Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

6. GESEKAN NIKMAT

“Apa? Jilmek, Bu?” tanya Rendi dengan mata melotot.

Bukan karena tak senang, tapi lebih tepatnya karena tak menyangka jika Bu Elsa akan memberikan penawaran spesial seperti itu kepadanya. Meskipun Rendi sudah crot sekali, tapi batangnya sama sekali tak melemah. Justru melihat tubuh Bu Elsa yang sudah telanjang bulat saat ini di hadapannya, membuat kejantanan Rendi pun kembali bangun dengan tegang.

“Iya, Rendi. Plis, mau ya jilmek punya ibu,” mohon Bu Elsa sambil membuka kedua kakinya lebar-lebar dan melangkah ke atas pangkuan Rendi.

Begitu tubuh seksi montok Bu Elsa yang mulus itu menyentuh tubuhnya, Rendi jadi gemetar. Apalagi saat liang surgawi Bu Elsa kini bersentuhan dengan pahanya, lalu menyentuh batang kerasnya hingga Rendi bisa merasakan jika liang wanita itu sudah mulai membasah.

Tubuh Rendi bergetar, berkeringat dingin, dan bulu kuduknya mulai berdiri. Ia menelan ludah yang terasa kering di tenggorokan. Namun, matanya tak hentinya menatap kedua payudara Bu Elsa yang kini sudah bergantungan dengan sangat montok dan sengaja ia himpitkan ke dada Rendi.

“Ahh! Bu Elsa, jangan digesek-gesek seperti itu burung saya, Bu. Nanti kalau bangun lagi bagaimana?” Rendi mendesah keenakan.

Sementara Bu Elsa tetap melanjutkan aktivitasnya. Ia menggesek-gesekkan memew nya yang sudah mulai banjir itu pada batang berurat milik Rendi. Dengan buas, wanita itu juga menggesek-gesekkan payudaranya di dada Rendi, serta ia himpit hingga putingnya terasa semakin mengeras.

“Ahhh, ini enak, Ren. Ahh! Ahh! Ah!” Bu Elsa merem melek keenakan.

Dipeluknya leher Rendi erat-erat, sedangkan pinggulnya terus saja bergoyang menggesek-gesekkan memew nya dengan batang Rendi di bawah sana. Rendi yang juga keenakan, pun tak ingin melewatkan kesempatan ini.

Diraihnya kedua payudara besar Bu Elsa yang sudah tumpah ruah itu, ditangkupnya dengan kedua tangan dan dia arahkan lidahnya ke area puting yang sudah mengeras. Rendi terus menjilat, menggigit kecil, dan menghisap puting mungil itu dengan gerakan melingkar.

“Ohh! Ahhh! Sshh!” Bu Elsa semakin kuat menggesek-gesek, karena kini memew nya sudah semakin becek luar biasa.

Kring! Kring!

Di saat keduanya sedang enak-enak, tiba-tiba ponsel Bu Elsa berdering. Keduanya pun kaget. Bu Elsa cepat-cepat bangkit dan meraih ponselnya yang sejak tadi ada di atas meja.

“Huh! Siapa sih? Ganggu aja!” gerutu Bu Elsa kesal.

“Angkat dulu gih, Bu. Siapa tau penting,” kata Rendi.

Bu Elsa menatap layar ponsel, ternyata ada telfon dari rekan guru di sekolahnya. Dengan cepat, ia menjawab telfon itu.

“Halo, Bu Dian. Ada apa ya?”

“Halo, Bu Elsa. Besok pagi akan ada rapat di sekolah. Bu Elsa bisa hadir kan?”

“Oh tentu, Bu. Saya akan hadir.”

Setelah berbincang-bincang sebentar mengenai urusan sekolah, Bu Elsa pun mematikan telfon. Ia terus bersungut-sungut karena kesenangannya dan Rendi harus terjeda.

“Ganggu orang lagi sange aja!”

“Iya nih, Bu. Padahal kan aku lagi asyik-asyik sama Bu Elsa.” Rendi turut kesal.

“Ya udah, Rendi. Ibu nggak tahan lagi. Ayo cepat jilmek punya ibu.” Bu Elsa cepat-cepat turun dari pangkuan Rendi.

Tubuh polosnya itu terduduk di sofa. Sementara kedua kakinya segera mengangkang lebar-lebar.

“Cepat, Ren!” Bu Elsa tak sabar dan setengah mendorong tubuh Rendi agar duduk berlutut tepat di hadapan memew nya yang sudah terbuka lebar.

Rendi menurut. Ia duduk berlutut sambil menghadap memew Bu Elsa tepat di depan wajahnya. Laki-laki itu menatap takjub melihat keindahan milik Bu Elsa, sangat pink dan bersih. Biji kacangnya pun terlihat kemerahan dan mulai mengencang, karena kini jari tengah Bu Elsa juga sedang asyik menggesek-gesek biji kacangnya sendiri. Lalu tangan satunya ia gunakan untuk meremas-remas teteknya dan menggoyang-goyangkannya.

“Ahhh! Ohh! Cepat jilat, Rendi! Jangan cuma diliatin aja!” paksa Bu Elsa, lalu menekan paksa kepala Rendi agar menjilat memew nya yang sudah basah.

“Iya, Bu Elsa.”

Rendi pun mendekatkan wajahnya ke memew Bu Elsa yang kian banjir. Aroma harum yang segar menguar, memenuhi indra penciuman Rendi. Ia semakin birahi melihat milik Bu Elsa yang sepertinya sangat nikmat.

Tanpa ragu lagi, Rendi segera menjulurkan lidahnya dan menjilat klitoris Bu Elsa yang mungil. Wanita itu langsung mendesah dan menggeliat, seraya mencengkeram rambut Rendi dengan lembut.

“Ahhh! Ahhh! Terus, Ren! Hisap klitorisnya! Emut, Ren! Ahh, enak banget lidah kamu!” Bu Elsa terus mendesah dan meracau.

Tubuhnya bahkan menggelinjang tak karuan saat Rendi menjilati sepanjang bibir memew nya, lalu lidahnya masuk ke lubang kenikmatan itu. Dihisapnya cairan bening milik Bu Elsa dengan penuh nafsu, hingga habis tak bersisa.

“Ahh, Ren. Terus hisap cairannya, dan sosok-sosok lubang ibu pakai lidah kamu!”

Rendi menurut dan melakukan apa yang diminta oleh Bu Elsa. Dijilatinya klitoris wanita itu, dihisapnya seluruh daging kemerahan berbentuk seperti kerang rebus tersebut. Dan dia juga tusuk-tusuk lubang basah itu dengan lidahnya, sekali-kali dia tusuk dengan jari tengahnya.

Terasa longgar, tapi Rendi sangat menyukainya.

Tubuh Bu Elsa sudah menggelinjang tak karuan. Pinggulnya terangkat, hingga wajah Rendi tenggelam di antara kedua pahanya. Sementara kedua tangan Bu Elsa tetap aktif meremas-remas payudaranya dan memilih putingnya, bahkan mencubitnya dan dia guncang-guncang dengan kuat.

“Ahh! Ahh! Jilat terus, Ren! Ahh! Rasanya ibu mau crot sekarang. Ahh ahh terus!”

“Ahhhhhhhh!”

Bu Elsa mengerang panjang, bersamaan dengan itu cairan deras muncrat membasahi sofa. Rendi tersenyum dan mengusap mulutnya yang sudah full dengan cairan Bu Elsa.

“Enak, Bu?” tanya Rendi, puas melihat wajah gurunya yang cantik itu memerah dan berkeringat karena kelelahan.

“Enak banget, Ren. Kamu pinter banget mainin lidah kamu di memew ibu. Ibu sampe muncrat.” Bu Elsa terkekeh.

Rendi tersipu malu karena dipuji seperti itu. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dengan posisi ia masih berlutut di depan kedua kaki Bu Elsa yang mengangkang lebar.

Lubang kenikmatannya terlihat semakin basah, penuh oleh cairan yang juga berceceran ke sofa dan lantai. Namun, posisi wanita itu justru membuat Rendi semakin terangsang.

Batangnya sudah berdiri tegak, mencuat, dan menantang ingin memasuki milik Bu Elsa yang sudah terbuka lebar.

“Ayo masukin sekarang, Ren! Ibu nggak sabar mau di ewe sama batang kamu yang besar dan panjang itu. Pliss!” Bu Elsa menghiba.

Bukan dengan posisi mengangkang, tiba-tiba Bu Elsa sudah berbalik badan dan menunggingkan pantatnya tepat di depan wajah Rendi.

“Ayo masukin dari belakang, sekarang juga, Ren! Punya ibu sudah gatal banget rasanya. Cepat!”

“Iya, Bu. Aku masuk sekarang ya.” Rendi mengangguk.

Ia memegang bokong besar dan kenyal milik Bu Elsa, lalu satu tangannya dia gunakan untuk memposisikan batangnya memasuki lubang memew Bu Elsa dari belakang.

Slup! Jlebb!

Kepala batang Rendi mulai menghujam liang basah milik Bu Elsa. Ia gesek-gesek sebentar, sebelum akhirnya melesap masuk ke dalam sana dan batang besar itu ditelan seluruhnya oleh memew Bu Elsa yang dalam.

“Ahhh! Bu Elsa.” Rendi menggeram.

*****

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel