggal di sini selama beberapa waktu sejak menjadi hakim ketua. Aku tidak lagi tinggal bersama ayahmu, dia memilih tinggal sendirian di rumah mendiang ibumu di pinggiran kota sebelum beliau meninggal."

Yoona mengangguk mengerti, menatap sekeliling apartemen yang elegan dan mewah. Mereka berjalan ke ruang tamu, duduk di sofa berwarna krem yang lembut. Udara hening, mereka sama-sama tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana.

"Tak keberatan tinggal di sini sementara?" tanya Raydan.

Yoona mengangguk. "Kampusku tidak terlalu jauh dari sini. Aku pikir ini akan lebih nyaman bagiku jika aku tinggal dekat denganmu."

Raydan Han mengangguk. "Terima kasih. Tapi jangan salah paham, semua ini kulakukan bukan karena aku ingin dekat denganmu. Aku hanya melindungi diriku sendiri dan orang-orang di sekitarku."

Yoona menatap Raydan Han dengan rasa heran, mencoba mencerna apa yang baru saja diucapkannya. "Apa yang sebenarnya terjadi?" tanyanya penasaran.

Raydan Han menarik napas dalam-dalam. "Ada sekelompok pemberontak yang mengancamku agar mengeluarkan ketuanya dipenjara. Mereka tidak segan-segan menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya. Kemarin malam, saat acara undangan perdana menteri, ada kerusuhan di luar gedung. Mereka mengancam akan melakukan hal yang lebih buruk jika aku tidak menuruti permintaan mereka."

Yoona terdiam sejenak, merasa sedikit terkejut dengan pengakuan Raydan. Dia tidak pernah membayangkan bahwa suaminya terlibat dalam konflik semacam itu. Tapi, dia tahu bahwa Raydan Han adalah seorang pejabat yang sangat berpengaruh, dan itu pasti membuatnya rentan terhadap ancaman dari berbagai pihak.

"Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Yoona.

Raydan Han menatap istrinya dengan tajam. "Kita harus waspada. Aku akan menyuruh pengawalku untuk mengawasi setiap gerak-gerikmu. Kita tidak boleh lengah sedikit pun. Kau harus tetap berada di sini, di apartemen ini, selama situasi ini belum terselesaikan. Istirahatlah, disana kamarmu," titah Raydan sambil menunjukkan kamar Yoona dengan dagunya.

Yoona mengangguk berjalan menuju kamar dengan perasaan sedikit tertekan dengan situasi yang mereka hadapi. Di dalam kamar apartemen milik Raydan Han, Yoona melihat desain kamar yang begitu aesthetic berwarna hitam elegan dan mewah. Yoona melangkahkan kakinya ke tempat tidur yang empuk, meresapi aroma harum parfum milik Raydan yang begitu kuat.

Tiba-tiba terlintas di benak Yoona. Suara ayahnya, Joe Aiden, terdengar jelas dalam ingatannya. "Kau akan menikah dengan Raydan, dia yang akan menjadi suamimu kelak, Yoona," ucap Joe Aiden dengan tegas. Yoona terkejut dan bingung dengan pernyataan ayahnya.

"Apa maksud ayah? Kenapa ayah ingin aku menikah dengan Raydan?" tanya Yoona heran. Joe Aiden tersenyum dan menjelaskan. "Kau akan aman hidup dengannya. Sebentar lagi, dia akan menjadi hakim ketua termuda yang disegani di negara ini."

Yoona terdiam sejenak. Dia ingat bahwa Raydan Han seorang pria yang tampan, cerdas, dan berbakat. Namun, dia juga tahu bahwa Raydan sudah memiliki kekasih. "Tapi bukannya Raydan sudah memiliki kekasih, ayah. Bagaimana jika dia tidak menerima pernikahan ini?" ujar Yoona dengan ragu.

"Ayah yang berhak mengatur dengan siapa Raydan Han akan menikah. Dia harus membalas budi karena ayah sudah membebaskan hidupnya dari kekejaman mafia yang telah menjadikannya sebagai tawanan," ujar Joe Aiden dengan tegas.

Yoona merenung sejenak. 'Dia dan Raydan sudah seperti saudara. Bagaimana mungkin mereka bisa menikah? Dia yakin Raydan akan membencinya. Itu tidak akan pernah terjadi. Raydan akan membenciku,' pikir Yoona mantap.

Joe Aiden memberikan senyuman puas. "Kau tenang saja, Yoona. Raydan tidak akan menolak keinginan ayahmu ini. Dia harus tahu diri," kata Joe Aiden meyakinkan.

Dengan hati yang bercampur aduk, Yoona akhirnya menerima takdir yang telah ditentukan oleh ayahnya. Namun, di balik rasa setuju yang dia tunjukkan di depan ayahnya, terdapat pertanyaan dan rasa takut yang menghantui pikirannya.

Malam itu, Yoona terbangun dari tidurnya, kemudian melangkah ke balkon apartemen Raydan Han. Terdapat pemandangan kota yang begitu indah di malam hari.

Yoona berjongkok di balkon, menghela nafas panjang. "Apa benar aku bisa bahagia dengan Raydan? Sedangkan dia sangat ingin menceraikanku," gumamnya pelan. Sebuah angin malam yang sejuk menyapu wajahnya, dengan lampu-lampu kota begitu terang seakan memberikan jawaban tersendiri.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel