Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Makan Bersama

Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit semua pelayan termasuk Quella berkumpul di depan ruangan Ethaan. Semua pelayan Ethaan tahu, jika sudah seperti ini maka sudah pasti telah terjadi masalah. Dan jika sudah terjadi masalah maka pasti akan ada yang tewas. Mereka yang tidak melakukan kesalahanpun masih merasakan takut, dalam setiap pekerjaan pasti akan ada persaingan. Dan bukan tidak mungkin jika mereka dibingkai oleh pelayan yang lain.

Ethaan keluar dari ruangannya, bibirnya membentuk sudut yang sangat sinis. Mata elangnya seperti ingin membakar orang hidup-hidup.

"Malvis!" Suara tinggi Ethaan membuat para pelayan merinding ngeri.

Malvis datang, ia melemparkan pakaian yang ia bawa ke depan semua orang.

"Seseorang telah meletakan racun di pakaian itu. Siapapun yang melakukannya majulah ke depan sebelum Pangeran Ethaan yang menemukanmu!" Malvis melihat ke semua pelayannya yang diam ketakutan. Aura dingin datang merayap dari kaki mereka, membuat mereka gemetar hingga dingin itu sampai ke kepala.

"P-Pangeran, pagi tadi hamba melihat Nyonya Quella keluar dari ruang pakaian Anda." Seorang pelayan melapor.

Quella mengangkat wajahnya, "Aku tidak melakukannya, Pangeran. Tadi pagi aku memang datang ke tempat pakaian karena aku harus menyiapkan pakaian yang akan Pangeran gunakan untuk pergi ke acara makan." Quella tidak melakukan apapun pada pakaian Ethaan. Ia hanya merapikan dan memberikan wewangian pada pakaian Ethaan.

"Periksa kediaman Nyonya Quella!"

Prajurit segera melangkah cepat ke kediaman Quella. Di tempatnya, Quella bersikap tenang. Ia benar-benar tidak melakukan apapun jadi kenapa ia harus takut.

"Pangeran, kami mendapatkan sesuatu!" Suara prajurit terdengar.

Quella mulai merasa bahwa mungkin ia menjadi seseorang yang dijebak.

"Pangeran, ini benar racun yang ada di pakaian Anda." Marvis sudah memeriska botol yang ditemukan oleh prajurit.

Ethaan melangkah menuruni anak tangga yang berjumlah 5 pijakan. Ia melangkah mendekat ke Quella.

"Aku tidak menyangka bahwa aku memelihara seekor ular di kediamanku!" Suara dingin Ethaan mulai membuat menggigil lagi.

Quella berlutut di depan Ethaan, "Aku tidak melakukan apapun, Pangeran. Aku tidak tahu kenapa tempat racun itu ada di kediamanku."

"Apakah maksudmu seseorang memasukannya di kediamanmu?" Ethaan menarik pedangnya, meletakan ujung pedangnya di leher Quella.

"Pangeran, Nyonya Quella tidak melakukan apapun. Saya siap mengorbankan nyawa saya untuk memastikan kebenarannya." Azyla berlutut di sebelah Quella.

"Tuan, seseorang yang sudah tertangkap basah tak akan mau mengakui perbuatannya. Dia pasti akan menyalahkan orang lain." Aishy memprovokasi Ethaan.

"Kau yang bertanggung jawab atas pakaianku, tidak ada orang yang bisa melakukannya kecuali kau." Pedang Ethan semakin menekan di leher Quella. "Bahkan jika itu bukan kau, kau akan mendapatkan hukuman karena telah melalaikan tugasmu!"

"Pangeran, Nyonya sepertinya ingin Anda tewas. Selama saya yang menyiapkan pakaian Anda, tidak ada kejadian seperti ini." Aishy kembali membuka mulutnya.

Mata Ethaan beralih ke Aishy, menatap wanita itu tajam, ini peringatan karena pelayan itu telah berani bicara tanpa diperintahkan untuk bicara.

"Seseorang yang berani bermain-main dengan nyawaku hanya akan berakhir dengan kematian!" Ethaan mengayunkan pedangnya. Nafas Azyla dan Quella berhenti bersamaan, darah membasahi pakaian Azyla dan Quella, tapi jelas itu bukan darah mereka.

"Aku tidak pernah memelihara ular di kediamanku. Jika kalian ingin menggigitku setelah aku memberikan kalian makan maka kalian hanya akan berakhir seperti dia. Jangan mencoba untuk membuat kejahatan di kediaman ini. Siapapun yang berani bermain di belakangku mereka hanya akan mati!" Ethaan menghempaskan pedangnya hingga menimbulkan suara dentingan yang mengejutkan orang di sana, ia kembali naik ke anak tangga dan masuk ke kediamannya.

Quella melihat ke sebelahnya. Aishy yang tadi masih berdiri tegak kini sudah tumbang ke tanah. Darah mengalir dari leher wanita itu. Tubuhnya sudah terpisah dengan kepalanya yang menggelinding beberapa kaki dari tubuhnya.

Mata Quella menangkap sesuatu, ia mendekat dan mengangkat bagian gaun Aishy yang terdapat taburan menyerupai bubuk racun.

"Ini adalah racun yang ada di pakaian Pangeran." Bahkan seorang Azylapun bisa memastikan tentang bubuk itu.

Quella mendengus pelan, ia melepaskan tangannya dari pakaian Aishy, "Dia mencoba membingkaiku. Manusia seperti dia ini tak akan berubah sampai ajal menjemputnya." Quella bangkit dari posisi berlutut. Ia segera melangkah menuju ke ruangan Ethaan.

Tok! Tok! Tok!

"Pangeran, ini aku, Quella."

"Masuk!"

Quella masuk ke dalam kediaman Ethaan, ia melihat suaminya sedang mengenakan jubah berwarna biru, dengan gambar phoenix berwarna emas pada bagian belakangnya.

"Maafkan atas kelalaian yang telah aku lakukan." Quella menyadari kesalahannya. Ia tidak seharusnya membiarkan kejadian seperti ini terjadi. Harusnya ia memeriksa kembali pakaian Ethaan sebelum Ethaan mengenakannya.

"Jika kau begitu mudah dibingkai, maka semua orang akan mencoba untuk menghancurkanmu. Posisimu adalah istri Pangeran Kedua. Akan ada banyak orang yang mencoba untuk menjatuhkanku melalui dirimu. Hidup ini tidak hanya sebatas kediaman Perdana Menteri, Quella. Kau akan menghadapi dunia yang lebih luas. Di mana lebih banyak orang seperti ibu dan adik-adik tirimu. Mereka bahkan bisa lebih kejam. Jika seorang pelayan saja bisa membuat kau berakhir jadi tertuduh maka yakinlah kau bisa berakhir dengan eksekusi mati di istana."

"Terimakasih karena sudah memperhatikanku. Aku akan berusaha untuk lebih baik lagi."

Ethaan membalik tubuhnya, "Aku tidak memperhatikanmu. Aku hanya benci ada ular di kediamanku. Aku tidak ingin seseorang membuatku terlihat bodoh karena kesalahannya sendiri. Hari ini kepala pelayan itu, dan mungkin besok atau lusa aku bisa memenggal kepalamu jika kau tetap naif seperti saat ini!"

Quella terhenyak karena kata-kata Ethaan, sepertinya semua kata-kata yang Ethaan miliki adalah kata-kata tajam dan pedas. Entah apakah ada sedikit saja kebaikan di kata-kata Ethaan.

"Setelah pulang dari makan bersama. Pergi ke ruang baca dan tulis seratus lembar catatan Panglima Restovka!"

"Apa itu hukuman untukku?"

"Kau ingin hukuman seperti apa? Berdiri dengan posisi terbalik selama sehari penuh?"

"Tidak. Aku akan menulis." Quella menolak cepat. Menulis lebih baik dari pada berdiri dengan posisi terbalik.

"Siapkan dirimu. Pengawal akan membawamu ke istana!"

"Baik, Pangeran."

Ethaan melangkah melewati Quella.

"Tunggu sebentar!" Quella membalik tubuhnya. Ia segera mendekat ke Ethaan. Kedua tangannya bergerak ke kepala Ethaan, merapikan topeng Ethaan, "Posisinya sedikit miring. Sudah." Mata Quella mendongak, bertemu kembali dengan permata hitam milik Ethaan, dan terbius kembali.

"Menyingkir dari jalanku, Quella!"

"Uhm, ya." Quella tergagap, ia segera menyingkir, memberikan jalan bagi Ethaan untuk pergi.

"Astaga, mata itu seperti memiliki mantra." Quella menggelengkan kepalanya, ia tak menyangka bahwa ia akan selalu terhipnotis oleh mata Ethaan.

Quella kembali ke kediamannya, "Azyla, bantu aku!"

"Baik, Nyonya."

&&

Quella keluar dari tandu, ia melihat ke depannya, terdapat seratus anak tangga yang harus ia lewati untuk sampai ke ruangan tempat makan dilaksanakan. Ia mulai melangkah mendekat ke anak tangga, menapaki satu demi satu anak tangga itu.

Di dalam ruangan makan sudah berkumpul beberapa orang. Putra-putri pejabat tinggi kerajaan dan putra-putri bangsawan. Dari semua wanita yang ada di sana, Allysta adalah yang paling indah. Disusul oleh Putri Menteri Pertahanan, lalu kembali ke Putri Perdana menteri, Delillah. 3 wanita ini adalah 3 wanita yang kecantikannya sudah sangat dikenal oleh Aestland. Banyak pria yang mengirimkan lamaran pada mereka namun ditolak karena tidak sesuai dengan kriteria mereka.

"Pangeran Ketujuh memasuki ruangan!" Suara pemberitahuan terdengar. Pintu ruangan terbuka, seorang pangeran dengan wajah tampan terlihat di tengah pintu. Semua tamu yang ada di ruangan itu berdiri dan memberikan hormat. Pangeran ketujuh adalah pangeran yang paling muda, pangeran yang memiliki wajah paling tampan dari para pangeran yang wajahnya tak tertutupi, usianya baru 19 tahun, tapi dia adalah yang paling terkenal sebagai pemain wanita. Pangeran ini sering ditemukan di rumah bordil, di mana wanita cantik berada maka di sana pasti ada dia. Dari rumor dikatakan bahwa Pangeran Ketujuh adalah pria penabur benih, seakaan jika dia tidak menabur benih peradaban manusia akan punah. Pangeran ini memiliki sifat cuek, ia jarang berkumpul dengan kakak-kakaknya, oleh karena itu ia disebut sebagai sampah nomor dua keluarga kerajaan selain Ethaan.

Setelah pangeran ketujuh, 2 pangeran lainnya memasuki ruangan. Pangeran ke empat dan ke enam. Mereka mengambil tempat mereka sesuai dengan urutan kelahiran mereka.

Pintu kembali terbuka, para selir, ibu dari para pangeran masuk ke dalam tempat makan itu. Di susul oleh Putra Mahkota, Putri Mahkota dan Ethaan. Setelah mereka, Kaisar, Ratu, Pangeran ketiga dan Pangeran kelima masuk berurutan. Nampaknya mereka pergi bersamaan.

Kaisar dan Ratu duduk di tempat mereka dan semua yang tadi berdiri juga duduk di sana.

Pintu terbuka, hampir semua pasang mata melihat ke arah sana. Siapa orang yang datang setelah Kaisar dan Ratu telah duduk di tempatnya.

"Putri Quella memasuki ruangan!" Bersamaan dengan pemberitahuan itu, kaki berbalut sepatu yang indah melangkah masuk. Quella melangkah dengan dagu yang tegak. Ia terus berjalan hingga ia sampai beberapa kaki di depan Kaisar dan Ratu.

Suasana di ruangan itu hening, bahkan satu jarum jatuh saja pasti akan terdengar. Wanita dengan wajah yang mengalahkan kecantikan rembulan malam, lebih indah dari bunga-bunga musim semi. Begitu indah, tanpa satu celapun pada wajahnya. Dia seperti jelmaan dewi. Parasnya lembut tapi tegas, matanya seindah hutan, bibirnya begitu pas untuk bentuk wajahnya. Membuat semua mata memandangnya takjub, benarkah dia manusia?

"Putri Quella, istri Pangeran Ethaan memberi hormat pada Yang Mulia Kaisar." Quella memberikan penghormatan pada Kaisar Edvill, "Putri Quella, istri Pangeran Ethaan memberi hormat pada Yang Mulia Ratu." Ia beralih ke Ratu. Dan setelahnya pada selir tingkat pertama.

Quella memiringkan sedikit tubuhnya, ia terkejut ketika melihat seseorang yang ia kenal mengenakan pakaian yang khusus digunakan oleh Putra Mahkota, "Putri Quella, istri Pangeran Ethaan memberi hormat pada Yang Mulia Putra Mahkota." Ia membuang rasa terkejutnya dan memberi hormat. Setelahnya ia beralih ke Putri Mahkota yang harusnya menjadi wanita terindah di sana.

Aldwick menghela nafas pelan, ternyata Nona Hutan Hujan yang cukup membuatnya tertarik adalah adik iparnya sendiri. Aldwick mengenali mata dan suara Nona Hutan Hujan yang saat ini sudah ia ketahui identitasnya.

Bagaimana mungkin dia bisa bermimpi memiliki istri adiknya sendiri. Ia bisa menyentuh wanita manapun yang ia mau, tapi ia tidak bisa menyentuh apa yang sudah menjadi milik Ethaan. Itu artinya, ia harus membinasakan keinginannya untuk memiliki Quella.

Kau memang diberkati sejak lahir, Ethaan. Aldwick tersenyum melihat adiknya dari samping. Setidaknya ia bisa tenang, adiknya memiliki seorang wanita yang tepat.

"Silahkan duduk di tempatmu, Putri Quella!" Kaisar Edvill mempersilahkan Quella untuk mengambil tempat duduk.

Quella membungkuk, lalu ia segera melangkah ke tempat duduknya yang tepat berada di sebelah Ethaan.

"Tidak mungkin. Tidak mungkin dia adalah sampah itu!" Allysta tidak percaya pada apa yang ia lihat. Bukan hanya Allysta tapi semua yang ada di ruangan itu juga tidak mempercayainya.

"Kakak, bagaimana mungkin sampah itu, seperti ini?" Delillah meremas gaun Allysta. "Dia pasti bukan Quella, dia pasti menyamar!"

"Apa kau bodoh, Delillah!" Allysta setengah membentak adiknya namun dengan suara yang pelan, "Tak akan ada orang waras yang mau menipu di depan seluruh anggota kerajaan!"

Delillah masih tidak bisa menerima ini, "Tidak mungkin. Dia tidak mungkin memiliki wajah itu!" Rasanya Delillah ingin menangis, bagaimana bisa Quella memiliki wajah secantik itu.

"Sepertinya rumor yang beredar tidak sesuai dengan kenyataannya. Putri Pertama Perdana Menteri memiliki wajah yang sangat cantik. Putri Quella, Ayah sangat iri dengan Perdana Menteri, bagaimana bisa dia memiliki putri secantik dirimu." Kaisar Edvill melemparkan pujian pada Quella.

Quella tersenyum atas pujian Edvill, "Terimakasih untuk pujiannya, Ayah. Aestland memiliki banyak gadis cantik, tidak hanya aku saja."

"Baiklah-baiklah, mari kita mulai saja acara ini dengan minum bersama." Kaisar Edvill terlihat lebih bahagia dari biasanya. Pria yang jarang terlihat tersenyum itu hari ini cukup banyak tersenyum, "Putri Quella, tuangkan anggur untuk Ayah."

"Baik, Ayah." Quella bangkit dari tempat duduknya, melangkah menuju ke meja Kaisar. Tangan lembutnya meraih teko, menuangkan teh beraroma melati yang menjadi kesukaan Kaisar.

Kau benar-benar mirip dengan Ibumu, Quella. Edvill memperhatikan wajah Quella.

Sahabatku, Ollyvia. Aku sudah menepati janjiku, putraku akan menjaga putrimu dengan baik. Tenanglah di sana, aku akan memastikan ia mendapatkan tempatnya kembali. Edvill memiliki dua janji, dan satu janjinya telah ia penuhi yaitu menikahkan Putra Keduanya dengan Quella.

Setelah menuangkan teh, Quella kembali ke tempat duduknya. Mengangkat gelas tehnya lalu minum bersama dengan Kaisar dan juga semua orang yang ada di sana.

Makan bersama itu berlangsung, para penari masuk menghibur di tengah acara makan itu. Quella tidak pernah pergi ke acara seperti ini oleh karena itu ia begitu menikmati acara ini.

"Pangeran Ethaan, kau harus membawa istrimu ke kediamanku." Putra Mahkota Aldwick akan menepati kata-katanya waktu itu. Ia ingin memberikan hadiah untuk istri adiknya.

"Aku akan membawanya ke sana."

Aldwick tersenyum, "Kau berandalan yang sangat beruntung."

Ethaan tak membalas kata-kata kakaknya. Ia hanya diam, mencoba menikmati apa yang ada di depannya. Berbeda dengan Quella yang tak pernah datang ke acara seperti ini, Ethaan selalu menghindari acara seperti ini. Jika bukan karena acara ini wajib ia datangi karena sang ayah yang memerintahkan maka ia tak akan datang. Untuk apa membuang-buang waktu di dalam ruangan berisikan orang-orang yang tak menyukainya? Akan lebih baik jika ia berada di camp militer, ia bisa melatih prajuritnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel