Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

Siang hari setelah kejadian itu selesai.

Brendy terkepar di atas kasur empuk ber sprei putih yang di lumuri darah dan cairan putih kental walaupun tidak banyak tapi cukup terlihat.

"Apakah sakit?" tanya Ale seraya

Memakai jas nya dan menarik dasi nya.

Wanita itu hanya diam seribu bahasa merasakan selangkangan nya yang begitu perih dan alat pribadi nya terluka karena serangan yang kasar dan bertubi-tubi.

Ale mendekati tubuh itu duduk di samping nya mengamati wajah lembam akibat menangis lalu menyentuh pipi gadis itu di arahkan untuk menatap wajah nya.

"Dengar, jangan memasang wajah itu aku benci melihat wanita yang memasang wajah menangis seakan dia begitu menyakitkan, pasti itu hanya sandiwara mu di balik tangis itu" sambil menepuk pipi 3x milik Brendy Miru.

Brendy mengambil selimut menutupi bagian tubuhnya yang telanjang dan ada bekas merah di sedikit leher,buah dada.

Dengan mundur pelan karena lelah di sekujur tubuh Brendy, dan sakit di bagian selangkan nya ia menghempiskan tangan kekar yang menyentuh pipi itu.

"Jangan pernah sentuh aku lagi bajingan pergilah dari hadapanku, kau sudah mendapatkanya bukan? aku tidak mengenal dirimu tapi yang jelas aku benci dirimu," ucap nya ingin menangis tapi air mata nya habis untuk menangis lagi.

Ale hanya melihat nya seperti melihat nyamuk dan sama sekali tidak ber ekspresi.

"Aku akan pergi pakailah ini karena bajumu sudah ku rusak jadi aku membelikan baru untukmu sebelum aku memperkosa mu," Ale melempar plastuk kecil pink dengan senyum sinis di mulutnya.

"Oh ya, kau jangan ganggu keluarga ku lagi atau kau akan merasakan yang lebih dari ini, apa kau mengerti!" Perintah nya

Sambil menatap gadis itu.

Perempuan itu sama sekali tidak mengerti apa arti dari ucapan lelaki itu.

"Apa maksudmu, aku tidak pernah menganggu keluargamu dan aku tidak pernah mengena siapa kau," bela nya penuh lirih.

Ale hanya tersenyum bersendekap dada.

"Apa kau lupa bahwa kau membuat kakak ku masuk penjara dan kini keluargaku harus menanggung malu itu," bibirnya yang berbelok matanya yang tajam ekpresi dari lelaki itu.

Ale mendekat dan menarik selimut itu.

"Aku ingin kau merasakan malu itu," ucap Ale dengan memandang tubuh yang sudah telanjang itu.

Brendy berniat untuk bangun dari tempat tidurnya mengambil plastik pink itu ia ingin memakai baju dan segera pergi dari tempat ini.

"Aaaaakkhh," suara gadis itu.

Kaki nya sulit sekali untuk berjalan selangkan nya teramat perih.

"Hahaha ambillah tas plastik itu, kau mungkin susah untuk berjalan tapi kau harus mengambilnya dan sekarang cepatlah pergi," Ale mengambil rokok yang di nyalakan dan segera menyedotnya.

Brendy berjalan menuju kamar mandi berganti pakaian jalan nya begitu aneh dan sesekali memegang meja diiringi berjalan menahan tubuh agar tidak terjatuh dari lantai.

Brendy keluar dari kamar mandi langkah nya tidak stabil menuju pintu keluar kamar itu.

Ale menatap punggung gadis itu dari belakang dan mengamati kepedihan nya sungguh terlihat bagaimana susah nya ja berjalan langkah demi langkah namun semua ia tepis ketika mengingat bagaimana menginggat kejadian kakak nya, kini wanita itu sudah benar-benar keluar dari pintu itu.

Di ruang tengah terlihat 2 lelaki meminum bir dan bermain kartu Kennedy dan Vicki spontan 2 lelaki itu menoleh ke arah wanita itu.

"Woow, penampilan nya sangat kacau Vick, apakah bos melakukanya dengan kasar?" Tanya Ken pada Vicki.

"Hahahah bukan kacau lagi Ken, itu bukan sekedar kasar tapi ada sedikit menyiksa nya," tawa Vicki tak lepas mengelenggkan kepala.

Brendy tidak memperdulikan ke 2 orang itu ia langsung berjalan keluar ingin secepatnya keluar dari tempat ini.

~~

Ale menghabiskan rokok nya dengan santai tiba-tiba ia melihat dompet jatuh di bawah posisi terbuka.

"Apa ini dompet dia," mengambil dompet itu dan menutup lalu di masukan di saku nya. Ale berjalan kebawah menemui 2 orang penjaga nya yang disuruh untuk menjaga tempat ini ketika kejadian jahat itu di mulai.

"Boss," ucap Vicki.

"Kemana wanita tadi," tanya Ale menatap seluruh ruangan.

"Dia pergi boss, rupanya boss ketagihan ya," tawa Ken.

"Bos, berapa kali kau melakukannya? kelihatan begitu menyiksa sekali," senyum Vicki dan Ken bersamaan.

Ale tidak menjawab malah pergi begitu saja.

"Bersihkan tempat ini, urus semuanya aku pergi," ucap Ale pergi meninggalkan tempat itu dan 2 laki-laki itu.

"Kemana dia, apakah dia melapor polisi?" Ucap Ale menyalakan dan menyetir mobil.

"Bodoh sekali dia tidak mungkin melapor kan," dalam hati Ale.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel