Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

Semua persiapan telah selesai. Pagi-pagi sekali Mayang dan Ema telah sibuk menyiapkan perbekalan untuk lintas alam mereka.

Pihak kampus mengadakan acara mapala guna melestarikan alam sekitar dan juga menjaga kelestarian alam. Kegiatan tersebut dimulai dari kampus dan para anggota pergi bersama-sama menaiki mobil yang telah disediakan pihak kampus.

Sebagai mahasiswa aktif, Mayang dan Ema ikut berpartisipasi. Terlebih lagi, Ema tentu tak ketinggalan karena pria pujaannya menjadi ketua Mapala hari ini. Hal yang telah ia idam-idamkan akan terwujud yakni bisa bermanja-manja dengan Awang di kegiatan Mapala tersebut.

“Mayang! Gue ingetin sekali lagi, jangan ganjen sama Awang!”

Mayang tak mendengarkan perintah Ema, Mayang terus saja memasukkan perbekalan ke dalam tasnya.

Tak ingin berseteru dengan Ema di rumah, membuat Mayang enggan menanggapi apa pun perkataan Ema padanya.

Keduanya lalu berangkat ke kampus diantar oleh sopir keluarga ayah Mayang. Dan seperti biasanya pula Ema akan menyuruh Mayang turun di jalan meski perjalanan mereka masih jauh dari area kampus. Ema sengaja membuat Mayang menderita lagipula Ema juga tak ingin dianggap sebagai saudara tiri dari Mayang. Poor Mayang!

Dan Mayang menurut saja karena ancaman dan makian Ema terus saja ia dapatkan baik di rumah maupun di kampus seperti ini.

Hingga tak sengaja ketika Mayang jalan kaki menuju kampus, Awang, pria yang digandrungi oleh Ema melihat Mayang sedang berjalan kaki menuju area kampus.

Sebagai sesama mahasiswa, tentunya Awang tak tega melihat temannya dalam kesulitan. Terlebih, Mayang juga merupakan salah satu anggota Mapala yang ia pimpin.

“Hei, bukankah kamu anak pariwisata yang mengikuti program Mapala?” tegur Awang turun dari atas motor kesayangannya pada Mayang yang saat ini sedang berjalan dengan tergesa-gesa ke arah kampus.

Mayang menoleh mendengar ada seseorang yang menyapanya. Ditatapnya Awang, pria yang menjadi incaran pada gadis di kampus termasuk Ema saudari tirinya.

‘Ini tak bisa dibiarkan! Ema akan marah bila melihatku bersama Awang di sini!’ Mayang bersuara dalam hatinya. ‘Lebih baik aku bergegas pergi meninggalkan Awang sebelum Ema melihatku!’

“Iya, maaf aku pergi dulu, takut telat!” Mayang menghindari Awang agar tak ada masalah yang tercipta bila Ema melihatnya bersama dengan Awang pagi ini.

Namun, Awang tak membiarkan Mayang pergi begitu saja. Dengan sikap heroiknya, Awang menawarkan tumpangan pada Mayang untuk mengantarnya ke kampus karena sebentar lagi rombongan mereka akan segera pergi.

“Kamu bisa pergi bersama dengan aku!” tawar Awang pada Mayang, gadis manis berlesung pipi dengan kaca mata tebal bertengger di telinganya.

“Terima kasih, Kak! Tapi saya bisa berjalan sendiri!” Mayang terus saja menolak penawaran dari Awang padanya. Lebih baik Mayang menghindari terjadinya masalah agar tak ada kesalahpahaman antara Mayang dan Awang.

Awang hanya bisa menatap kepergian Mayang begitu saja. Mayang dikenal sebagai mahasiswi yang tak banyak bergaul dengan teman-temannya. Bahkan Awang juga kesulitan memahami seperti apa gadis lugu itu.

Tak ingin berlama-lama di jalanan, Awang pun segera memacu motor kesayangannya ke kampus agar tak ketinggalan progamnya. Pemuda tampan itu sesekali menatap punggung Mayang dari belakang.

“Gadis aneh!” gumam Awang lalu menyalakan mesin motornya.

**

Sesampainya di lokasi berkumpul, panitia mengabsen kehadiran para peserta. Termasuk Mayang dan yang lainnya. Dengan sikap kepedean Ema curi-curi pandang ke arah Awang yang sedang memberikan sambutan sebagai ketua progam Mapala ini.

Bahkan dengan genit, Ema berani bermain mata dengan Awang. Dan pastinya Awang merasa ngeri bila ada gadis yang mendekati dirinya. Terlebih lagi Awang juga bukan pemuda yang mudah dekat dengan semua gadis terutama yang centil dan ganjen seperti Ema.

Tiba giliran jelas Mayang, panitia memanggil nama Mayang Anjani. Secepatnya Mayang mengangkat tangannya agar tak ketinggalan presensi pagi sebelum berangkat mapala.

Ketika semua anggota telah lengkap, panita memberinya aba-aba untuk memasuki bis yang telah disediakan sesuai nomor urut masing-masing. Dan beruntungnya, Mayang tergabung dalam satu bis yang sama dengan Awang.

Ema begitu kesal melihat keberuntungan yang Mayang dapatkan. Bahkan Ema sempat menawarkan pada salah satu anggota untuk bertukar tempat duduk dengannya, tapi sialnya tak ada satu pun yang bersedia menerimanya. Alhasil, Ema harus puas duduk di bis terpisah dari Awang.

“Hai, kita bertemu kembali!” Awang menyapa Mayang yang sibuk menata tas bawaanya di kabin bis.

Mayang terlonjak kaget mendengar suara Awang dan menoleh ke arah pemuda yang kini duduk santai di sampingnya.

“A-apa maksudmu? Kapan kita bertemu?” Mayang sengaja berbohong agar tak terjadi gosip aneh di antara ia dan Awang karena itu bisa menyakiti perasaan Ema padanya.

“Pagi tadi? Hei apa ingatanmu buruk sekali?” Awang mencibir Mayang yang begitu mudah melupakan pertemuan di antara keduanya tadi pagi di luar kampus.

**

Kabar kedekatan antara Mayang dan Awang sampai hingga di telinga Ema. Gadis muda yang cantik itu sampai harus meremas ponsel di tangannya karen diliputi rasa cemburu. Terlebih lagi Awang dan Mayang yang tergabung dalam satu bus, hal tersebut semakin membuat Ema panas.

Hingga ketika semua anggota sampai di lokasi acara, Ema langsung mengkonfrontir Mayang untuk tetap menjaga batasannya.

“Jal ang!” Ema menarik paksa rambut Mayang ketika melihat Mayang sedang sendirian tanpa ada seseorang yang mungkin bisa membantunya.

“Kamu kenapa sih, Ema?”

Ema masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Awang lebih memilih untuk mendekati Mayang. Padahal semua orang juga tahu seperti apa kondisi Mayang saat ini.

Mayang yang terlahir memiliki tanda lahir berupa warna kehitaman di pipi kananya membuat gadis manis itu tak percaya diri dengan penampilannya. Dan kondisi menyakitkan itu Ema jadikan sebagai alat untuk terus menekan dan mengoloknya Mayang selama ini.

“Dasar pelacur buruk rupa!”

Mayang sadar akan penampilan saat ini. Sangat tak pantas untuknya untuk bersanding dengan pria yang diinginkan oleh Ema Sentani.

“Malah tanya kenapa, lu pikir lu siapa bisa dekat-dekat dengan Awang, Ha?”

“Kami tak menjalin hubungan seperti yang kamu takutkan! Aku dan dia tak ada apa-apa!” jelas Mayang agar Ema tak salah paham dengannya.

Ema telah bersiap untuk menampar pipi Mayang kembali, tetapi Mayang tak tinggal diam. Gadis muda itu menahan tangan Ema yang ingin memukulnya. Untuk kali ini, Mayang tak ingin menjadi anak cengeng yang hanya bisa menangis menerima semua perbuatan jahat dari Ema.

Bahkan Mayang telah bertekad untuk menjadi lebih kuat lagi menghadapi saudara tirinya tersebut. Ia tak bisa terus-menerus menjadi korban keganasan Ema dan ibu tirinya.

Tapi Ema yang saat ini tersalut emosi tak bisa menerima setiap penjelasan yang terlontar dari bibir mungil Mayang. Bahkan Ema tak segan menampar balik Mayang karena gadis itu sempat menahan serangannya tadi. Hatinya begitu panas mendengar gosip yang menyebutkan Mayang dan Awang bersama dalam satu bis. Dan keduanya duduk berdampingan satu sama lain.

“Kalau kau terus seperti ini, aku tak segan berlaku jahat padamu dasar cewek udik!” Ema mengancam Mayang agar tak berani mengambil calon lelakinya.

Untuk urusan Awang, Ema tak bisa berkompromi lagi. Tak ada satu pun gadis yang boleh dekat dengan pemuda rupawan tersebut. Termasuk Mayang si anak tiri dari ibunya Ema. Terlebih lagi bila menilik seperti apa penampilan Mayang, sangat berbanding terbalik dari Ema yang memiliki penampilan wajah yang rupawan.

“Hanya aku yang pantas bersanding dengan Awang!” gerutu Ema lalu beranjak meninggalkan Mayang begitu saja.

“hentikan Ema! Kau sudah keterlaluan, aku tak segan untuk melaporkan pada polisi atas perlakuan kamu padaku.”

Dengan perasaan dongkol, Ema hanya mampu menahan perasaannya setelah ia menjambak dan menampar wajah Mayang tadi. Meski begitu, tak menyurutkan langkah Ema untuk segera bermanja-manja dengan Awang.

Awang juga merasa risi dengan sikap Ema. Meski gadis itu cantik dan menarik, tapi tak membuat Awang diliputi perasaan gembira. Yang ada Awang hanya bergidik ngeri karena jelas-jelas Ema mengincar dirinya. Bagi Awang wanita seperti Ema bukanlah menjadi pilihannya.

Sesekali Awang mencuri pandang ke arah gadis muda yang menurutnya berbeda dari kebanyakan gadis muda lainnya. Pandangan mata keduanya pun beradu dan Mayang lalu membuang muka agar pria itu tak lagi menatapnya.

Lain Mayang, lain pula Ema. Dengan sikap manjanya ia selalu bergelanjut manja ke mana pun Awang berada. Bahkan ketika mendirikan tenda, Ema berpura-pura kesulitan hingga meminta bantuan Awang.

Banyak teman-teman Ema yang menggodanya karena melihat gelagat Ema yang berusaha mendekati Awang.

“Cie ... cie!” goda Elisa teman satu tim Ema menggoda gadis itu setelah Awang membantunya mendirikan tenda.

“Sudah, kalian siapkan saja selebihnya!” pinta Awang pada Ema dan Elisa yang telah ia bantu mendirikan tenda.

Sepeninggalan Awang, Ema menyuruh Elisa ke tenda Mayang untuk menyebutkan bahwa Ema membutuhkan bantuannya. Ema merencanakan hal buruk pada Mayang dan gadis itu membutuhkan bantuan Elisa untuk memuluskan rencananya.

Elisa lalu pergi meninggalkan Ema dan segera mendekati tenda Mayang untuk segera melancarkan aksinya sesuai perintah Ema.

Karena tak memikirkan hal buruk, Mayang dengan sopan menerima kedatangan Elisa yang ia tahu merupakan teman baik Ema.

“Hei, Mayang! Ema bantuan elu tuh!”

“Bantuan apa?”

“Dia kesulitan mengambil air di sungai sana!” Elisa menunjukkan arah sungai seperti yang diperintahkan oleh Ema padanya.

“Teman kalian ‘kan banyak? Kenapa tak ada yang membantunya?” tegur Mayang tak menyadari hal buruk yang telah direncanakan oleh Ema padanya.

“Lu ‘kan kakaknya, bantuin dikit napa sih?” Elisa terus saja memprovokasi Mayang agar gadis itu bersedia ke dekat sungai seperti perintah Ema.

Tanpa pikir panjang lagi, Mayang segera menuju sungai berarus deras seperti perintah Elisa padanya.

Sebagai seorang saudara, Mayang tak tega pada Ema bila gadis itu berada dalam kesulitan. Apalagi ayahnya juga berpesan pada keduanya untuk terus bersama dan saling membantu satu sama lain.

Mayang bergegas sembari berlari menuju ke arah sungai di mana yang ia tahu Ema membutuhkan bantuannya dalam mengambil air bersih untuk keperluan sehari-hari selama Mapala.

Meski bukan saudara kandung, Mayang sangat menyayangi Ema seperti saudaranya sendiri. Dan bahkan Mayang juga tak masalah bila Ema sering berlaku kasar padanya. Semua itu ia terima dengan lapang dada.

Di dekat sungai yang telah disebutkan oleh Elisa. Pandangan mata Mayang menyusuri keberadaan Ema di sekitar sana. Namun, usaha Mayang tak membuahkan hasil. Ia tak melihat kebenaran Ema. Sehingga Mayang mencoba memanggil Ema agar mendengar keberadaan dirinya.

“Ema ... Ema! Kamu di mana?’

Ema tak mendengar panggilan Mayang karena ia memang sengaja bersembunyi di balik semak-semak agar Mayang tak mengetahui keberadaan dirinya. Hanya Elisa lah yang berusaha menolak rencana jahat Ema untuk Mayang.

“Lu itu gimana sih? Dia udah mencoba meracuni Awang, jangan sampai jalang itu lepas!” Ema terus meyakinkan Elisa untuk mengikuti kemauannya.

“Tapi aku takut, Ema! Kalau kita dipenjara bagaimana?” Elisa ketakutan, seluruh tubuhnya gemetar mendengar rencana jahat Ema yang ingin melukai Mayang.

Dengan tipu daya dan kata-kata manis seperti memberikan Elisa koleksi tas terbaru membuat Ema sedikit mudah menipu gadis muda itu agar bersedia mengikuti kemauannya.

Pada saat Mayang lengah, Ema dan Elisa datang dari arah belakang tubuh Mayang. Kedua mahasiswa itu lalu mendorong tubuh Mayang hingga jatuh ke sungai yang memiliki arus deras.

Mayang tersentak dan tak menyangka bila Ema tega melakukan hal jahat seperti ini padanya. Hanya bisa menangisi nasibnya karena memiliki saudara dengan sifat jahat seperti Ema.

Tubuh Mayang jatuh ke sungai dan sempat menabrak bebatuan hingga tenggelam. Namun sebelum tenggelam, Mayang sempat berteriak meminta pertolongan dari Ema dan Elisa.

Namun, Ema mengajak Elisa segera meninggalkan sungai tersebut agar tak ada yang menyadari perbuatan jahat mereka. Ema menarik paksa Elisa pergi dari sungai karena takut ada saksi yang melihat perbuatan mereka berdua.

Mayang yang malang akhirnya tenggelam oleh perbuatan jahat sang saudara tirinya. Karena tak bisa berenang, tubuh itu lalu hanyut terbawa arus hingga ke hilir sungai dengan alur deras.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel