Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 5 JADI BODYGUARD

Salsa tidak bisa menolak, saat Tari memintanya untuk makan siang di rumahnya.

Untungnya, Papi Tari sudah pergi ke kantor, jadi Salsa merasa terbebas dari tatapan tajam Papi Tari yang dianggapnya kepala batu, dan juga hidung belang.

"Tari senang deh, Kak Caca mau jadi teman Tari, Tari ingi deh punya kakak seperti Kak Caca."

Terlihat jelas, kalau Tari sangat bahagia, karena Salsa akhirnya bersedia menjadi temannya. Salsa akan menemani kemana saja, bisa menjadi teman ngobrol bagi Tari juga.

"Tari boleh anggap Kak Caca sebagai kakak Tari kok."

"Beneran? Kalau Kak Caca kakaknya Tari, Kak Caca harus mau dong menginap di sini, nanti!" Seru Tari gembira.

"Iya, Tari juga boleh menginap di rumah Kak Caca."

Salsa tersenyum pada Tari.

"Benar? Tari seneng banget deh punya kakak seperti Kak Caca!"

Tari semakin bahagia.

"Kak Caca juga senang punya adik seperti Tari."

Salsa tersenyum melihat wajah Tari yang berbinar bahagia, ia jadi teringat pada saudara sepupunya yang cewek, si kembar Salma, dan Salwa yang sekarang usianya sudah 11 tahun. Mereka putri kembar Uncle Satria, kakak Bunda Salsa.

Tapi Salma, dan Salwa jauh lebih beruntung dari Tari, mereka memiliki semua yang diinginkan, dan dibutuhkan seorang anak dalam hidupnya.

Abi, dan Umi yang saling mencintai, tiga Abang kembar yang baik, Kakek, Nenek yang sangat menyayangi mereka. Salma, dan Salwa tidak kekurangan cinta seperti Tari, yang harus kehilangan kasih sayang Ibu kandungnya. Apa lagi Salsa tahu, seperti apa sepak terjang Sang Papi di luaran sana.

---

Salsa sudah pulang ke rumahnya, Safira, bundanya menyambut dengan berbagai pertanyaan, yang hampir setiap hari di tanyakan.

"Sudah makan?"

"Sudah."

"Sudah sholat?"

"Hari ini lagi halangan, Bunda."

"Benar?"

"Ya benarlah, masa Caca bohong sih, Bun, ehmm, Bun." Salsa bergelayut manja di bahu Safira. Tubuh mereka sama tingginya, sama mungilnya. Kadang Salsa jengkel juga kalau berjalan berdua dengan bundanya.

Masalahnya orang sering mengira, mereka saudara, bukan Ibu, dan anak.

'Apa wajahku yang kelihatan tua, ataukah wajah Bunda yang awet muda?'

Pertanyaan itu sering kali singgah di dalam benak Salsa.

"Bunda!"

"Apa sih, Ca?"

"Aku mau ngomong sesuatu sama Bunda."

"Ngomong apa?" Safira menatap wajah putrinya.

"Duduk dulu ya, Bun, biar ngomongnya santai."

Salsa, dan Safira duduk di sofa ruang tengah.

"Ngoming apa sih, penting sekali ya?"

"Penting nggak pentinglah."

"Ada apa?"

"Ehmm ... begini, Bun ...." Salsa sedikit ragu untuk mengatakannya.

"Begini apa?"

"Ehmm ... aku ingin bekerja jadi pengawal pribadi, Bun, jadi bodyguard." Salsa mengucapkannya dengan suara pelan. Tapi cukup jelas bagi telinga Safira.

"Apa!?" Safira terlonjak bangkit dari duduknya, saat mendengar Salsa ingin bekerja sebagai pengawal pribadi, atau bodyguard!

"Jangan main-main, Ca! Bagaimana bisa seorang wanita keturunan Adams, bekerja sebagai bodyguard?" Seru Safira marah. Tatapan matanya menyorot tajam ke arah Salsa.

"Bunda ... aku ingin sesuatu yang beda, aku bosan begini-begini saja."

Salsa mengajukan alasan akan keinginannya.

"Ca, jadi bodyguard itu nyawa taruhannya, bukan sembarangan!"

Safira menggelengkan kepala, tidak mengerti dengan keinginan putrinya, yang begitu tiba-tiba.

"Bunda tahu'kan kalau aku jago karate, jadi Bunda tidak perlu cemas."

Salsa berusaha meyakinkan bundanya.

"Bisa karate saja tidak cukup, Ca  Kamu harus punya mental yang kuat!"

"Bunda, aku ini bukan gadis cengeng yang bisanya cuma merengek, aku ini Caca anak Bunda Safira, dan Ayah Safiq, ada darah Adams yang mengalir di tubuhku, gen Adams tidak gentar untuk apapun juga, apa lagi untuk membela sesuatu yang benar."

Salsa mempertahankan pendapatnya, ia tidak ingin Tari kecewa.

"Ya ampun, Ca, jadi pengawal pribadi itu tidak bisa main-main, atau coba-coba!" Safira tetap berusaha menahan nada suaranya.

"Aku tidak main-main, atau coba-coba, Bunda. Aku serius ingin menjalani ini. Di keluarga Adams jadi pengusaha itu adalah hal yang biasa, tapi jadi pengawal pribadi pastinya hal yang istimewa, iya kan, Bun. Please Bun, boleh ya?" rayu Salsa pada Safira.

"Bunda tidak bisa memutuskan, kita tunggu Ayahmu pulang dulu, ini bukan hal yang gampang untuk diputuskan, Ca. Kamu harus tahu, kalau itu karena Bunda sayang sama kamu." Safira menatap lekat wajah putrinya.

"Iya, aku tahu, Bun, tapi aku mohon ijinkan ya Bun!"

Safira sungguh tidak bisa mengerti, bagaimana mungkin putrinya ingin bekerja sebagai pengawal pribadi. Ini terasa ganjil baginya.

'Salsa bisa bekerja di perusahaan ayahnya, perusahaan unclenya, ataupun perusahaan yang dimilik oleh keluarga Adams lainnya. Jadi kenapa ia harus bersusah payah mempertaruhkan nyawa untuk menjadi seorang bodyguard. Tapi siapa yang akan dikawalnya? Kenapa tiba-tiba ia berniat bekerja sebagai pengawal pribadi?'

**BERSAMBUNG**

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel