Bab 1. Nona Pertama Berpenampilan Seperti Pembantu.
Tahun 756, Kota Louyang.
Aroma plum samar-samar memasuki kamar Nalan Bai Ning. Bak baru saja bangkit dari tidur panjang, dia mengerjap lebar dengan ekspresi terkejut dan linglung.
Kesadaran gadis itu belum sepenuhnya terkumpul-
"Dasar pemalas!" Nyonya Shen, istri kedua tuan Nalan Dou Ji sekaligus ibu tiri Nalan Bai Ning, datang-datang mendorong pintu dengan kasar lalu berkacak pinggang.
Wanita ini sejak awal tak pernah menyukai Nalan Bai Ning, dan semuanya semakin terlihat jelas selama setengah tahun ini.
"Semua orang sudah sibuk beres-beres!" Nada bicaranya meninggi. "Cepat! Bawa ember dan ambil air dari sumur sebanyak mungkin!"
Nalan Bai Ning tidak berkesempatan menjawab-
Nyonya Shen yang setengah mati membencinya itu, menyeretnya turun kemudian mendorongnya ke luar kamar.
Rupanya benar. Pagi buta begini kediaman Nalan tampak begitu hidup. Beberapa orang sedang membersihkan taman dalam, mengepel lantai, membersihkan tembok, menata dekorasi mawar merah dan yang terakhir Nalan Bai Ning lihat... mereka semua berpakaian pelayan.
"Apa yang kamu tunggu!"
Nyonya Shen berteriak di belakangnya.
Nalan Bai Ning tertunduk memperhatikan pakaian sendiri. Hari ini dia mengenakan pakaian tidur tipis tapi saat kainnya disentuh, dia dapat merasakan dingin dan hangat di waktu bersamaan.
Jenis kain demikian tentu mustahil dimiliki seorang pelayan.
Dia bukan pelayan!
"..." Sayangnya Nalan Bai Ning mengurungkan membantah.
Gadis itu melihat ember di pojokan kirinya, dia berjalan ke sana, mengambilnya lalu pergi ke bagian timur kediaman.
***
Hari ini kediaman Nalan punya acara besar!
Nona ketiga keluarga Nalan, yakni Nalan Shen Mei, putri dari pasangan tuan Nalan Dou Ji dan nyonya Shen, telah sampai pada usia dewasa.
Seperti adat Kota Louyang pada umumnya, ketika putri-putri mereka sampai usia dewasa, keluarga akan mengadakan acara ulang tahun sekaligus acara kedewasaannya.
Acaranya sangat meriah!
Ketika matahari mulai merangkak naik ke permukaan, tamu-tamu sudah berdatangan dari segala penjuru.
Tangan mereka tidak kosong. Masing-masing membawa hadiah bernilai tinggi. Ketika hadiah itu dikumpulkan, mereka terlihat seperti tumpukan harta karun tak ternilai.
Pemandangan ini sangat mencolok, tetapi jauh lebih mencolok penampilan Nalan Shen Mei, yang mengenakan gaun biru muda dengan hiasan bulu dan manik-manik yang rumit.
Setiap gerakan anggunnya menciptakan cahaya gemerlap yang memantul di sekelilingnya, membuat semua orang terpesona oleh kemewahan dalam kecantikan gadis itu.
Hari ini dia adalah bintangnya. Penampilan memukau seperti ini tidaklah aneh. Lagi pula acara kedewasaan biasanya tidak sekedar acara kedewasaan.
Para tuan muda yang datang suka mencari calon istri. Pada acara ini, pandangan mereka terus saja terpusat pada Nalan Shen Mei.
Sementara itu, penampilannya berbanding terbalik dengan kakaknya, Nalan Bai Ning!
Nona pertama yang usianya hanya berbeda satu tahun dengan Nalan Shen Mei itu... tidak ada yang istimewa dari penampilannya.
Dia hanya mengenakan pakaian lama yang sudah lusuh. Meski wajahnya cantik, dia bercucuran keringat sama persis seperti pembantu di bagian belakang.
Sejak tadi dia juga wara-wiri membawakan minuman para tamu. Ada pula yang memintanya membawakan makanan padahal mereka tahu Nalan Bai Ning masihlah nona pertama keluarga Nalan.
Semua terjadi karena dalam waktu dua tahun ini sudah ada tiga calon suami Nalan Bai Ning yang mati mengenaskan.
Kemudian gadis itu dicap sebagai gadis terkutuk!
Para nyonya bilang, daripada mereka menikahkan putra mereka dengan Nalan Bai Ning, lebih baik mereka menikahkan putranya dengan kambing betina.
Kata-kata sarkasme ini sama saja penghinaan untuk Nalan Bai Ning!
Keluarganya bahkan mulai membencinya satu persatu, hingga pada hari ini dia dilarang berpenampilan cantik, bahkan memerintahnya bekerja sejak pagi buta seperti pembantu.
***
Di antara kerumunan tamu-tamu yang datang dari segala penjuru, Nalan Bai Ning sesekali menjadi pusat perhatian para tamu.
Tidak ada pujian!
Sorot mata semua orang hampir sama, menatapnya jijik seperti melihat moncong babi hutan.
Dari para tamu yang berkelompok-kelompok itu mulai ke luar desas-desus serupa kumbang bersenandung.
"Kali terakhir, calon suaminya mati dengan lidah menjulur!"
"Air liurnya jatuh ke mana-mana, kotorannya berceceran di permukaan lantai."
"Ibunya yang kali pertama menemukan langsung jatuh pingsan, dan tidak bangun-bangun selama tujuh hari penuh!"
"Yang dikatakan orang-orang sepertinya benar adanya, dia memang dilahirkan saat badai besar!"
"Tepatnya lahir membawa sial!"
Nalan Bai Ning menoleh. Kali ini dia sedang istirahat sejenak. Bersandar malas di bawah pohon plum, mengipas-ngipasi wajahnya menggunakan nampan di tangan.
Kata-kata mereka kejam dan berlebihan, tetapi ekspresi Nalan Bai Ning sangat tenang. Seolah tidak sedikitpun terusik.
"Huh!" Gadis itu kemudian menghela napas, lalu beranjak pergi.
Baru saja lima langkah-
"Bai Ning!" Nyonya besar Nalan berseru melambai-lambai dari taman dalam.
Nalan Bai Ning sudah tahu wanita tertua keluarga Nalan itu pasti akan memberinya perintah lagi.
Dia kali keduanya menghela napas. Tidak lelah tapi malas.
"Ya, aku datang."
"Semua orang sedang sibuk, kamu jangan bermalas-malasan di sana!" tegur nyonya besar Nalan, nada suaranya tidak setinggi nyonya Shen saat marah-marah tapi cara bicara wanita tua itu... selalu penuh kalkulasi.
Nalan Bai Ning muak akan perlakuan semua keluarga Nalan.
Statusnya masih nona pertama keluarga Nalan, tetapi dari semua anggota keluarga, hanya dia yang terus menerus disuruh seperti pembantu, sementara yang lain enak ongkang-ongkang kaki menikmati banyak makanan.
Padahal sejak pagi Nalan Bai Ning hanya baru sempat minum segelas air sumur!
Kali ini kesabarannya sulit ditahan, dia secara ketus menjawab, "Nenek sudah buta, daripada makan enak di dalam sana, lebih baik pergi saja ke tabib dulu!"
Nyonya besar Nalan mendelik. "Kamu!"
"Beraninya kamu--" Nyonya besar Nalan menggantung kalimatnya sendiri, perasannya antara marah sekaligus heran.
Mimpi apa semalam?
Kenapa cucu pembawa sialnya jadi punya lidah setajam itu?
"Dou Ji!" Kemudian nyonya besar Nalan malah memanggil putra pertama, sekaligus ayah kandung Nalan Bai Ning.
"Kemarilah! Putrimu benar-benar kurang ajar!" lapor nyonya besar Nalan dengan senyum puas karena dia yakin putranya akan turut memarahi Nalan Bai Ning.
Nalan Dou Ji memang datang tapi-
"Ibu! Abadi Shawn ada di depan!"
Abadi Shawn!
Siapa yang tidak kenal satu-satunya manusia yang berhasil kultivasi menjadi abadi itu?
Dia tidak pernah menunjukkan diri selama bertahun-tahun, kenapa mendadak datang ke kediaman Nalan?
