Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

#####chapter 4 kampret

    Sepanjang perjalanan pulang semua bayangan dan tutur katanya yang penuh godaan terus terngiang dalam fikiranku.

      Siluet lekuk bentuk tubuhnya yang hanya tertutup oleh  dress pendek tak berlengan itu masih tergambar jelas dalam kepalaku, dan itu sulit untuk aku lupakan.

     Semua tutur lembutnya seolah masih begitu terdengar jelas di telingaku, aroma parfum yang menusuk pada indera penciumanku seolah menempel pada tubuhku dan masih saja tercium oleh indera penciumanku.

      Hati ini sungguh sangat ingin menolak permintaannya, namun raga ini berbanding tolak tak mampu melawan jeratan nafsu yang terus membujukku untuk menuruti hasrat yang di sampaikannya melalui tutur kata dan gerak tubuhnya yang terus menggodaku tadi.

    “argh...!! Sial....! Kenapa bayangan wanita itu terus menghantuiku.. sadar Suf.. ini tidak benar.. dia ipar kamu sendiri, tak sepantasnya kamu menyimpan rasa seperti ini.. ini salah Suf.. ” desahku yang merasa frustasi dengan apa yang terus menghantui pikiranku sepanjang perjalanan.

Tanpa terasa motor yang aku kendarai pun telah sampai di halaman depan rumahku.

Usai menyapa nenekku yang sedang duduk diteras, aku yang merasa ambigu dengan perasaan yang aku rasakan sedari rumah Mbak Fitri, aku pun langsung ngeloyor masuk kedalam rumah dan menghempaskan badanku sesampainya dikamar tanpa berbincang bincang dengan nenekku seperti biasanya.

seraya membaringkan badan aku berusaha untuk memejamkan mataku agar semua yang baru saja aku lihat dan dengar serta aku alami dirumah Mbak Fitri segera terlupakan.

namun sudah hampir satu jam aku berusaha memejam,kan mata, rasanya semua yang terjadi dirumah Mbak Fitri kembali terputar dengan jelas di kepalaku.

“argh.....!! tidak...!! bisa gila kalau aku seperti ini terus.. ini tidak benar.. ini salah.. aku nggak boleh menuruti apa yang Mbak Fitri katakan.. sial...! kenapa ucapan, sikap manja dan siluet tubuhnya yang menggoda itu semakin nampak jelas saja.. kamu jangan jadi brengsek Suf.. ingat siapa wanita itu..” desahku dengan nada penuh keresahan hati yang aku rasakan.

“apa yang harus aku lakukan agar hal gila ini tak terus menggangguku??? ” lirihku seraya meremas rambut kepalaku sendiri.

saat aku tengah pusing dengan isi kepalaku yang terus teringat dengan semua yang terjadi dirumah Mbak fitri tiba tiba dering ponselku mengalihkan pikiranku dari hal yang terjadi di rumah Mbak Fitri untuk sesaat.

“hah.. siap lagi ini?? nggak tahu orang lagi pusing apa??” gerutuku seraya meraih tas selempangku untuk mengambil ponselku yang terus berdering di dalamnya.

“hah.. Leny ???? ada apa ?? tumben banget nih anak nelpon.. bukannya sekarang Dia udah kerja di Surabaya jadi karyawan minimarket ya?? ” lirihku seraya mengernyitkan dahi, pasalnya semenjak terakhir kali bertemu di sekolah untuk mengambil ijazah 5 bulan yang lalu Leny teman dekat di sekolah yang bernama Leny ini sudah tak pernah menghubungiku.

tanpa membuang waktu lebih lama lagi aku aku langsung menggeser tombol icon warna hijau di layar ponselku untuk menerima telpon dari temanku Leny.

“halo ada apa Len..?? ” ujarku yang sudah tanpa basa basi lagi menuju pada intinya ketika sambungan telpon tersebut aku terima.

“ih..!! kebiasaan banget sih to the point gitu aja.. jadi cocok nggak ada romantis romantisnya sama sekali.. orang udah lama nggak ketemu juga, masa nggak ada berubahnya..” Leny mencebik kesal lantaran sikapku yang sedari dulu to the poin sama Dia sedari dulu.

“ye.. pake romantis segala, emangnya elo pacar gue harus gue romantisin.. ” balasku engan berseloroh.

“heuf.. iya iya gue emang bukan pacar elo.. tapi nggak tahu juga kan kalau dimasa depan gue ini jadi jodoh elo..??” ujarnya dengan nada bicaranya yang seperti biasanya saat kita berkomunikasi.

“heungh..!! udah udah.. buruan ngomong.. ada apa elo telpon gue.. ” ketusku yang seketika merasa jengah, karan ia sudah berulang kali mengatakan tentang kemungkinan antara kita di masa depan.

   “ih.. ketus amat jadi cowok.. awas loh jangan ketus ketus jadi cowok, takutnya nanti ciwi ciwi pada takut mau deket.. biarpun ganteng, kalau sikapnya dingin dan ketus kaya gitu, cewek mana yang nggak ilfeell.. hati hati juga loh.. kalau kamu ketus kaya gini, takutnya ntar kamu kaya Pak Tarman si penjaga sekolah kita dulu, jadi bujang lapuk.. dan parahnya lagi Dia sampai main sabun di toilet sekolah karna saking pengennya ngerasain Bu Luluk guru agama... hhwahahahahahaha....” komentarnya yang berceloteh mengingatkanku dengan kejadian di toilet sekolah 7 bulan lalu saat aku dan Leny mencarinya untuk meminjam kunci gudang untuk mengambil peralatan yang akan kami gunakan untuk mempersiapkan panggung acara perpisahan.

“hwahahaha.... masih inget aja elo Len sama kejadian itu.. sialan elo..!! bisa bisanya elo samain samain gue sama si Pak Tarman.. nggak segitunya juga kali gue Len.. elo lupa ya kalau gue ini pernah jadi cowok idola di sekolah?? ” balasku yang seketika terkekeh mendengar ocehan Leny.

“lagian kalau gue mau jadi cowok brengsek, nggak perlu juga kali gue ikut ikutan Pak Tarman yang mainin ubinya sendiri pakai sabun..” dengan jumawanya diriku yang pernah menjadi cowok idola para ciwi ciwi disekolah berkata seperti itu membalas ocehan Leny.

“ngapain juga gue mesti repot repot ngelakuin kaya gitu.. orang kalau gue mau aja, itu ip...” lanjutku yang seketika membungkam mulutku sendiri karna sadar karna hampir saja aku keceplosan soal Mbak Fitri yang ingin menjalin hubungan terlarang denganku.

“hei...!! itu apa Suf??? hayo jujur sama gue.. jangan bilang diem diem elo jadian sama Icha si gampangan sana sana mau.. ngomong Suf.. jujur sama gue.. ” cecar Leny yang seketika mendesakku untuk melanjutkan poerkataanku.

Dengan cepat aku menyangkal dugaan Leny, karna memang bukan itu yang mau aku katakan.. tapi juga tidak seharusnya juga aku jujur sama Leny tentang apa yang hampir saja aku katakan barusan.

“ah enggak Len.. sumpah gue nggak ada apa apa sama tuh anak.. jangankan ada hubungan sama tuh anak, punya kontaknya aja udah nggak.. kecuali kalau gue ambil dari grup alumni.. tapi buat apa juga save kontak anak itu.. oh iya ini tumben elo nelpon gue.. emang elo nggak kerja Len??” sanggahku dan juga aku berusaha mengalihkan atensi Leny agar mencecarku dengan apa yang tak jadi aku katakan barusan.

Beruntung atensi Leny mudah sekali aku alihkan, jadi ia mengalir begitu saja mengikuti pembahasan yang aku ucapkan.

“oh iya Suf.. gue sampai lupa sama tujuan gue hubungin elo.. ” sahut Leny.

“ada apa Len..?? ” tanyaku yang mulai serius menanggap[i telpon dari Leny.

“gini Suf.. gue telpon elo, itu ada tiga hal penting yang ingin gue bicarain sama elo.. ” ujar Leny.

“katakan apa itu Len.. ”

“ok baik Suf.. pertama kabar gembira tentang gue yang dipindahin di minimarket cabang yan ada di kota kita, yang otomatis itu artinya gue jadi deket sama rumah dan bisa sering ketemu elo.. ”

“ye.. itu mah cuma penting buat elo doang Len, bukan buat gue.. ” sungutku yang terlanjur menanggapi ucapan Leny dengan serius.

“eh dengerin gue ngomong dulu Suf.. yang pertama sih emang berkah buat gue.. tapi yang untuk yang kedua ini, juga berkah buat elo juga Suf.. ” balas Leny.

“emangnya apaan sampai berkah buat gue segala?? ” sahutku dengan nada malas menanggapinya.

“baiklah... sepertinya elo udah nggak sabaran buat dengar kabar baik ini..

eh tapi ngomong ngomong elo udah dapet kerja apa belum Suf?? ” balas Leny.

“belum.. emangnya kenapa elo nanya gitu?? tempat elo kerja lagi butuh karyawan baru?? ” balasku dengan nada psimis dan asal ceplos.

“betul sekali.. tempat gue kerja lagi rekrut karyawan.. gimana elo mau nggak?” jawab Leny.

“hah...??!! serius lo Len?? ”

“ya.. gue serius Suf.. gimana elo mau nggak??”

“iya iya gue mau Len.. ”

“eits.. tapi elo jangan seneng dulu Suf.. karna masih ada hal ketiga yang belum gue bilang sama elo.. ”

“apa itu Len?? buruan bilang.. ” sahutku dengan penuh semangat.

“sekarang juga elo berangkat ke terminal jemput gue.. setengah jam lagi gue bakal nyampe.. hwahahaha.. ” ujarnya yang langsung terbahak bahak.

“hah...! kampret elo Len.. nelpon gue ternyata karna mau jadiin gue ojol gratis elo doang.. ”

“lah terus maunya di jadiin apaan.. orang mau gue jadiin pacar aja elo selalu nolak gue.. ” balas leny.

“ah sudah sudah jangan ngomel terus, nih gue berangkat ke terminal sekarang juga.. bye.. ” kataku yang langsung mengakhiri obrolan telpon dengan sepihak.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel