Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

12. Pupus

Dengan lemas Molly meletakkan ponsel itu pada tempatnya dan langsung mencabut flashdisk-nya untuk diserahkan kepada guru TIK. Perasaannya sangat kacau, antara penasaran, curiga, kesal dan cemburu? Entahlah yang penting saat ini ia ingin sendiri.

Molly sengaja tidak masuk ke jam pelajaran selanjutnya pergi ke salah satu kafe yang terdapat di persimpangan jalan. Langit terlihat mendung, namun tak sampai turun hujan. Hembusan angin menerpa wajah Molly yang berada di bagian luar kafe sambil menikmati segelas cokelat hangat.

Ponsel Molly berbunyi dan sebuah pesan masuk kepadanya.

Canon : Lagi dimana?

Sejenak Molly menghembuskan napas, memikirkan apa yang akan ia balaskan.

Molly : Tentu saja masih di sekolah.

Molly menekan tombol kirim, bukan mau berbohong hanya saja ia cukup lelah jika harus menjelaskan lebih lanjut jikalau Canon bertanya nanti.

Canon : Aku ingin memberikanmu sesuatu, saat jam istirahat aku akan tiba di situ.

Molly melirik jam tangannya, satu jam lagi akan menunjukkan pukul dua belas siang yang artinya jam istirahat. Dengan sekali teguk Molly menghabiskan minumannya lalu bergegas meninggalkan kafe.

Begitu Molly tiba di sekolah, ia menjadi heran karena murid seolah menghilang. Hanya beberapa murid yang terlihat masih mengobrol. Molly yang berusaha mengedarkan pandangan mencari sosok Canon, tapi tak dilihatnya. Akhirnya Molly memutuskan kembali ke kelasnya yang juga telah kosong, namun sebuah kotak tergeletak di atas mejanya. Dari bentuknya seperti sebuah kotak kue, tanpa berpikir panjang ia mengambilnya dan segera keluar kelas.

''Wah Dek darimana? Ada rapat guru, jadi jam sekolah cepat pulang di majuin,'' ucap satpam sekolah yang melintas.

''Oh begitu, makasih pak.''

Molly pulang dengan taksi sambil terus memegang kotak yang berukuran cukup besar itu. Ia membuka pintu depan dan masuk dengan wajah pucat, mungkin akibat udara yang sedikit dingin.

''Kau sudah pulang?'' tanya Azka menutup kulkas setelah mengambil sekaleng minuman bersoda.

''Hmm,'' ujar Molly hanya berdehem sambil menaiki tangga.

''Oh ya tadi Canon datang membawakanmu kue, aku saja lupa kalau dua hari lalu ulang tahunmu, happy birthday my sister and I'm sorry,'' ucap Azka dengan logat aneh.

Molly sejenak bingung lalu menatap kotak yang masih dipegangnya, tanpa membalas atau menghiraukan ucapan selamat kakaknya ia langsung ke kamarnya.

Tangannya perlahan menarik pita pembungkus kotak lalu membuka tutup kotak itu maka terlihat sebuah kue dengan animasi wajah Molly sedang tersenyum, di bawahnya ada tulisan selamat ulang tahun. Terlihat sederhana dengan warna putih dasar kue, namun begitu berkesan bagi Molly. Di samping kue ada kartu ucapan.

Hi, apa kabar?

Aku meminta tolong kepada Lolita untuk membelikan kue ini untukmu

Aku ingin memberikan kejutan malam itu, di danau ... tapi kau tak datang.

Sekali lagi selamat ulang tahun, semua yang terbaik untukmu.

Arga

Mata Molly berkaca-kaca bukan karena kue itu, tetapi menyesali dirinya yang tak datang ke danau dan mengira bahwa Canon yang menulis memo tersebut dan yang paling utama adalah telah mencuragai Lolita, sahabatnya.

Keesokan paginya Molly berangkat pagi-pagi ke sekolah. Di depan kelas ia bertemu dengan Lolita yang kemudian Lolita berjalan tanpa menyapa Molly terlebih dahulu.

Duduk di tepi lapangan di bawah pohon manga serasa tidak asing bagi Molly dan Lolita.

''Makasih kuenya,'' ucap Molly memulai pembicaraan.

''Itu dari—''

''Aku tahu, Kak Arga kan? Ini semua salahku,'' potong Molly melirik Lolita.

''Yang lalu biar berlalu, malam itu andai saja kau datang.'' Lolita balik melirik.

''Aku kira memonya dari Kak Canon dan kebetulan ketemu dia jadi kita berdua pergi ke kafe di luar asrama,'' jelas Molly mengingat kejadian itu.

''Kenapa kau berpikiran begitu?'' tanya Lolita.

''Itu karena saat itu aku sendiri tidak yakin bahwa memo itu darinya,'' balas Molly makin mengecilkan volume suaranya.

Lolita menghela napas panjang. ''Molly, apalagi sih yang kau ragukan tentang Kak Arga, dia itu suka sama kamu!''

''Tapi dia gak pernah bilang suka atau menyatakan perasaannya,'' ucap Molly tersenyum pedih.

''Aduh, kapan sih pemikiran itu lepas dari kepalamu, sudah aku bilang kan kalau perasaan suka itu tak harus lewat kalimat manis,'' balas Lolita gemas.

''Oke, tapi mau sukakan sama dia? Atau masih Kak Canon?'' tanya Lolita memastikan.

''Entahlah, aku sudah merasa lelah, ayo masuk, ada kuis fisika,'' ucap Molly mulai beranjak.

''Apa?'' Lolita terperanjat mendengar kata kuis itu.

***

Hari berlalu dengan cepat, kelas tiga telah kembali ke sekolah untuk melaksanakan ujian sekolah dan ujian nasional. Semenjak bertemu di asrama, Molly dan Arga belum pernah berkomunikasi. Molly sendiri memilih menyibukkan diri dengan kegiatan barunya yaitu melukis atau sekadar menggambar sketsa.

Walau kelas dua dan kelas satu diliburkan, tetapi ada beberapa murid ke sekolah untuk mengurus kegiatan ekstrakulikuler mereka seperti Lolita dengan madingnya, termasuk Molly yang kini ikut membantu klub kesenian.

''Aku tak tahu kalau kau berbakat bidang ini?'' sebuah suara mengagetkan Molly yang tengah memilih cat.

''Kak Canon?'' gumam Molly tersenyum senang.

''Bagaimana ujian pertamanya?'' tanya Molly melihat pulpen yang tergantung di kantung seragam Canon.

''Yah masih baik karena mata pelajarannya masih bahasa Indonesia,'' jawab Canon lalu terkekeh.

Molly ikut terkekeh. ''Baiklah, semoga sukses,'' ucap Molly mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dan senang hati Canon menerimanya.

''Aku harus mengecek kelasku selanjutnya, sampai jumpa,'' ujar Canon sambil melambaikan tangan dan Molly hanya membalas anggukan.

''Bantu aku.''

''Bukankah tadi malam kau sudah memperlajarinya.''

''Entahlah."

''Yah Arga!!''

Awalnya Molly mau mengabaikan suara berisik yang berasal dari belakang ruang kesenian, tetapi mendengar suara Arga membuat Molly perlahan menyikap tirai jendela dan benar, Arga bersama anggota Equidos lain sedang mengorbrol dan bercanda.

''Jadi benar kau sudah putus dengan anak kelas satu itu?'' tanya Hilman dan Arga hanya diam.

''Maksudmu Molly?'' Xero mengingatkan nama 'anak kelas satu'.

''Aku sih tidak peduli, tapi sebentar lagi kita lulus, benarkah hal itu?'' Kini Rehan yang bertanya.

''Iya, aku sudah putus dengannya,'' jawab Arga hanya tertunduk memainkan botol air mineral yang sudah kosong.

''Padahal dia itu lucu dan manis, tipe idaman masa SMA banget,'' balas Hilman.

Molly yangmendengar hal itu langsung hanya tersenyum masam, baru akan menutup tirai seorang murid perempuan datang ke anggota Equidos.

''Eh Riri, ada apa?'' tanya Xero sok manis.

''Bukan kau, Arga hari minggu ini mau cek ke universitas swasta yang kemarin aku bilang di asrama? Aku sudah buat daftarnya,'' ucap murid bernama Riri itu memberi Arga secarik kertas.

''Kenapa buru-buru banget?'' tanya Rehan.

''Masa depan tidak akan berubah di rental playstation,'' jawab Riri sarkastik menyinggung hobi Rehan.

''Ini jaga-jaga kalau tidak lulus PTN atau mungkin program mereka lebih bagus, baiklah aku akan pergi,'' jawab Arga setuju, namun matanya sempat menangkap mata Molly di jendela, tetapi karena silau ia tak tahu mata siapa itu.

Setelah absen sehari, Molly kembali ke sekolah kali ini menemani Lolita menempel beberapa puisi dan quotes.

''Kucoba berlari mengejar kupu-kupu itu, sayapnya begitu indah, sama seperti kamu yang sulit kujangkau, berada di antara rerumputan, bunga matahariku.'' Molly membaca sebuah kalimat dalam kertas kecil sebelum menempelnya.

''Kenapa rata-rata tulisannya galau?'' tanya Molly memerhatikan setiap kertas.

''Sebentar lagi kelas tiga akan lulus dan mungkin mereka akan menangis membaca kalimat di papan mading kali ini, ada tentang cinta, persahabatan bahkan rival.''

''Kita bahkan ada acara khusus pada hari pengumuman kelulusan,'' ucap Lolita tersenyum msterius.

***

Hari yang tunggu murid kelas tiga akhirnya tiba juga, hari pengumuman kelulusan. Meski baru akan diumumkan pada pukul sepuluh pagi, tetapi sudah banyak yang datang sejak pukul delapan pagi.

Bahkan Molly yang kebetulan tetap harus ke sekolah walau tak belajar. Kini ia berada di samping perpustakaan, tidak sendiri tetapi bersama Canon.

''Sebelum lulus aku ingin mengatakannya, mungkin setelah pengumuman tak akan sempat,'' ucap Canon hati-hati.

''Sudah,'' cegah Molly mendapat firasat aneh.

''Tidak, aku tak ingin menyimpannya lebih lama, aku ingin kejelasan,'' ucap Canon serius menatap Molly yang mengalihkan pandangannya.

''Awalnya kenal denganmu, aku sangat senang mempunyai adik kelas yang begitu manis dan membuat masa SMA menjadi berwarna. Lalu aku berpikir apa memang sekadar itu, tetapi waktu berlalu dan ... aku mulai sadar bahwa aku suka sama kamu, bagaimana denganmu?' tanya Canon, namun mata Molly menangkap subjek lain. Subjek yang selama ini ia rindukan bahkan subjek itu mungkin mendengar pengakuan Canon.

''Tentu saja sama sepertimu,'' balas Molly terdengar mantap tanpa melepas matanya dari subjek tersebut, yaitu Arga.

Arga yang mendengar jawaban dari mulut Molly perlahan melangkahkan kakinya, tak ingin mendengar lebih jauh. Takut tidak bisa menanggung sakit dn sesak pada dadanya.

''Tentu saja sama seperti Kak Canon, namun bukan dalam artian khusus,'' ulang Molly menambahkan.

''Dulu aku memang suka, mungkin kagum karena kebaikan sama keramahan Kak Canon, tetapi semakin berjalannya waktu aku merasakan bahwa Kak Canon hanya sebagai Kakak dan sahabat, kuharap agar Kak Canon bisa mengerti,'' tambah Molly tersenyum.

Ternyata bukan Cuma Arga, tetapi Sasha juga mendengar semuanya yang kebetulan berada tak jauh dari tempat mereka berdua.

''Aku mengerti, aku juga tak berharap apapun, jujur darimu adalah kelegaan bagiku,'' ucap Canon langsung pergi. Meski mengerti bukan berarti tak sakit bukan?

Pengumuman pun dilakukan, seluruh murid kelas tiga SMA Pelita Bangsa dinyatakan lulus. Anak mading memberi secarik kertas memo untuk diisi dengan kata-kata terakhir yang ingin di sampaikan lalu di tempel pada sebuah papan gabus yang panjang dengan jarum kecil.

Bak SMA pada umumnya mereka memilos baju dan memberi tulisan pada seragam satu sama lain lalu meninggalkan sekolah untuk merayakannya.

Murid kelas satu dan dua lalu berkumpul membaca tulisan yang telah di tempel, termasuk Molly dan Lolita.

Jujur dirimu adalah kelegaan bagiku. – Canon

Kalian akan merindukanku bukan? Haha – Xero

Aku dan dia seperti ranting berdekatan dan serupa, namun rupanya dia yang tetap kau pilih, selamat tinggal bunga sekolah menengah atasku.

– Sasha

Jika waktu terulang. Di antara semua pilihan, maka aku akan tetap kembali mengambil jalan yang dahulu. Harap jangan terlalu membenciku.– Arga

Molly menghela napas membaca milik Arga. Ia tidak dapat menafsirkannya, tetapi entah mengapa dirinya merasa sesak dan lega pada waktu bersamaan. Mungkin benar kata orang bahwa kesempatan selalu berada di depan mata, hanya terkadang kita yang menutup mata.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel