6. WARTAWAN KRIMINAL
Felzein dan Bu Atun keluar dari kantor polisi dengan langkah cepat.
Mereka segera kembali ke toko sembako untuk mengambil rekaman CCTV yang rusak, berharap masih ada data yang bisa diselamatkan.
Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, mereka kembali ke kantor polisi dan menyerahkan rekaman tersebut kepada petugas, berharap bisa menjadi petunjuk untuk menangkap pelaku.
Aipda Bowo mengucapkan terima kasih kepada Felzein dan Bu Atun atas kerja sama mereka.
Keputusan cepat mereka dalam melaporkan kejadian dan menyerahkan rekaman CCTV yang rusak sangat membantu pihak kepolisian dalam menyelidiki kasus ini.
Dengan lebih banyak informasi yang terkumpul, peluang untuk menangkap para pelaku pun semakin besar.
Setelah itu, mereka berpamitan kepada Aipda Bowo, yang menyampaikan bahwa pihak kepolisian akan segera menghubungi Felzein jika ada perkembangan baru dalam kasusnya.
Sebagai bentuk komunikasi yang lebih cepat, Felzein menyerahkan nomor ponselnya kepada Aipda Bowo, dan sebaliknya, Aipda Bowo juga memberikan nomornya.
Dia menegaskan bahwa hal ini merupakan bagian dari tugasnya dalam melayani masyarakat, terutama dalam kasus-kasus seperti ini.
Felzein mengantarkan Bu Atun kembali ke toko sembakonya.
Sesampainya di sana, dia melihat garis polisi sudah terpasang di sekitar area toko.
Beberapa petugas masih berada di lokasi, berbincang dengan warga yang tampaknya ingin tahu lebih banyak tentang kejadian tadi pagi.
Setelah melihat situasi dan mempertimbangkan kondisi karyawannya, Felzein akhirnya memutuskan untuk meliburkan seluruh pegawai toko hari ini.
Felzein melangkah mendekati sekelompok polisi dan warga yang masih berkumpul di sekitar toko.
Setelah meminta izin kepada petugas yang berjaga, dia diperbolehkan melewati garis polisi dan masuk ke dalam tokonya.
Di dalam, dia melihat beberapa barang masih tersisa, meskipun sebagian besar sudah berantakan.
Pandangannya tertuju pada satu slop rokok yang masih utuh di rak.
Tanpa ragu, dia mengambilnya dan kembali keluar, lalu membagikan rokok itu kepada warga dan beberapa polisi yang berjaga.
Mereka menerimanya dengan senyum dan rasa terima kasih.
Kejadian pagi ini memang membuat semua orang tegang, dan sedikit kebersamaan seperti ini setidaknya bisa mencairkan suasana.
Setelah beberapa saat berbincang dengan warga dan polisi, ponsel Felzein tiba-tiba berdering.
Dia melirik layar ponselnya. Heru, temannya yang bekerja sebagai wartawan kriminal akhirnya membaca pesan dari Felzein dan segera menelepon untuk memastikan keadaan.
"Halo, Felzein!" suara Heru terdengar di seberang. "Sorry, gue baru buka HP. Serius toko lu dirampok?"
"Ya seriuslah," jawab Felzein, suaranya masih terdengar kesal. "Gue masih di toko sekarang."
"Ya udah, lu stay di situ, gue otw!" kata Heru cepat.
"Oke," balas Felzein singkat sebelum menutup telepon.
Dia menghela nafas sejenak. Setidaknya, Heru pasti bisa memberinya beberapa informasi tambahan nanti.
Lima belas menit kemudian, suara deru motor terdengar mendekat.
Heru tiba dengan mengenakan pakaian khas wartawan, lengkap dengan kartu pers yang tergantung di lehernya.
Begitu melihat Felzein, dia segera melambaikan tangan.
Felzein yang berdiri di dekat garis polisi membalas lambaian itu, memberi isyarat agar Heru segera mendekat.
Wajahnya masih menunjukkan ketegangan, tetapi ada sedikit kelegaan melihat temannya datang.
Heru mengangguk sambil mengambil ponselnya, bersiap mencatat atau merekam jika diperlukan.
Sebelumnya, dia sudah memperkenalkan diri kepada polisi yang berjaga serta warga sekitar TKP, memastikan dirinya bisa mengakses informasi tanpa kendala.
“Gimana kejadiannya, Fel?” tanya Heru kepada Felzein, wajahnya serius.
Felzein menghela nafas sebelum mulai menjelaskan kepada Heru.
“Jadi gini, Her. Bu Atun yang pertama kali datang ke toko tadi subuh."
"Dia kira gue yang udah buka, tapi pas dia masuk, dia langsung sadar kalau toko gue dirampok."
"Barang-barang berserakan, laci kasir kebuka, dan uangnya udah hilang.”
Heru mengangguk, mencatat di ponselnya, “Terus CCTV gimana? Bisa dicek nggak?”
Felzein mengepalkan tangannya, masih kesal, “Itu dia masalahnya. CCTV mati. Monitor nggak nyala, dan DVR-nya rusak. Bu Atun yakin kalau pelakunya sengaja ngerusak CCTV sebelum ngerampok.”
Heru menyipitkan mata, “Hmm… berarti mereka nggak asal-asalan. Mereka tahu harus matiin CCTV dulu.”
Felzein mengangguk, “Dan yang bikin tambah nyesek, yang diambil bukan cuma uang."
"Lima slop rokok, beberapa dus minyak goreng, dua karung beras isi 50 kilo, sama beberapa barang mahal lainnya juga hilang."
"Kayaknya mereka udah ngincer barang-barang tertentu.”
Heru mengetuk dagunya, “Kok bisa ya? Biasanya maling ngincer duit dulu, ini malah ngambil barang dagangan.”
Felzein menatap ke dalam toko, masih berusaha mencerna kejadian itu. Ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya.
“Tapi bukan cuma itu, Her,” lanjutnya.
“Ada warga yang bilang tadi malam sempat lihat dua orang mondar-mandir di depan toko sekitar jam dua pagi. Mereka naik motor, kayak lagi ngawasin tempat ini.”
Heru langsung fokus, “Lu dapet ciri-ciri mereka?”
Felzein menghela nafas, “Sayangnya nggak jelas. Mereka pakai helm sama jaket. Tapi ada satu petunjuk kecil, salah satu motornya Vario merah.”
Heru tersenyum tipis, “Nah, ini udah mulai ada titik terang. Gue bakal cari tahu lebih lanjut soal motor itu. Mungkin ada yang pernah lihat motor serupa di sekitar sini.”
Felzein menepuk pundaknya, “Gue harap ini bisa bantu polisi nangkep pelakunya.”
Heru mengangguk mantap, “Tenang, Fel. Kita kejar terus sampai ketemu.”
Setelah mendengar penjelasan Felzein, Heru menoleh ke salah satu polisi yang sejak tadi ikut mendengarkan percakapan mereka.
"Pak, dari pihak kepolisian sendiri, bagaimana perkembangan kasus ini? Apakah sudah ada petunjuk atau langkah-langkah yang dilakukan, misalnya pemeriksaan sidik jari di TKP?" tanyanya dengan nada serius.
Polisi itu menghela nafas sejenak sebelum menjawab, "Kami sudah melakukan olah TKP dan mengumpulkan beberapa barang bukti."
"Untuk sidik jari, tim forensik sedang menganalisisnya. Jika pelaku tidak memakai sarung tangan, ada kemungkinan kami bisa menemukan kecocokan dengan database yang ada."
Heru mengangguk dan mencatat di ponselnya, "Selain sidik jari, apakah ada petunjuk lain yang bisa mengarah ke pelaku?" tanyanya lagi.
Polisi itu menjelaskan, "Sejauh ini, kami menemukan beberapa jejak kaki di sekitar toko."
"Dari pola jejaknya, ada kemungkinan pelaku berjalan di tanah sebelum masuk."
"Kami juga sedang mencoba melacak rekaman CCTV dari beberapa titik di sekitar lokasi untuk melihat apakah ada yang menangkap pergerakan pelaku, termasuk motor yang disebutkan oleh saksi."
Felzein yang sedang menyimak, langsung menimpali, "Kalau soal motor Vario merah yang dilihat warga tadi malam, apa bisa dilacak lebih lanjut, Pak?"
Polisi itu mengangguk, "Kami akan coba memeriksa rekaman kamera pengawas di jalan raya terdekat dan beberapa tempat strategis lainnya."
"Jika ada rekaman yang jelas, kami bisa mencari tahu lebih lanjut tentang motor tersebut, mungkin dari plat nomornya atau gerak-gerik pengendaranya."
Heru dan Felzein saling berpandangan. Ada sedikit harapan bahwa kasus ini bisa segera menemukan titik terang.
