BAB 4 - Bruises on hands
*
*
*
Riana yang sedari tadi berada di samping mobilnya berdiri, ia sedang menggerutu dirinya.
Dia begitu jijik mengingat semua momen yang terjadi di halaman belakang sekolah. Dimana tangannya sekarang ini mungkin tidak bisa memutar stir mobil. Menggerakannya saja begitu sakit.
Riana masih menunggu bel berbunyi agar dia bisa mengambil tasnya yang berada di dalam kelas, karna semua barang berharganya ada di tasnya.
Riana masih bingung dengan semua yang sudah terjadi, sebelumnya Riana sudah memperhitungkan apa yang terjadi di masa lalunya dulu.
Dimana hari ini dia memang sengaja menghindari kantin,dan memilih pergi kehalaman belakang, meski dia harus menahan lapar.
Karna di masa lalu Riana yang berada di kanting membuat semua orang tertawa, saat teman-teman Pavlo datang menyiramkan minuman jus di atas kepalanya.
Pavlo yang tidak perduli hanya diam mentapnya dingin, ia bahkan menikmati bullian itu terhadapnya.
Sebelum Pavlo meninggalkan kantin itu justru ia memperparah keadaanya, dimana Pavlo tega meludahi wajah Riana yang begitu memperihatikan.
Benar-benar pria itu tidak memiliki hati kemanusian.
Nasip Riana begitu malang disaat itu, tapi karna perasaan cintanya yang begitu besar, ia tetap bisa menerima perlakuan yang diberikan oleh Pavlo, dia bahkan tetap berharap akan mendapatkan cinta dari Pavlo.
Dan pada akhirnya perjodohan keluarga datang kepadanya, ia begitu bahagia karna bisa menikahi cintanya dan berujung Pria itu juga yang membunuhnya.
Dia benar-benar bodoh di masa lalu. Riana yang mengingat semuanya ia menggertakkan giginya mingkin terasa ngilu jika orang lain mendengarnya.
Tangannya yang terkepal kuat ia langsung memukul pintu mobilnya, bersamaan sumpah serapah di hatinya.
Bunyi bel sekolah terdengar, semua murid keluar tergesa-gesa meninggalkan kelas. Namun tidak dengan Riana ia justru masuk ke dalam kelas untuk mengambil tasnya, tapi ternyata tas itu sudah di pegang oleh wali kelasnya sendiri.
Saat Guru wali kelasnya berjalan di koridor, di saat itu dia melihat Riana dan memanggil namanya. "Riana Maxlou..."
Riana datang dan melihat tas itu sudah di tangan Gurunya, Gurunya melihat Riana dari kaki sampai ke ujung rambut, sangat berantakan rambutnya kotor akibat serbuk bunga menebar di atas kepalanya.
Terlihat itu memang seperti susah untuk di bersihkan, karna serbuk bunga itu menyebar seperti pasir di rambutnya berwarna kuning.
"Riana kemana kau di saat pelajaran di mulai?" Guru itu memperhatikan, "Ada apa dengan rambut mu, apa kau habis dari halaman belakan sekolah?" Guru itu menunggu jawaban Riana.
Saat Riana akan memberitahu Gurunya, tiba- tiba sosok 4 pria tampan berjalan menuju arahnya, pria yang menjadi idola sekolahnya.
Salah satu dari mereka ada Pavlo yang juga rambutnya terlihat acak acakan, rambutnya tak kalah berantakan, memang terlihat kotor seperti Riana.
Tas jinjingnya Pavlo di kaitkan di pundaknya, tangan yang satu memasuki kanton celananya. Pavlo benar-benar terlihat cool, siapa saja yang melihatnya pasti akan berteriak histeris melihatnya.
Guru yang melihat Riana terdiam tiba- tiba meneriaki nya. Guru itu tidak menyadari jika sosok pemilik sekolah berjalan di belakangnya
Hingga suara batuk terdengar agar guru itu sadar untuk menjaga sikapnya di hadapan pemilik sekolah, yah dia adalah sahabat Pavlo yang lain. Dia pria dengan senyum pesona.
Saat Guru itu berbalik dan melihat ke arah belakang, ia langsung terkejut karna anak pemilik sekolah itu terlihat kacau persis seperti Riana.
Guru itu lanGsung mengajak Riana untuk menunduk saat akan berpapasan dengan mereka.
Riana hanya mengikuti perintah Guru itu. Hingga Pavlo sudah melewati mereka, Riana berkata kepadanya gurunya. "Maafkan aku Miss, aku tertidur di halaman belakan. Sekarang tolong berikan tas itu kepadaku!" desak Riana.
Guru itu memberikan tasnya dan berkata. "Seandainya saja tas itu tidak memiliki barang berharga, ibu mungkin tidak perlu melindungi tas berharga mu itu!" Guru itu menggertak sambil menatap rambut Riana.
Ia juga seperti sedang berfikir di sesuatu. 'Bagaimana dua orang ini bisa memiliki rambut yang kotor, apakah sedari tadi mereka sedang bersama.' Guru itu bertanya pada dirinya
"Saya pamit Miss," ucap Riana
Guru itu melihat ke dua pergelangan tangan Riana membiru. "Ada apa dengan tanganmu, siapa yang lakukan ini kepadamu?" Guru itu tampak panik dan kasihan terhadap Riana.
Riana memiringkan kepalanya ke samping, menatap Gurunya yang bertanya. "Aku tidak akan yakin jika Miss akan percaya dengan perkataan ku! Tidak apa Miss, biarkan si idiot ini menyimpan rahasia nya sendiri.
Maaf miss aku tidak bisa berlama lama, aku ingin kerumah sakit untuk melihat cederaku, aku takut kedepannya ke dua tangan ini lumpuh, akibat bajingan sialan itu!" pekik Riana, cepat membalikkan badannya meninggalkan gurunya yang masih membisu.
Guru itu kaget dengan kata-kata Riana yang begitu kasar dan berani. Dia benar-benar sudah berubah.
"Siaapa bajingan sialan itu?" Setelah di pikir- pikir dari ingatannya barusan Pavlo dan Riana memiliki kotoran yang sama di rambut mereka
Lalu apakah keduanya memang menghabiskan waktu bersama di jam pelajaran? Namun tangan itu, apakah Pavlo menganiaya Riana?
Guru itu menggelengkan kepalanya, dia tidak ingin tau apa yang menyangkut dengan anak pemilik sekolahnya.
Semakin guru itu tau, maka bersiaplah ia meninggalkan sekolah ini. Mungkin lebih baik ia menutup mata dan telinganya saja, dia tidak ingin berurusan dengan anak orang kaya di sekolah ini, karna sekolah ini adalah sekolah elit, hanya orang- orang terkemuka yang bersekolah di Weslan.
Semua Guru mungkin sangat beruntung mengajar di sekolah itu, karna gaji mereka sangat begitu besar, jika ada murid yang melakukan kesalahan, murid itu sendiri yang akan menyelesaikannya.
Karna pikiran orang kaya adalah Uang yang paling berkuasa di weslan, maka urusannya akan selesai jika itu adalah uang yang menyelesaikan masalah.
Tapi tidak dengan Riana, malaupun ia adalah murid yang terpengaruh dengan kekayaannya, ia tetaplah seorang idiot, itu karna semua guru memandangnya rendah.
Murid- murid di sekolah itu tidak akan berenti membulli dirinya, karna seorang idiot yang lemah tidak bisa berbuat apa-apa. Namun siapa yang tidak menyadari jika Riana dalam semalaman berubah total.
Riana berjalan keluar menuju mobilnya tampak menelpon seseorang di balik ponselnya, Riana menunggu di dalam mobilnya sambil mendengarkan alunan musik di sana, tak lama seorang pria paruh baya mengetuk kaca mobilnya.
Riana yang terbangun menurunkan kaca mobilnya untuk melihat orang itu, Riana membuka kunci mobilnya, dan pria paruh baya itu duduk di stir mobil. Riana yang tampak duduk di belakan hanya menikmati alunan musik, dan membawanya tidur kembali.
Di perjalanan Riana berkata kepada supirnya untuk membawanya kerumah sakit bertemu seorang dokter. Supir itu hanya mengangguk kepalanya paham.
*
*
*
"Hay Dude kenapa kau masih disini? Semua orang sudah pulang dan kau memperhatikan mobil itu di sana, jujur saja mobil mu ini lebih mahal dari mobil sport hitam itu." Pria bernama Jakson memukul bahunya untuk menyadarkan Pavlo yang memperhatikan mobil itu hingga pria paruh baya datang untuk membawa mobil itu pergi.
Pavlo berbalik melihat Jakson bersama kawanannya yang masih sibuk dengan ponselnya masing-masing.
"Sudahlah aku ingin pulang!" Pavlo menatap temannya malas, karna saat ini ia ingin pulang untuk memberi makan binatang kesayangannya.
