3. Hari Yang Basah
Malam pertama setelah pulang ke rumah, Ray tidur dengan nyenyak tanpa mimpi. Paginya tubuh dan pikirannya terasa segar. Hari itu hari Sabtu. Biasanya mereka berkumpul di rumah kalau tidak ada kegiatan lain di luar rumah. Setelah mandi dan berpakaian, Ray menuju ruang makan.
"Pagi, Bu," sapa Ray sambil mencium pipi ibunya yang sedang menyiapkan sarapan pagi di meja makan bersama Alya.
"Kakakmu yang cantik jelita ini gak dicium?" goda Alya genit.
"Iya deh. Nih ... mmmhhhhh." Ray mencium bibir kakaknya.
"Eeehhh ... adek kurang ajar, ya. Kakaknya sendiri dicipok," omel Alya manja sambil mencubiti perut adiknya. Ray hanya tertawa-tawa sambil kegelian. Ibunya ikut tertawa melihat ulah kedua anaknya.
"Makanya ... cepetan punya pacar biar ada yang bisa dicipok," ujar Alya sambil memencet hidung adiknya gemas.
"Gak ah. Biar Kakak dulu yang punya pacar. Kakak sendiri belum pernah punya pacar," balas Ray sambil senyum-senyum.
"Iya nih. Kalian berdua sudah pada gede tapi belum ada yang pernah bawa pacar kemari," sahut ibu mereka.
"Nantilah, Bu. Kalo aku sudah dapat kerja baru nanti cari pacar," jawab Ray asal.
"Nanti kalo kamu sudah ada calon pacar, bawa dulu ke ibumu. Biar Ibu nilai dulu cocok apa gak," ujar Ayah mereka sambil merangkul Ray.
"Kalo calon pacar Alya, biar Ayah yang nilai," lanjutnya lagi setengah bercanda.
"Iyaaa..Ayah jangan takut. Aku baru mau bawa calon pacar kalo sudah bener-bener sreg. Syaratnya harus sama ganteng dan baiknya sama Ayah dan Ray," kata Alya sambil mencium pipi Ayahnya.
"Eh, hari ini pada punya rencana apa?" tanya Ray kepada keluarganya sambil menyantap sarapan.
"Ibu sih mau minta temenin Ayah ke kebun tante Yeni di pinggir kota. Mau minta bibit mangga. Ibu mau tanam di halaman belakang dekat kamarmu biar nanti lebih adem," kata ibunya. Ayahnya cuma mengangguk mengiyakan sambil makan.
"Kakak gak ke mana-mana sih, cuma mau beres-beres kamar aja," ujar Alya.
"Adek sendiri mau ngapain?" tanya Alya.
"Aku mau bikin lamaran kerja abis itu ya santai-santai di kamar," jawab Ray.
Setelah sarapan, Ray pamit untuk ke kamarnya. Dia berencana membuat dua lamaran kerja ke dua perusahaan untuk posisi yang akan dilamarnya. Sejak lulus S2, Ray belum pernah kerja full-time. Dia hanya mengerjakan proyek-proyek teknologi informasi kalau ada yang minta. Ray cuma bekerja dari rumah. Selalu tinggal di rumah kadang membuat Ray bosan juga makanya dia berencana melamar kerja supaya setiap hari kerja bisa pergi kerja ke kantor.
Sejenak kemudian, Ray sudah asyik mengetik curriculum vitae dan surat lamaran di laptopnya sambil mendengarkan musik di kamarnya. Setelah kira-kira dua jam, pekerjaannya selesai. Ray berbaring di karpet seperti biasanya sambil memejamkan matanya. Terlintas di pikirannya kejadian-kejadian aneh di mimpinya dan tingkah kakaknya kemarin.
Ray melamun setengah tertidur saat Alya masuk ke kamarnya. Alya sengaja jalan pelan-pelan masuk melalui pintu kamar adiknya yang terbuka. Ekspresi wajahnya lucu saat menahan tertawa karena berniat mengerjai adiknya.
"Hayoooo ... pasti ngelamun jorok yaaa ...," ujar Alya langsung duduk di perut Ray yang tengah tiduran telentang. Ray kaget dan sontak membuka matanya melihat kakaknya tertawa geli berhasil mengerjai adikknya.
"Kakak gilaaa ... jantungku hampir putus tauuu ...," omel Ray gemas sambil mencubiti pinggang kakaknya. Alya menggeliat-geliat kegelian sambil tertawa-tawa. Dia seakan menari-nari di atas perut adiknya.
"Ampun ... ampun ...," kata Alya memohon agar adiknya berhenti menggelitiki pinggangnya. Disergapnya kedua tangan adiknya, diletakkannya kedua tangan itu di samping kepala adiknya lalu ditindihnya tubuh Ray untuk menghentikannya. Alya tidak kesulitan karena postur tubuh mereka tidak jauh berbeda cuma sedikit lebih pendek dari adiknya.
"Ampun Kaaaak ...." Kini Ray yang balas memohon. Ray kegelian karena pundak kirinya digigit lembut kakaknya. Kedua belah bongkahan buah dada montok kakaknya terasa kenyal di dadanya dan miliknya yang tepat diduduki kakaknya perlahan menegang diperlakukan kakaknya begitu. Meski Alya adalah kakaknya, tak urung Ray terangsang juga. Alya hanya mengenakan t-shirt yang ukurannya kebesaran dan celana dalam tanpa BH.
"Iiihhhh ... Adek mulai tegang," goda Alya. Dia semakin menjadi-jadi menggoda adiknya. Digesek-gesekkannya miliknya di milik Ray dengan gerakan maju-mundur.
"Kakaaaak ... ntar aku orgasme loh diperkosa begitu," protes Ray sambil tergagap, tetapi merasakan kenikmatan di miliknya akibat perlakuan Alya. Ray pasrah diperlakukan kakaknya begitu sementara Alya semakin gemas menggoda adiknya. Setelah beberapa kali bergesekan, Alya baru sadar kalau miliknya juga terasa enak beradu dengan milik Ray. Selangkangannya terasa berkedut-kedut dan agak basah.
Meski mereka berdua sudah dewasa, mereka sama-sama belum pernah menyentuh lawan jenis. Mereka berdua juga tak mengenal masturbasi. Mereka tahu tentang seks, tetapi sama sekali belum pernah mencobanya.
"Dek, kok punya kakak terangsang ya digesekkin sama punyamu?" tanya Alya lugu pada adiknya.
"Ya iyalah. Kakak kan perempuan normal," jawab Ray sambil memandang ekspresi wajah cantik kakaknya yang agak bingung dan penasaran. Meski sering bergumul kalau sedang bercanda dengan kakaknya, Ray tak pernah berniat nakal pada tubuh seksi kakaknya.
"Dek, kakak lanjutin bentar, ya. Kakak penasaran," ujar Alya melanjutkan menggesek-gesekan miliknya di milik adiknya. Alya merasakan sensasi rangsangan yang semakin bertambah dengan gerakan pinggulnya meski miliknya masih terbungkus celana dalam dan milik Ray masih terbungkus celana pendek berikut celana dalamnya.
Perlahan Alya semakin larut menikmati sensasi yang baru dirasakannya itu. Tak sadar napasnya mulai tak beraturan dan desahan-desahan lemah keluar dari mulutnya. Keduanya memejamkan mata mereka larut dalam sensasi kenikmatan.
"Aahh ...." Alya memekik pelan. Pusat sensitif di balik celana dalamnya bergesekan dengan tonjolan milik Ray karena miliknya mulai terbuka akibat gesekan-gesekan dan tekanan yang dilakukannya. Badannya mulai bergetar dan miliknya semakin basah.
"Kak ... aku sudah gak kuat. Rasanya spermaku mau keluar," kata Ray sambil merasakan desakan di dalam miliknya. Alya yang sedang menikmati gerakannya sendiri malah mempercepat gerakan pinggulnya.
"Kakaaak ..., " jerit Ray tertahan saat spermanya menyemprot berkali-kali dalam celana dalamnya sendiri. Alya juga merasa miliknya bertambah geli dan makin mempercepat gerakannya.
Alya melenguh panjang. Badannya melenting ke arah belakang. Dagunya terangkat dan mulutnya terbuka. Dada montoknya semakin membusung ke depan. Miliknya berkedut-kedut kencang dan cairan mengalir sampai membasahi celana dalamnya. Alya ambruk ke atas badan Ray karena tubuhnya lemas akibat klimaks yang dirasakannya.
Mereka berdua masih terpejam merasakan sisa sensasi klimaks masing-masing. Keduanya berpelukan. Apa yang mereka alami barusan rasanya tak terkatakan. Sebuah pengalaman baru yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.
"Kamu pernah gituan, Dek?" tanya Alya setengah bergumam tanpa mengangkat kepalanya yang bersandar pipi di dada adiknya.
"Pernah ... cuma dalam mimpi pas mimpi basah. Itu juga waktu SMP," jawab Ray jujur.
"Emang kamu gak pernah onani?" tanya Alya lagi.
"Gak pernah. Kalo terangsang ya dibiarin aja. Ntar juga hilang sendiri."
"Kamu pernah terangsang lihat Kakak?" desak Alya.
"Pernah. Kemarin waktu dada Kakak keliatan karena daster Kakak melorot." Lagi-lagi Ray menjawab jujur pertanyaan kakaknya.
"Bukannya kamu sudah biasa lihat kakak telanjang?" tanya Alya merasa aneh.
"Iya, tapi yang kemarin itu gak tahu kenapa jadi terangsang," jawab Ray tak mengerti.
Alya cuma terdiam. Dia sangat menikmati sensasi yang baru saja dia rasakan bersama adiknya. Hasrat berahi yang selama ini tak pernah dia rasakan seolah tiba-tiba muncul dan mulai menguasai dirinya.
"Dek, Kakak boleh gitu lagi gak kalo kakak pengin?" tanya Alya polos.
"Boleh aja asal Kakak bisa kontrol diri jangan sampai lebih dari itu. Kakak juga jangan pernah coba sama laki-laki lain kecuali suami Kakak nanti," ujar Ray pelan tapi tegas mengingatkan kakaknya. Alya cuma menganggukkan kepalanya pelan.
"Kamu jangan cerita-cerita ke Ayah-Ibu tentang ini, ya, Dek," pinta Alya.
"Iya. Aku juga gak mungkin cerita yang beginian sama mereka," janji Ray.
"Ya sudah, Kakak mandi dulu, ya. Badan Kakak gerah. Lagian gak enak, punya kakak basah," kata Alya sambil cekikikan malu-malu.
Dengan santai Alya membuka t-shirt kebesarannya lalu menjatuhkannya di lantai. Setelah itu celana dalam mini yang dipakainya juga dilepaskan lalu dilemparkannya dekat t-shirt yang tadi dilepasnya.
"Kakak ini sembarangan banget deh," protes Ray melihat ulah kakaknya yang tak risih memamerkan tubuh putih mulusnya di hadapannya.
"Biarin ... sama Adek ini," jawab Alya cuek.
"Kalo aku terangsang gimana?" protes Ray lagi.
"Rasain ... weeek ...," jawab Alya sambil menjulurkan lidahnya genit terus berlari ke kamar mandi Ray sambil menyambar handuk adiknya yang tergantung di gantungan handuk di depan kamar mandi. Buah dadanya yang montok berguncang-guncang saat Alya berlari.
Ray hanya tersenyum geli melihat ulah kakaknya. Dia sudah terbiasa dengan sikap cuek kakaknya yang tak malu-malu telanjang saat ganti baju di depannya kalau kebetulan Ray sedang ada di kamar Alya. Sejak kecil Alya biasa begitu terhadap Ray dan terbawa sampai dewasa.
