Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 - Huang Axia

Fakta bahwa jiwaku bereinkarnasi ke dalam raga seorang permaisuri lemah, tak berguna dan di cap sebagai sampah adalah kenyataan yang tak mampu terelakan. Rasa sakit yang dapatkan sebelumnya adalah ingatan Sang pemilik raga yang hendak menyatu dengan jiwaku secara paksa.

Harus ku akui sekarang aku bukan lagi Ma Axia yang terkenal akan kebengisannya. Saat ini aku hanyalah Huang Axia, seorang permaisuri yang di asingkan, di kucilkan, di rendahkan dan di pelakukan begitu buruk layaknya sebuah sampah yang tak berguna.

"Yang mulia apakan anda kini telah baik-baik saja?" Tanya Yiyi yang merupakan gadis yang sejak pertama kali melihatku bangun lantas segera memanggil Huang Axuan dan dayang Rong.

"Aku baik-baik saja, kau bisa beristirahat Yiyi" kataku yang lantas mendapat gelengan cepat dari Yiyi sebagai penolakan.

"Hamba tidak ingin pergi. Hamba takut saat hamba lengah, anda akan kembali mencoba bunuh diri" aku Yiyi.

Aku lantas mendesah. Dari ingatan yang ku dapatkan sebelumnya, Huang Axia, pemilik raga yang ku tempati kini melakukan percobaan bunuh diri dengan cara berusaha mengantukan dirinya di sebuah pohon ceri yang ada di halaman belakang kediamannya.

Masih membekas bekas jeratan tali pada lehernya yang kini membiru. Aku sangat yakin jika Huang Axia begitu tertekan akan penderitaan yang di alaminya hingga ia pun memutuskan untuk mengakhiri penderitaannya dengan cara bunuh diri. Aku yakin saat ini Huang Axia telah tenang di alamnya, jika tidak seharusnya jiwanya kembali mengisi raga yang ia tempati kini dan jiwaku pun tak seharusnya di sini.

Aku lantas membuyarkan pikiranku. Yang perlu kulakukan sekarang hanya perlu menjalani kehidupan baruku. Aku tak punya waktu mengeluh, sebab mengeluh tak akan merubah apapun. Mengeluh dan memaki takdir tak lantas akan membuatku kembali hidup di masaku. Pada dasarnya aku telah mati.

Saat ini aku hanya perlu bersyukur. Setidaknya aku masih bisa hidup dan bisa hidup layaknya orang normal yang mengekspresikan perasaannya meski tubuh yang ku tempati sangat lemah. Andai saja tubuh yang kutempati kini sekuat tubuhku di kehidupan sebelumnya mungkin aku akan lebih bersyukur lagi. Seketika aku tertengun saat menyadari sesuatu yang sangat penting.

"Bukankah aku bereinkarnasi dengan ingatan yang utuh dari kehidupanku sebelumnya?" Tanyaku pada diri sendiri.

Yiyi yang belum pergi dari ruangan besar yang merupakan kamar milik Huang Axia lantas mengernyit bingung. Semenjak junjungannya bangun, ia terus saja mengatakan hal-hal aneh yang sama sekali tidak ia mengerti.

Suara isak dari Yiyi menarik perhatianku. Aku lantas menatap gadis muda berusia 15 tahun itu dengan tatapan bingung. Ia menatapku dengan tatapan iba, lalu tangisnya pun kembali pecah.

"Hamba tidak tahu jika anda begitu tertekan hingga kini anda tampak seperti gadis yang telah kehilangan kewarasan, hiks.. hiks" raung Yiyi.

"Apa yang kau katakan?" Tanyaku. "Juga berhentilah menangis Yiyi, aku masih normal" tambahku berusaha membantah perkataan Yiyi yang mengatakan jika aku kini sudah tidak waras.

Yiyi menyeka air matanya, ia lalu menatapku dengan tatapan menyelidik. Yiyi lantas menyeka air matanya lalu bertanya "Benarkah apa yang anda katakan?" Tanyanya.

Aku hanya membalas pertanyaannya dengan anggukan. Hal itu tentu saja tak lantas membuat Yiyi percaya dengan mudah.

"Lalu mengapa sejak anda bangun, anda terus mengatakan hal - hal yang aneh?" Tanya Yiyi.

'Tentu saja karna aku bukanlah Axia yang kau kenal. Aku adalah Ma Axia, seorang pembunuh bayaran profesional dari Tiongkok. Aku adalah Axia dari dunia lain'. Ingin rasanya aku mengatakah kebenaran itu, hanya saja kalimat itu hanya mampu kulontarkan dalam hatiku. Untuk saat ini aku akan menyembunyikan identitas asliku. Saat ini aku hanya perlu berperan sebagai Huang Axia dan menikmati kehidupanku sekarang ini. Meskipun begitu, aku mungkin akan melakukan beberapa perubahan pada tubuh yang ku tempati kini, setidaknya tujuan utamaku saat ini adalah melepas gelar tak berguna, aib kerjaan dan seorang sampah yang selama ini ku sandang.

"Yiyi saat ini pikiranku masih belum pulih sepenuhnya, wajar jika aku mengatakan hal-hal aneh. Selain itu saat ini kepalaku masih terasa pusing, ingatanku mengenai hal yang ku lakukan sebelum terbaring di sini masih tampak samar" jawabku yang tentu saja hanyalah sebuah kebohongan.

Yiyi lantas menampilkan ekspresi wajah panik, ia lantas mondar mandir seraya memberi rentetan tanya dengan sekali tarikan nafas "Apakah anda merasa sakit? Haruskah hamba memanggilkan anda dokter? Ataukah hamba memanggil dayang Rong terlebih dahulu? Atau tuan besar Axuan?".

"Yiyi tenangkan dirimu" perintahku. "Aku hanya perlu istirahat, kau tidak perlu khawatir dan menimbulkan keributan" tambahku yang lantas dengan cepat di angguki oleh Yiyi yang kini mulai sedikit tenang.

Saat aku baru saja menaruh sebuah bantal di kepala peraduan sebagai sandaran. Sosok pria tampan yang mengeluarkan aura dingin dengan raut wajah yang menampilkan ketidak sukaannya memasuki kamarku. Ia menatapku dengan tatapan tajam. Kebencian dan ketidak sukaannya padaku tergambar dengan jelas, pria tampan yang mengeluarkan aura dingin penuh permusuhan dan kebencian itu adalah suamiku, kaisar Zhang Long Fei.

Dalam ingatan Huang Axia, pernikahan keduanya terjadi hanya karna hubungan diplomatik. Kaisar Zhang Long Fei atau kerap disapa kaisar Fei terpaksa menikahinya hanya agar kerajaan Zhang dan kerajaan Huang tetap menjalin hubungan yang erat dan saling menguntungkan. Jika di ibaratkan di kehidupannya sebelumnya, pernikahannya hanyalah sebatas karna sebuah bisnis.

"Hormat hamba pada yang mulia kaisar" kataku membungku di saat posisiku saat ini tengah duduk bersandar di atas peraduan.

Masa bodoh jika pria itu berpikir aku tidak sopan, saat ini tubuh yang ku tempati sangatlah lemah. Memaksakan diri untuk bangun hanya akan memberatkan tubuhku yang memang sejak awal seperti ini. Aku hanya berharap pria itu memaklumi perbutanku.

"Maaf karna tak menyambut anda dengan baik, saat ini kondisi hamba sedang sangat lembah" pintaku.

"Zhen sama sekali tidak pernah mengharapkan apapun dari sampah sepertimu" katanya dengan nada dingin yang menusuk.

Mungkin jika saat ini yang mendengar kalimat itu adalah Huang Axia yang asli, ia kan merasa sedih dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Sayangnya yang mengisi raganya saat ini adalah Ma Axia. Aku merupakan pembunuh bayaran profesional yang mendapat julukan ratu iblis berhati dingin. Aku bereinkarnasi dari kehidupanku sebelumnya dengan ingatan yang utuh, setelah menjadi alat terkuat organisasi ku hingga akhir hayat ku, aku telah membunuh perasaanku terlebih dahulu sehingga saat melakukan tugasku tak ada rasa sakit ataupun iba yang kurasakan. Saat ini aku hanya perlu melakukan hal yang sama di hadapan pria yang telah mencampakkan dan memperlakukan Sang pemilik raga yang ku tempati dengan begitu buruk dan dingin.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel