Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9 Usaha Joshua Mendekati Leona

Nathan tersenyum kecut.

"Aku serius, Nath," ucap Joshua kemudian. Pria itu berjalan ke arah sofa dan duduk di sana sambil menyenderkan punggung. Menatap segelas air teh dalam gelas yang masih utuh, mengundang tanya bagi Joshua.

"Buat siapa? Aku pikir kau masih belum menyukai minuman seperti ini."

"Tidak penting itu untuk siapa." Nathan mendecih tak suka. Pria itu melangkahkan kaki menuju jendela. Sengaja membelakangi sahabatnya karena tidak ingin melihat wajah menyebalkan Joshua.

"Nath?" Panggil Joshua.

Yang diajak bicara hanya menoleh sekilas sambil bergumam pelan.

"Boleh aku minta bantuanmu?"

"Katakan!"

"Buat aku bisa dekat dengan Leona."

'Ini gila!' Batin Nathan. 'Kau pikir dia siapa, huft!'

"Kau dengar aku bicarakan, Nath?"

"Yeah."

"Ayolah!"

"Sejak kapan kau menyukainya?"

"Setahun yang lalu."

"Jadi kau putus dengan Klara karena Leona?" Tebak Nathan kemudian berbalik ke arah pria itu. Sahabatnya pernah berpacaran dengan Klara sebelumnya - teman seperkuliahan Joshua semasa dulu. Tetapi hubungannya harus kandas karena Joshua merasa tidak cocok dengan wanita itu setelah hampir empat tahun berpacaran.

Dan detik ini, pengakuan Joshua membuat Nathan tersadar. Bahwa bukan hubungan dia yang tidak cocok, tetapi karena Leona.

Sialan!

"Kau tau itu."

"Dasar gila! Kalian sudah berpacaran selama empat tahun dan hampir nikah. Tapi ternyata?" Nathan mendengus kesal.

"Cinta kan emang enggak bisa dipaksain, Nath."

"Aku enggak bisa."

Ck! "Ayolah, Nath. Hanya kau saja yang bisa membuatku dekat dengan Leona."

"Dengan cara?"

"Pindahkan ruangan kerjaku di sampingnya," ucap Joshua dan langsung mendapat delikan tajam dari sepasang bola mata bilik Nathan.

Buk!

"Aw!" Ringis Joshua mengaduh sakit ketika sebuah gulungan kertas mendarat di kepalanya. "Kau gila, ya?" Seru Joshua.

"Kau yang gila." Nathan kembali ke kursi dan duduk dengan kasar di sana. "Memangnya kau sudah selidiki kalau Leona belum ada yang punya, hem?"

"Tentu saja."

"Apa kau punya buktinya?"

Bukan menjawab, Joshua justru terkekeh mendengar pertanyaan Nathan. "Bukti kalau dia jomblo maksudnya?"

"...."

"Nath. Aku tau lagi mana cewek single sama udah punya pacar. Dan ...," Joshua terdiam sejenak sebelum melanjutkan bicaranya. "Kalau pun dia udah punya pacar, aku akan tetap maju."

"Goblok. Mau jadi perusak hubungan orang?" Mata Nathan memicing. Tidak sadar dia sedang berhadapan dengan siapa. 'Aku suaminya Leona, bodoh!' Batinnya kesal.

"Kau tau makna peribahasa selama janur kuning belum melengkung, artinya masih bisa diperjuangkan. Kalaupun Leona udah punya pacar, tapi 'kan belum nikah. So, aku masih punya kesempatanlah."

"Sotoy banget jadi orang."

"Itu kenyataan, brother! Kelamaan ngejomblo sih, Nath. Makanya ilmu pengetahuan soal cinta kosong."

"Terus kalau ternyata dia udah nikah? Kau mau apa?"

Joshua menggeleng. "Enggak mungkin. Kalau Leona nikah, udah pasti kita semua diundang ke acaranyalah." Jawab pria itu sangat yakin.

Tidak tau saja kalau sebenarnya Leona dan Nathan memang sudah menikah. Keduanya sengaja merahasiakan hal tersebut tanpa terkecuali sahabatnya sendiri.

"Sorry, aku sibuk."

"Ayolah, Nath!" Ratap Joshua penuh permohonan. Tetapi Nathan tetap kekeh pada keputusannya dan memilih untuk melanjutkan kerjanya dengan membuka laptop di atas meja.

Merasa diabaikan, Joshua memilih pergi sambil mengacak rambutnya frustrasi. Ketika pria itu baru sampai di depan ruangan Nathan, dia berpapasan dengan Leona.

Pucuk dicinta ulam pun tiba.

"Hai, Le," sapa Joshua.

"Eh, pak Joshua."

"Boleh ngobrol sebentar?"

Leona melirik arlojinya sekilas. "Aduh, gimana ya Pak. Ini udah jam kerja soalnya. Apalagi bapak kan tau sendiri bagaimana Pak Nathan. Saya cuma enggak mau cari masalah sama beliau, Pak. Masalah saya udah banyak," jawabnya tulus sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Saya tau, Le. Justru karena itu saya perlu ngobrol sama kamu."

"Tapi, Pak."

"Udah, santai aja. Kalau Nathan sampai berani marahin kamu. Biar saya yang hadapin," tandasnya sembari menarik lengan wanita itu dan membawanya pergi meninggalkan tempat tersebut.

Di sisi lain, Nathan yang melihat momen tersebut dari dalam ruangan hanya bisa mengumpat berulang kali. Kedua tangannya mengepal menahan emosi. Berani sekali Joshua menggoda istri orang.

Keterlaluan.

Tak tinggal diam, pria tampan itu langsung mengambil ponsel dari dalam saku celana dan mengetikkan sebuah pesan singkat melalui aplikasi hijau yang familiar.

"Awasi mereka!" Tulis pesan Nathan sebelum menekan tombol send.

Di taman belakang kantor, Joshua membawa Leona. Pria yang berstatus sebagai sahabat suaminya itu mengajak dirinya duduk di sebuah kursi panjang berwarna putih berbahan besi.

"Memangnya harus bicara di sini ya, Pak?"

Joshua tersenyum. "Memangnya saya setua itu ya sampai kamu enggak pernah bosan panggil saya pak?"

Si cantik Leona hanya meringis. "Bukan begitu maksud saya, pak? Justru karena saya menghormati bapak."

"Saya lebih nyaman di panggil Joshua saja. Apa kamu keberatan?"

"Eum .... maaf sebelumnya. Tetapi ini di kantor, Pak. Enggak enak sama yang lain. Apalagi jabatan bapak lebih tinggi dari saya."

"Masih aja kamu mikirin hal itu."

Joshua terdiam menatap wajah Leona. Hampir setahun dia memendam rasanya sendiri. Bukan karena dia tidak berani mengungkapkan perasaan, tetapi dia takut jika Leona tau, hubungan keduanya justru akan merenggang.

"Bapak mau bicara soal apa?" tanya Leona membuyarkan lamunan Joshua.

"Masalah kamu dengan Pak Nathan."

"Mengenai email yang salah kirim itu, pak?"

Pria itu mengangguk.

"Bapak enggak usah pikirin itu. Saya juga enggak kenapa-kenapa kok, Pak. Itu memang murni kesalahan saya. Jadi bapak tidak perlu repot membela saya atau membantu saya."

"Enggak, Le. Justru karena saya percaya sama kamu makanya saya ingin bantu kamu. Saya yakin, ada orang yang sengaja mengubah daftar email yang akan kamu kirim."

Segaris senyuman mengembang dari kedua sudut bibir Leona. "Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas niat baik bapak untuk membantu saya. Tapi saya rasa bapak tidak perlu melakukan itu. Masalah itu, biar jadi urusan saya dengan Pak Nathan."

"Tapi, Le—."

"Saya baik-baik aja kok, Pak."

Joshua menggeleng. "Saya tau bagaimana sifat Nathan. Dia enggak mungkin membiarkan begitu saja karyawan yang melakukan kesalahan. Katakan! Dia memberi hukuman apa sama kamu, Le?"

"Dia ....," ucapan wanita itu menggantung. Mana mungkin Leona akan bilang kalau hukumannya adalah menuruti semua keinginan Nathan, atau dirinya tidak akan digaji selama setahun.

"Leona?" Joshua meraih dengan lembut jemari lentik Leona dan menggenggamnya. "Jangan takut! Saya pasti akan berada di pihak kamu."

"Maaf, Pak." Leona melepas genggaman pria itu. "Tapi saya tau apa yang harus saya lakukan," pungkasnya sambil bangkit dari tempat duduk dan pergi.

Namun, baru selangkah ketika wanita itu berlalu, Joshua dengan cepat menarik lengan Leona, membuat si cantik itu kehilangan keseimbangan dan ia pun terjatuh dengan posisi menindih tubuh Joshua.

Cekrek

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel