Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6: Gema Pelabuhan Pasir

Malam mulai menyelimuti Port-Sable, kota pelabuhan yang terletak jauh di selatan Rivemarine. Langit yang gelap tampak bermandikan bintang, namun awan yang menyeruak mengaburkan gemerlap tersebut. Port-Sable, dengan segala keanggunannya yang kasar, dibatasi oleh tebing-tebing curam dan lautan yang selalu bergolak. Tempat ini merupakan persinggahan di mana legenda setempat bercampur dengan realitas kehidupan sehari-hari. Di balik hiruk-pikuk aktivitasnya, tersimpan rahasia-rahasia yang dalam dan misterius. Tidak hanya itu, kota inilah yang menjadi tujuan terakhir yang diketahui dari kapal legendaris Lune de Mer, kapal yang pernah dikemudikan oleh Thomas. Di sini, kebenaran-kebenaran pun tampak tersembunyi di balik lapisan gelap bayangan dan misteri, seolah dimakamkan oleh waktu dan dijaga oleh individu-individu yang kehadirannya sudah cukup untuk menanamkan rasa takut dan keheningan penuh hormat.

Suasana di pelabuhan ini terasa sangat berbeda dibandingkan dengan kota-kota pelabuhan lainnya. Dermaga di Port-Sable terbentang luas, jauh lebih luas daripada dermaga yang biasa ditemui di Rivemarine atau Valmont. Di bawah rinai langit malam, deretan kontainer-kontainer logam ditumpuk rapi hingga mata tak bisa memandang lebih jauh. Kapal-kapal raksasa yang bersandar di dermaga seolah-olah berperan sebagai penjaga bisu, menjaga setiap inci dari kawasan pelabuhan itu dengan tatapan penuh kewaspadaan. Namun, di tengah semua aktivitas industri dan logistik yang tampak mekanis itu, terasa sebuah atmosfer yang berat dan suram. Seolah-olah setiap gerakan—baik itu gerakan pekerja, pergerakan kapal, atau bahkan hembusan angin—selalu diawasi, seakan ada kekuatan tersembunyi yang mencatat setiap detilnya.

Di satu sudut, tepat beberapa langkah dari dermaga utama, terdapat sebuah bangunan yang tersembunyi dari pandangan umum. Bangunan ini tampak sederhana dari luar, tanpa hiasan yang mencolok, namun di dalamnya berlangsung sebuah pertemuan rahasia. Hanya orang-orang tertentu yang diizinkan untuk memasuki ruangan itu. Pintu-pintu besarnya dijaga ketat oleh beberapa pria besar berpakaian mantel hitam, yang matanya tajam menyapu setiap orang yang mencoba mendekat. Begitu memasuki ruangan itu, suasana berubah drastis. Lampu yang redup menyinari sebuah meja bundar besar, di mana beberapa individu duduk mengelilingi meja tersebut. Wajah mereka separuh terselimuti bayang-bayang, sehingga hanya sebagian ekspresi serius yang tampak. Dalam keheningan yang penuh ketegangan, mereka mulai berdiskusi mengenai berbagai topik yang bersifat rahasia dan penting bagi kelangsungan operasi yang tengah dijalankan di Port-Sable.

Salah satu dari mereka, dengan suara rendah namun tegas, memecah keheningan: — "Ada kebocoran informasi dari Valmont," ujarnya seraya menatap tajam ke arah rekan-rekannya. "Kita harus pastikan hal ini tidak terulang di sini."

Seorang pria lain yang duduk di seberang meja mengangguk dengan cepat, jarinya secara terus-menerus mengetuk-ngetuk pinggiran meja seakan menunjukkan ketidaksabaran. — "Proyek kita sudah terlalu maju untuk dibiarkan terancam. Pastikan tidak satupun dari mereka mengajukan pertanyaan, terutama mengenai Lune de Mer," tambahnya dengan nada mendesak.

Di sudut ruangan, di dekat jendela besar yang menghadap ke dermaga, berdirilah seorang wanita. Rambutnya yang hitam pekat diwarnai dengan beberapa helai perak yang samar, memantulkan cahaya redup dari lampu-lampu ruangan. Wanita itu tampak seperti sosok yang telah melewati begitu banyak musim, tetap tenang meski situasi di sekelilingnya penuh dengan kecemasan dan kerahasiaan. Tatapannya terpaku ke luar, seakan mencoba menangkap setiap detik pergerakan di dunia luar. Suaranya, ketika akhirnya ia berbicara, lembut namun penuh otoritas: — "Kita sudah mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan. Namun, masih ada satu variabel yang belum kita kenali."

Pada perkataan itu, seketika mata seluruh hadirin yang hadir seolah berubah, tertuju pada wanita tersebut dengan penuh rasa ingin tahu. — "Variabel, maksudmu?" tanyamu seorang pria yang duduk di ujung meja sambil menunduk sejenak.

Dengan sejuk, wanita itu menjawab: — "Variabel itu adalah wanita yang selalu mencari jawaban. Aku maksud, Élise."

Begitu kata itu terucap, ruangan itu segera diliputi oleh bisikan-bisikan yang mendayu. Setiap orang mulai mempertanyakan sosok tersebut. Tak lama kemudian, salah seorang pria dengan nada penasaran bertanya: — "Apa yang kita ketahui tentangnya?"

Sang wanita menjawab pelan namun jelas: — "Dia sudah pernah pergi ke Valmont. Ia pernah mewawancarai orang-orang yang sebaiknya tidak ia dekati. Dan, sepertinya, sekarang ia semakin mendekati lingkup kita."

Tanpa menunggu respons lebih jauh, wanita itu menurunkan pandangannya dari jendela dan dengan langkah mantap berjalan menuju meja. Setiap langkahnya terdengar pasti, seolah tidak tergoyahkan oleh keraguan sekalipun. Ketika akhirnya ia sampai di depan meja, ia menyampaikan peringatan dengan nada yang penuh perhitungan: — "Dia harus diawasi dengan sangat dekat. Jika di Port-Sable dia mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan, kita harus segera bertindak sebelum dia menemukan sesuatu yang bisa mengguncang rahasia kita. Ingatlah, tidak ada tindakan yang boleh dibiarkan tanpa perhitungan. Setiap langkah harus diperhitungkan dengan cermat."

Sementara diskusi di ruangan itu terus bergulir dengan serius, di seberang kota, tepatnya beberapa kilometer jauhnya, seorang pria bernama Julien menerima panggilan telepon. Julien, yang sebelumnya pernah berbincang dengan Élise di sebuah gudang, mendengarkan dengan seksama perintah-perintah yang disampaikan melalui telepon. Suaranya tenang namun tegas, mengindikasikan bahwa apa yang ia dengar berkaitan dengan misi penting. — "Port-Sable adalah benteng terakhir pertahanan kita. Lakukan segala sesuatu yang diperlukan agar dia—élise—tidak melangkah lebih jauh ke dalam misteri ini," ujar suara di ujung telepon.

Julien terdiam sejenak, sebelum akhirnya mengangguk dalam hati. Di benaknya, ia terombang-ambing antara kewajibannya untuk menjalankan perintah dan perasaan aneh, hampir simpati pribadi terhadap Élise. Meskipun demikian, ia menyadari bahwa tugasnya dalam hierarki itu adalah menjaga agar rahasia-rahasia di Port-Sable tetap terkunci rapat, tersembunyi dari pengetahuan dunia.

Di tengah hiruk-pikuk Port-Sable, setelah pertemuan rahasia itu usai, muncullah sosok wanita misterius yang dikenal oleh masyarakat hanya sebagai Margaux. Setelah meninggalkan ruang rahasia, Margaux berjalan dengan penuh karisma menuju dermaga. Sepanjang perjalanan, ia memerhatikan setiap gerakan para pekerja yang sibuk memindahkan kontainer ke atas kapal besar. Mata Margaux tajam memerhatikan setiap gerakan, seolah setiap detail memiliki arti penting dalam permainan besar yang sedang berlangsung. Meskipun sosoknya dihormati di kalangan tertentu, hanya sedikit yang benar-benar tahu siapa dirinya. Desas-desus mulai bermunculan; ada yang mengatakan bahwa ia memiliki koneksi dengan perusahaan-perusahaan besar yang berpengaruh, sementara yang lain berbisik bahwa Margaux adalah penjaga rahasia port yang harus dijaga kerahasiaannya dengan segala cara.

Tak lama setelah tiba di dermaga, Margaux ditemui oleh seorang pria yang membawa sebuah folder tebal di bawah lengannya. Dengan nada suara yang rendah dan penuh perhitungan, pria itu berkata: — "Semuanya sudah siap. Kapal akan berangkat malam ini. Semua dokumen telah dihapus, sehingga tak ada informasi yang dapat mengais kembali asal-usul kita."

Margaux hanya mengangguk, matanya tetap terpaku ke cakrawala, seolah menyimpan ribuan pikirannya dalam tatapan yang hening dan evaluatif. Sambil berdiri di sana, ia merasakan udara malam yang dingin dan lembab menyusup ke setiap pori-porinya, menambah kesan bahwa segala sesuatu di Port-Sable selalu diamati oleh kekuatan yang tak terlihat.

Tak jauh dari dermaga utama, di sebuah gang yang remang-remang, dua pria duduk mengawasi sebuah penginapan kecil. Meskipun Élise secara fisik belum muncul di Port-Sable, jejak kehadirannya terasa melalui berbagai petunjuk yang ia tinggalkan: dari orang-orang yang pernah diwawancarainya hingga tempat-tempat di mana ia mencari informasi. Kedua pria itu saling bicara dengan bisik-bisik yang penuh kecurigaan. — "Dia berbahaya," ujar salah satu dengan suara rendah, "Dia seharusnya tidak terus menggali lebih dalam tentang hal ini."

Pria lainnya, dengan nada yang lebih sinis, menimpali: — "Tapi dia sangat ulet. Ini adalah tipe orang yang tidak akan berhenti sampai mendapatkan jawabannya."

Sejenak, kesunyian menyelimuti gang kecil itu, seolah membentuk tirai yang menandakan sesuatu yang akan segera terjadi dan akan membawa kehancuran jika tidak dikendalikan.

Menjelang akhir malam, Margaux kembali ke kantornya. Kantor itu merupakan ruangan mewah yang terletak di salah satu lantai atas sebuah gedung tinggi di pusat kota. Ruangan itu dipenuhi oleh perabotan antik dan pencahayaan lembut yang memancarkan aura kekuatan dan rahasia. Tanpa berlama-lama, Margaux membuka sebuah lemari besar dengan ukiran halus, lalu mengeluarkan sebuah kotak logam kecil yang sudah berlumut usia. Di dalam kotak tersebut, tersimpan sebuah liontin berbentuk bintang perak yang sangat mirip dengan liontin yang dimiliki oleh Élise. Dengan penuh pertimbangan, Margaux memegang liontin itu di tangannya, memandangnya dengan mata yang penuh teka-teki dan perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Sambil berbisik lirih, ia berkata: — "Bintang tidak pernah berbohong."

Kata-kata itu seolah bergema dalam ruang kecil yang tenang, membawa pertanyaan-pertanyaan mendalam mengenai takdir dan kebenaran yang selalu tersembunyi di balik permukaan kehidupan di Port-Sable.

Sementara itu, di luar gedung pertemuan rahasia itu dan dermaga, malam di Port-Sable terus berjalan dengan irama yang tidak terduga. Angin laut yang dingin membawa aroma garam dan keletihan, serta suara debur ombak yang tak henti-hentinya menghantam karang di tepi pantai. Suasana itu seakan mengisyaratkan bahwa meski aktivitas manusia berjalan seperti biasa, ada kekuatan alam dan sejarah yang selalu mengingatkan bahwa manusia hanyalah bagian kecil dari permainan besar alam semesta.

Di balik gemuruh ombak tersebut, rahasia pelabuhan ini tetap terjaga oleh keheningan yang menyimpan ribuan cerita. Cerita tentang pengkhianatan, tentang perjanjian yang disegel dengan darah dan air mata, dan tentang nasib malang yang kerap menimpa mereka yang terlalu berani menggali kebenaran. Tiap sudut Port-Sable menyimpan kenangan dan cerita, dan setiap bayangan yang melintas di malam hari bagaikan sisa-sisa misteri yang belum terpecahkan.

Kisah Élise sendiri sudah mulai menyebar meski dengan bisikan-bisikan samar. Banyak yang memperdebatkan siapa sebenarnya wanita itu, apa motivasinya, dan bagaimana keberaniannya untuk terus mencari jawaban meski segala ancaman menggantung di sekelilingnya. Walaupun ia belum terlihat di antara keramaian dermaga, kehadirannya terasa nyata melalui setiap interaksi—baik dalam wacana pertemuan rahasia maupun di antara desas-desus para pengamat rahasia yang mencoba menangkap jejak langkahnya.

Di balik layar, Julien yang menerima perintah tadi terus merenungkan tugasnya. Hati dan pikirannya bergolak antara loyalitas kepada atasan dan rasa simpati yang mulai tumbuh bagi Élise. Ia tahu dengan baik bahwa menjaga rahasia Pelabuhan Pasir adalah misi yang tak dapat diganggu gugat, namun di saat yang sama, bayang-bayang sosok Élise menghantui pikirannya, seolah menuduh setiap individu yang terlibat dalam konspirasi tersebut atas kegagalan dalam melihat kebenaran yang lebih besar.

Semua elemen di Port-Sable—dari deretan kontainer yang membentuk labirin industri, hingga bangunan-bangunan tua yang menyimpan sejarah kelam—menjadi saksi bisu dari sebuah pertarungan yang tak terlihat. Pertarungan antara kekuatan yang ingin mempertahankan status quo dan keinginan untuk membongkar rahasia yang telah lama terkubur. Di situ, setiap tindakan, setiap bisikan, dan setiap tatapan mengandung arti yang mendalam.

Margaux, dengan segala ketenangan luar biasanya, terus mengamati dunia sekelilingnya. Tepat sesaat setelah pertemuan rahasia, dia turun ke dermaga sekali lagi untuk memeriksa keadaan sekitar. Dengan mata yang tajam bagai elang, ia memperhatikan bagaimana para pekerja memindahkan barang-barang, bagaimana lampu-lampu sorot dari kapal-kapal besar memantulkan kilauan pada permukaan air yang bergulung. Di antara keramaian itu, dia sendiri adalah figur yang jarang diketahui identitasnya. Banyak yang hanya mengenalnya lewat namanya dan desas-desus yang beredar; namun sedikit yang tahu betapa dalamnya keterlibatan beliau dalam menjaga rahasia pelabuhan ini.

Di sebuah sudut yang agak tersembunyi dari dermaga, di mana tidak banyak orang yang memperhatikan, seorang pria dengan folder tebal mendekati Margaux. Suaranya pelan namun sarat arti, menyampaikan informasi bahwa segala persiapan telah selesai. Kata-kata "Kapal akan berangkat malam ini" bukan hanya pengumuman biasa, melainkan merupakan sinyal bahwa misi rahasia ini telah mencapai titik kritisnya. Dokumen-dokumen yang dihapus dengan teliti menunjukkan betapa cermatnya kelompok itu dalam menutup lubang informasi yang bisa membahayakan rencana mereka. Semua itu disampaikan dengan nada yang menunjukkan kepercayaan diri meskipun di baliknya tersimpan kerumitan politik dan intrik bisnis.

Sementara itu, di lorong-lorong gelap di sekitar penginapan, dua pria terus mengawasi gerak-gerik seseorang yang disinyalir memiliki keterkaitan dengan Élise. Percakapan mereka mencerminkan kekhawatiran mendalam bahwa kehadiran Élise tidak hanya sebagai penanya, tapi juga sebagai ancaman potensial bagi rencana rahasia yang telah disusun dengan sangat rapat. Ucapan-ucapan seperti "Dia berbahaya" dan "Dia sangat ulet" menggambarkan betapa seriusnya situasi yang sedang berlangsung, serta menandakan bahwa setiap langkah Élise mungkin saja menjadi pemicu peristiwa yang lebih besar.

Setelah berbagai peristiwa yang terjadi di dermaga dan sekitarnya, Margaux pun kembali ke kantornya yang mewah. Di ruang privat yang dilapisi furnitur antik dan dinding-dinding yang dipenuhi lukisan sejarah, ia membuka lemari kayu yang besar. Di dalamnya tersimpan berbagai dokumen rahasia dan beberapa benda peninggalan yang telah lama menjadi simbol kekuasaan. Dengan hati-hati, Margaux mengeluarkan sebuah kotak logam kecil dan membukanya. Di dalam kotak itu, tersimpan sebuah liontin berbentuk bintang perak yang mengingatkannya pada sesuatu yang penting. Liontin itu tidak hanya sekedar perhiasan, melainkan simbol dari sebuah masa lalu yang penuh misteri—sesuatu yang bahkan Élise pun tampaknya sedang coba ungkapkan. Saat ia memegang liontin itu, ia menatapnya dengan ekspresi yang sulit diuraikan, penuh perasaan campur aduk antara harapan dan keputusasaan. Dengan lirih, ia berbisik pada dirinya sendiri: — "Bintang tidak pernah berbohong."

Pernyataan itu menggantung dalam keheningan kantornya, seolah membawa pesan tersembunyi yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang benar-benar terikat oleh takdir yang sama. Setiap kata yang terlontar memicu rangkaian pikiran tentang nasib, pengkhianatan, dan keberanian untuk mencari kebenaran di tengah-tengah dunia yang penuh intrik.

Di luar, malam semakin larut. Angin laut yang dingin menyapu jalan-jalan kota, membawa aroma asin dan kabut tipis yang membalut tiap sudut Port-Sable. Suasana itu seakan menekankan betapa rapuhnya kehidupan di tengah kekuatan yang lebih besar, sebuah peringatan bahwa apapun yang terjadi, kebenaran selalu memiliki cara untuk muncul ke permukaan—meskipun harus melalui jalan yang penuh duka dan kegetiran.

Tak dapat disangkal, Port-Sable telah menjadi medan pertempuran antara kekuatan yang ingin mempertahankan rahasia dan sosok-sosok pemberani yang memilih untuk mencari kebenaran. Di balik setiap tumpukan kontainer, di balik setiap percakapan rahasia, serta di balik setiap tatapan dingin dari penjaga bayangan, tersimpan kisah-kisah yang belum selesai. Kisah Élise, Margaux, Julien, serta banyak lagi, saling terjalin dalam sebuah jalinan cerita yang kompleks.

Mungkin, suatu hari nanti, bayangan-bayangan dari masa lalu dan rahasia yang selama ini terkubur akan menyatu dan mengungkapkan kebenaran yang sebenarnya. Hingga saat itu tiba, Port-Sable tetap menjadi tempat yang menyimpan begitu banyak rahasia, di mana gema setiap langkah dan bisikan malam menjadi saksi bisu perjalanan para jiwa yang berani mempertanyakan keadaan dunia ini.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel