Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 1

Malam ini langit terlihat mendung, tak ada satupun cahaya yang menghiasi. Bulan pun enggan untuk sekedar menampakkan diri, bahkan bintang pun ikut serta tenggelam dalam gelapnya malam.

Hawa dingin terasa jelas di kulit, membuat seorang gadis yang kini tengah berjalan menuju ruko dimana dia bisa menemukan makanan yang pas di kantongnya.

Dia mengeratkan jaket tipis yang dia kenakan, bibirnya sedikit membiru akibat terlalu lama bersentuhan dengan dinginnya malam.

Bibir kering itu tersenyum hangat saat kakinya melangkah masuk ke ruko sederhana, tempat dimana biasanya dia mengisi perutnya yang kosong.

"Yang kayak biasa Mbah" ujarnya dengan suara sedikit keras agar pemilik ruko tersebut mendengarnya.

Pemilik ruko tersebut memang sudah hafal apa yang di inginkan gadis itu, bukan sekali dua kali dia datang kesana namun sudah puluhan bahkan ratusan kali mengingat berapa lama gadis itu tinggal di daerah tersebut.

"Nih neng  pesenannya, yang kayak biasa dan bonus satu teh hangat" ujar pria parubaya yang tak lain adalah pemilik ruko kecil tersebut.

Gadis  itu tersenyum dan mengucapkan terimakasih, dia sangat senang dapat rezeki walau dia tak terlalu suka teh tapi tak salahnya bukan menerimanya.

Gadis dengan nama lengkap Afka Laurena kinandar itu kini sedang melahap makanannya dalam diam, walau yang dia makan cukup sederhana.

Nasi, sayur dan tempe goreng. Hari ini dia tak punya uang untuk membeli yang lebih baik dari ini, tapi setidaknya hari ini Tuhan masih memberikannya rezeki.

Kalau hari esok, dia akan lebih berusaha lagi untuk memenuhi kebutuhannya.

Setelah mengisi perutnya, dia pun membayar makanannya itu dan kembali pergi.

Udara dingin sama sekali tak mengusiknya, seakan mereka berkawan baik. Dia terlihat tak perduli dengan bibirnya yang semakin kering dan membiru, jarak antara ruko dan kosan yang dia sewa cukup jauh.

Jadi butuh waktu beberapa menit untuk sampai, dia tak punya kendaraan agar bisa lebih cepat.

Bahkan dia tak punya apapun selain dirinya sendiri dan beberapa pakaian yang dia bawa saat dia kabur dari rumah, bahkan dia tak punya siapa pun di kota besar ini.

Hanya bermodal tekat dan uang tabungannya, dia pergi ke kota yang terkenal dengan kekejamannya yaitu Jakarta.

Padahal dulu dia sama sekali tak berminat untuk ke Jakarta, dia lebih tertarik ke bali. Dimana dia bisa menemukan pantai-pantai yang indah dengan mudah, bukan asap polusi yang setiap hari dia hirup.

Tapi apa daya, takdir menuntutnya ke Jakarta. Bahkan takdir juga mempertemukan dia dengan seseorang yang begitu baik dengan Lauren, dia yang mencarikan kosan untuk gadis itu tinggal.

Dia yang membantu mencari pekerjaan, bahkan dia juga yang menampung Lauren sementara waktu sebelum dia punya tempat tinggal.

Lauren atau akrapnya di panggil Rena tersebut begitu bersyukur mengenal ayu, berkat wanita itu kini Rena bisa menyambung hidup.

Bagi Rena, ayu adalah malaikat tapi tidak dengan sebagai besar masyarakat Indonesia, Ayu adalah manusia hina yang tak pantas hidup di antara mereka, itu semua karena pekerjaannya.

Ya, ayu merupakan wanita binal yang sering menjual tubuhnya pada pria-pria hidung belang atau kesepian demi lembar demi lembar uang.

Itu bukan maunya, dia di paksa oleh nasip. Dia terlahir di keluarga kurang mampu, sekolah saja dia hanya sebatas SD. Segala pekerjaan telah dia lakukan sepanjang perjalanan hidupnya, entah itu jadi tukang bersih-bersih.

Asisten rumah tangga, pengasuh, pemulung, penjual koran. Tapi tak juga mampu membantunya, apalagi ayahnya sakit keras.

Butuh banyak biaya, sedangkan ibunya lumpuh akibat kecelakaan. Ada enam orang adik yang harus ayu hidupi, beban di pundak wanita itu begitu berat.

Bahkan pekerjaannya sebagai wanita malam pun tak belum mencukupi kebutuhan mereka, dia ingin adik-adik lebih baik dari dirinya.

Cukup dia saja yang jadi sampah masyarakat, mereka jangan. Cukup dia saja yang hina, adik-adiknya jangan.

Di umurnya yang sudah tergolong tak muda lagi, dia belum juga menikah. Yang dia pikirkan adalah nasip adik-adik, masa depan mereka harus lebih cerah dari pada dia.

Rena sangat kagum dengan sosok ayu, bahkan dia juga turut adil membantu perekonomian wanita itu. Walau ayu sering menolak bantuan Rena, tapi gadis tersebut tetap memaksa.

Walau Rena dan ayu tak tinggal di satu atap tapi Rena sering berkunjung ke rumah ayu, jaraknya tak terlalu jauh hanya butuh beberapa jam saja.

******

Terdengar jelas suara tawa di rumah sederhana berukuran cukup besar, jika di lihat dari luar mungkin tak cocok di bilang sebuah rumah.

Rumah itu lebih cocok di sebut gudang atau tempat sampah, ada banyak karung-karung besar yang berisi botol-botol plastik dan juga tumpukan kardus yang sudah di susun sedemikian rupa.

Dibandingkan rumah-rumah di sekitarnya, rumah itu terlihat kumuh. Mungkin karena itu berdiri di antara rumah-rumah cukup mewah, tapi di bandingkan rumah-rumah di sekitarnya.

Rumah itu terlihat begitu nyaman dan tenang, ada beberapa pohon Mangga cukup rimbun menghiasi halaman rumah yang cukup luas.

Satu di antara pohon-pohon tersebut ada sebuah ayunan sederhana terbuat dari bekas ban mobil yang di ikat dengan tali tambang.

"Rena kamu gak kerja hari ini?" Tanya ayu pada Rena yang sibuk mengajari puspa, adik ayu mengerjakan PR.

Gadis berkulit kuning cerah itu menggelengkan kepalanya, tanpa menatap kearah ayu.

Ayu mendesah pelan, dia sama sekali tak mengerti pemikiran gadis itu. Seharusnya dia harus lebih giat bekerja, bukan malah bermalas-malasan di rumahnya.

Bukan dia melarang gadis itu untuk datang hanya saja, gadis itukan kerja tapi kenapa dia belaga seperti bos.

Ayu sama sekali tak mengerti dengan isi kepala Rena.

"Jangan sering bolos kerja Rena, kamu tau kan gimana susahnya cari pekerjaan. Apalagi di kota besar seperti Jakarta ini, kamu seharusnya bersyukur punya pekerjaan yang baik gak kayak kakak" omel ayu, sontak membuat Rena menoleh kearah ayu.

Mulai lagi dah ceramahnya gumannya dalam hati.

Dia sama sekali tidak mengerti kenapa orang dewasa itu sangat senang mengomel, padahal dia kan butuh istirahat. Lagipula bolos beberapa kali gak bakal dunia hancur apalagi perusahaan tempatnya bekerja itu bangkrut.

Rena hanya diam tak berniat menjawap, membiarkan ayu mengoceh tentang bagaimana kejamnya dunia. Cara bertahan hidup dan lainnya, Rena tak terlalu memperdulikan ocehan wanita itu.

Karena sudah sekian kalinya dia mengatakan hal sama, jadi Rena sangat hafal bagaimana kalimat bahkan titik komanya saja sudah di luar kepala sakin hafalnya.

Kalian pasti penasaran bukan apa pekerjaan gadis itu, Rena bekerja di salah satu perusahaan game online di Jakarta.

Berkat titelnya sebagai serjana komentar atau multimedia, membuat dia di terima di Perusahaan tersebut apalagi nilai-nilai Rena yang tak ada yang cacat.

Semua A plus, jelas itu karena dia memiliki IQ di atas rata-rata. Bahkan dia mendapatkan gelar sarjana tersebut saat umurnya masih 18 tahun, saat ini umur Rena memasuki 20.

Kegilaannya terhadap game membuat gadis tersebut memilih untuk bekerja di perusahaan tersebut, gajinya cukup besar.

Namun gadis itu terlalu boros, setiap gajian uangnya pasti langsung ludes. Sebagian dia berikan pada ayu untuk biaya pengobatan kedua orangtuanya dan sebagainya lagi untuk game dan yang makan serta kosan.

Itu pun masih kurang, Rena sering mencari tambahan. Bermodalkan wajahnya yang cukup menarik menurut dia, Rena sering menjual jasa di clup-clup malah.

Bukan jasa untuk pemuas, dia hanya melayani wanita-wanita kesepian dan mendengar curhatan mereka.

Tak jarang juga menemui mereka minum, tentu saja tetap di awasi oleh ayu. Wanita itu tak akan membiarkan adik kesayangannya itu rusak oleh dunia malam, sebenarnya dia tak pernah setuju dengan pekerjaan sampingan Rena.

Tapi ya begitulah, Rena itu keras kepala. Jadi ayu membiarkan gadis itu berbuat semaunya tapi harus ada pengawasan ayu, makanya Rena selalu menjual jasanya di clup tempat ayu biasanya bekerja.

Di clup tersebut ayu cukup terkenal, entah karena keganasannya atau kemolekan tubuhnya serta parasnya yang cantik.

Bisa di bilang ayu itu primadona di clup tersebut, banyak pria yang berlomba-lomba untuk tidur dengan ayu.

Semenjak kedatangan Rena, clup itu semakin ramai. Mungkin karena ingin menyewa Rena untuk menemani mereka, sayangnya Rena hanya menerima wanita saja.

Kalian pasti tau kan alasannya, yab Rena itu adalah seorang lesbi. Dia tak pernah tertarik dengan pria, dari dia kecil hingga sekarang yang dia lirik hanya wanita.

Walau dia di hadapkan dengan pria tampan dengan tubuh seksi, dia sama sekali tak bernafsu untuk menyentuh.

Karena masalah seksualnya inilah dia kabur dari rumah, dia sudah tak tahan dengan tekanan orangtuanya dan ketiga saudara serta keluarganya yang terus menuntut untuk Rena berubah.

Entah berapa kali dia di rukiah, di bawa ke psikolog dan rumah sakit jiwa. Dia muak dan lelah dengan tingkah keluarganya sendiri, semua itu karena kebodohannya dan kecerobohannya sendiri.

Dia tercyduk hampir berciuman dengan pacar wanitanya di kamarnya sendiri, seharusnya hari itu dia lebih mengontrol diri saat melihat bibir mengkilat kanza.

Ya nama pacar Rena itu kanza, dia anak kampung sebelah. Dia sama seperti Rena, seorang penyuka sejenis.

Mereka bertemu di salah satu grup di WhatsApp, setelah beberapa bulan pacaran akhirnya mereka memutuskan untuk bertemu.

Sejak saat itu mereka jadi sering menghabiskan waktu bersama, kedua belah baik keluarga rena dan kanza tak ada yang curiga.

Jelas karena mereka tak tau jika kedua gadis yang sedang di mabuk asmara itu tak menunjukkan ke anehan sama sekali, di mata keluarga mereka.

Keduanya terlihat seperti dua teman biasa, tanpa ada maksud khusus. Tapi setelah melihat adegan menjijikan itu, keluarga rena jadi over protective pada Rena.

Sedangkan kanza, Rena tak lagi berhubungan dengan gadis itu. Dia lenyap bak di telan bumi, hal itu membuat Rena semakin merasa kacau.

Perasaannya yang masih terbilang labil begitu meracuni otaknya, berkali-kali Rena berniat mencelakai tubuhnya sendiri.

Tapi selalu gagal karena rasa takutnya sendiri, yang bisa dia lakukan hanya menangis dalam diam.

Cukup lama Rena menahan penderitaan tersebut, sampai akhirnya Rena pun wisuda. Setelah kekacauan dan semua tekanan yang di berikan keluarganya, nilai Rena sama sekali tak terpengaruh.

Angka A+ selalu memenuhi deretan nilainya, dua minggu setelah itu Rena pun memutuskan untuk pergi.

Tentu saja dengan persiapan yang sudah matang, bahkan dia sudah berniat untuk kabur saat dia masih kuliah.

Dia sudah mengumpulkan lembar demi lembar uang untuk biaya dia kabur, dia tak bodoh kabur hanya membawa dirinya sendiri dan pakaian.

Dia juga membawa ijazah yang dia dapat dari kerja kerasnya sendiri, itu juga modal untuk menyambung hidupnya.

Intinya semua sudah dia pikirkan dengan matang, namun dia tak berpikir kenapa dia akan pergi.

Dia baru memikirkannya saat sudah di bandara, dia hanya meninggalkan selembar kertas mengatakan jika Rena tak ingin di cari.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel