BAB. 12 KELUARGA SALSA
Seperti biasa, Salsa menunggui Tari sekolah, dengan duduk di dalam mobil, sambil mendengarkan suara Judika yang tidak pernah bosan-bosan ia dengarkan.
Waktunya Tari pulang, membuat Salsa ke luar dari dalam mobil, ia melangkah menuju gerbang, ia tidak mau Tari ke luar dari gerbang sendirian. Karena menurut Rendra, bukan cuma Mami Tari yang menginginkan Tari, tapi juga ada beberapa orang saingan bisnis Surya, yang dicurigai mengancam keselamatan Tari.
"Mau langsung pulang?" Tanya Salsa.
"Maunya sih jalan-jalan, tapi ke mana ya, Mami?" Tanya Tari yang tidak mau lagi memanggil Salsa kakak. Salsa akhirnya membiarkan saja, Tari memanggilnya Mami.
"Mau jalan ke mana, Sayang?"
"Boleh nggak, kalau aku mau tahu rumahnya Mami Caca?"
"Mau ke rumahku? Tentu saja boleh!" Jawab Salsa sembari tertawa.
"Benar!?"
"Iya."
"Ayo kita ke rumah Mami Caca, sekarang!" Seru Tari dengan sangat antusias.
"Oke."
Salsa membawa mobil menuju rumahnya.
Tiba di rumah Salsa.
"Waaah ... rumah Mami Caca besar, dan bagus ya, baru lihat saja Tari sudah merasa betah loh di sini!" Seru Tari, sambil mengamati sekeliling rumah orang tua Salsa.
"Ayo masuk." Salsa menggenggam tangan Tari lembut.
"Assalamualaikum."
"Waalaikum salam, kok sudah pulang, Ca?" Tanya Safira, yang menyambut kedatangan Caca.
"Tari, kenalkan ini bundanya Kak Caca, Bun ini Tari."
Salsa memperkenalkan Tari, dan Safira.
"Assalamualaikum, Oma. Oma cantik sama seperti Mami Caca."
"Oma? Mami Caca? kok?" Safira bingung dengan sebutan Tari untuknya, juga untuk Salsa.
"Iya, Mami Caca sebentar lagi mau nikah sama papinya Tari, jadi Tari cucunya Oma kan? Uuppss ... maaf ya, Oma keceplosan. Papi Tari belum minta ijin sama Oma, buat nikahin Mami Caca. Tapi Papi nanti pasti datang ke sini kok, buat minta ijin nikahin Mami Caca, enghh ... kasih ijin ya, Oma!" Cerocos Tari, membuat Safira terbengong-bengong, sementara Salsa hanya bisa menyesali diri, karena sudah membawa Tari ke rumahnya.
"Ca?" Safira menatap Caca penuh pertanyaan.
"Nanti saja aku jelaskan ya, Bun, aku lapar nih, makan siang sudah siap belum, Bun?" Caca berusaha mengalihkan pembicaraan mereka.
"Kamu berhutang penjelasan pada Bunda ya, Ca."
"Iya, Buun, ayo Tari kita makan yuk."
"Waah ada sop ayam, Tari suka makan sop ayam. Ini Oma yang masak?"
"Iya." Safira menganggukan kepalanya.
"Eeh ada siapa ini?" Tanya Sakti yang masuk ke ruang makan bersama Sekar.
"Kakek, Nenek ini siapa?" Tari balas bertanya.
"Ini Kakek, dan Nenek Kak Caca, Sayang." Salsa yang menjawab.
Tari mencium tangan Sakti, dan Sekar.
"Hallo, Opa, dan Oma buyut, kenalkan aku Tari, calon anaknya Mami Caca," katanya dengan suara riang.
Sakti, dan Sekar saling pandang, Safira memberi kode, kalau nanti Salsa akan menjelaskan semuanya pada mereka.
"Ayo, Tari makan dulu, sini Oma Fira ambilkan," kata Safira lembut.
Tari menyuap makanannya.
"Ehmm ... enak sekali, Oma. Papi Tari juga pinter masak, masakan Papi juga enak, Mami Caca bisa masak nggak?"
"Kak Caca nggak bisa masak, Sayang," jawab Salsa.
"Tidak apa kalau Mami Caca nggak bisa masak, di rumah kitakan ada tukang masak," sahut Tari.
Sakti, dan Sekar saling pandang, keberadaan Tari jadi mengingatkan mereka pada Safira, dan Salsa, saat kecil juga banyak omong.
"Opa buyut senang Tari di sini, rumah ini jadi tidak terasa sepi. Tari sering-sering main ke sini ya," kata Sakti.
"Opa buyut tinggal di sini terus ya?"
"Tidak, Opa buyut punya anak dua, satu cewek, ini Oma Safira, satu lagi cowok. Kadang Opa buyut tinggal di sini, kadang di rumah anak Opa buyut yang cowok. Kalau di rumah anak Opa buyut yang cowok rame, anaknya ada lima. Nanti kapan-kapan, Tari minta ajak Mami Caca ke sana ya." Sakti melirik Salsa, saat menyebut 'Mami Caca'. Pandangan Sakti, dan ucapannya, karena ingin menggoda cucunya itu.
"Papi Tari boleh datang ke sini kan, Oma?" Tari menatap Safira, berharap mendapat jawaban iya.
"Iya boleh." Safira menganggukan kepala.
"Nanti Tari ajak Papi ke sini deh, biar kenalan sama Oma, Opa buyut, dan Oma buyut, eeh Opa ... ehmm, papinya Mami Caca mana?"
"Ayah Kak Caca sedang di kantor," jawab Salsa.
"Ooh ...."
"Dihabiskan dulu makannya, Sayang, baru nanti kita ngobrol lagi ya," kata Salsa lembut.
"Oke!" Tari berhenti bicara, dan menyuap makanannya dengan tenang.
Sakti, Sekar, Safira, dan Salsa saling pandang, sambil menarik nafas lega.
Seorang Tari saja ada di rumah mereka, sama dengan ada puluhan anak yang bicara.
Suara ponsel Salsa mengangetkan mereka.
"Om Surya! Hallo Assalamualaikum." Salsa menyingkir dari ruang makan, ia berdiri di teras samping rumahnya.
"Waalaikum salam, kalian di mana?"
"Di rumah gue."
"Ngapain?"
"Makan siang."
"Di mana rumahmu?"
"Heeh buat apa tanya rumah gue?"
"Aku harus tahu rumahmu, siapa tahu kamu berencana tidak mengembalikan Tari ke rumahku."
"Iiishh ... yang ada, Tari nggak mau pulang ke rumah lo!"
"Cepat katakan, di mana rumahmu!"
"Iyaa ...." Salsa menyebutkan alamat rumahnya.
"Tunggu di sana, aku akan sampai dalam 10 menit."
"Hei, memangnya lo sekarang ada di mana, hallo ... hallo ... hallo. Iiisshh, dimatikan, dasar, dasar ... errr!" Salsa menghentakan kakinya gusar.
'Ya Allah .....
Menghadapi putrinya saja sudah kalang kabut, bagaimana kalau di tambah papinya!' batin Salsa bingung sendiri.
***BERSAMBUNG***
