Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 2

'Imelda, itu suara Imelda,' ucap Francine dalam hati lalu segera melangkahkan kakinya menuju ke ruang rapat.

"Mungkin dia cuma tidak terbiasa dengan kejutan," ucap Jordan. Francine menghentikan langkahnya. Dia tersenyum, senang karena Jordan tampak mengerti dengan keadaan Francine.

"Jordan, aku sudah lima tahun bekerja disini, jadi aku tahu kalau dia memang perempuan yang aneh." Imelda kembali melakukan provokasi terhadap Jordan.

"Imelda, ke ruangan saya!" seru Francine yang sudah berada di ruang rapat. Imelda kaget lalu segera mengikuti Francine ke ruangannya.

'Bikin kaget saja perempuan aneh ini,' gerutu Imelda dalam hati. Francine segera membalikkan tubuhnya menghadap Imelda. Imelda yang ketakutan melihat mata tajam Francine segera membuang pandangannya ke arah lain.

"Untuk apa kamu bikin kejutan ulang tahun saya?" tanya Francine marah setibanya di ruang kerjanya.

"Enggak ada maksud apa-apa," jawab Imelda acuh. Dia sangat membenci Francine.

Usia mereka sama, bahkan mereka lulus dari universitas yang sama meski beda jurusan. Tapi posisi Francine di kantor ini membuat Imelda sangat iri.

Isabel sangat mempercayai dan mengandalkan Francine, bahkan kuasa Francine hanya sedikit di bawah Isabel, padahal menurut Imelda kemampuan Francine tidak jauh berbeda dengannya.

Selama lima tahun Imelda berusaha keras untuk mendapatkan kepercayaan Isabel, tapi tetap saja Francine selalu berada di atasnya.

"Kamu kan tahu, saya paling tidak suka dengan hal-hal seperti ini. Saya sudah memperingatkan Isabel dan kali ini kamu. Kalau terjadi hal seperti ini lagi, tidak akan saya maafkan," tegas Francine dengan wajah dingin.

"Oke," jawab Imelda singkat lalu keluar dari ruangan Francine.

Imelda benar-benar kesal dan merasa harga dirinya diinjak-injak karena ancaman Francine. 'Hanya karena kejutan ulang tahun dia harus mengancam semua orang, dasar perempuan gila! Padahal tadi malam dia senang sekali melihat Jordan,' ucap Imelda dalam hati, tapi tentu saja sampai ke telinga Francine.

Bagi sebagian orang kejutan ulang tahun mungkin hal biasa, tapi bagi Francine itu berarti kenangan buruk.

Francine terakhir kali merayakan ulang tahun pada saat usianya 7 tahun. Pagi itu keluarganya membuat kejutan ulang tahun untuk Francine, tepat pada saat Francine meniup lilin ulang tahun, tubuh ibunya terkulai lemah. Ayahnya langsung membawa Francine dan sang ibu ke rumah sakit.

Di rumah sakit Francine menyaksikan ayahnya meraung sambil terduduk di lantai setelah berbicara dengan dokter. Akhirnya Francine mengetahui kalau ibunya meninggal dunia karena penyakit jantung.

Sejak hari itu, seluruh hidup Francine berubah, ayahnya tidak pernah lagi merayakan ulang tahun Francine. Bahkan ayahnya Eugine Santos, seorang pengacara yang sangat terkenal di Filipina mendedikasikan hidupnya untuk pekerjaan dan mulai mengacuhkan Francine.

Dua tahun setelah kematian ibunya, Francine mendapatkan ibu tiri muda yang sangat cantik. Namanya Anne.

Anne tidak jahat tapi juga tidak bisa dibilang baik. Dia selalu menyiapkan semua kebutuhan Francine, makanan, baju, keperluan sekolah, bahkan dia sering memberikan Francine uang jajan yang berlebih. Tapi dia tidak ingin memiliki ikatan apapun dengannya.

Mereka tidak pernah berbicara kecuali ada masalah di sekolah. Anne tidak mau mendengar cerita apapun tentang Francine dan dia juga tidak mau menceritakan apapun kepadanya. Dia benar-benar memasang tembok tinggi antara dirinya dan anak tirinya.

Anne tidak pernah ingin menjadi bagian dari hidup Francine apalagi hadir dan menjadi ibunya. Baginya Francine akan selalu menjadi putri dari laki-laki yang dia nikahi yang harus dia urus fisiknya tanpa keterikatan emosi apapun. Anne selalu baik kepada Francine, dia tidak pernah menyiksanya, dia memenuhi semua kebutuhannya jadi Francine tidak bisa mengeluhkan apapun tentang ibu tirinya.

Meskipun semua kebutuhan fisiknya terpenuhi bahkan sangat berlebihan namun hidup Francine terasa sangat sepi dan muram. Selain ibu tirinya yang selalu menjadi orang asing baginya, ayahnya juga semakin hari semakin sibuk dan jarang berbicara dengan Francine. Maka ketika Francine remaja, terpuruk dalam pergaulannya, dikhianati sahabatnya, patah hati dan dihina oleh cinta pertamanya bahkan ketakutan ketika bermimpi buruk, dia hanya bisa memendam perasaannya dan menangis sendirian.

Setelah beranjak dewasa Francine sadar bahwa dia harus bertahan melawan apapun tanpa bantuan siapapun, dia mulai tidak nyaman bahkan benci bersosialisasi, benci romantisme dan benci persahabatan karena semua itu memberi dia harapan, dan harapan selalu membuatnya lengah hingga akhirnya terpuruk. Francine juga sangat membenci rasa takut karena rasa takut membuatnya lemah, maka setiap kali dia ketakutan, tubuhnya secara otomatis melawan.

Eugine dan Anne memiliki seorang anak laki-laki yang lahir ketika Francine berusia 15 tahun. Francine sering melihat adik laki-lakinya itu tapi Anne tidak pernah mengijinkannya mendekati anak itu. Francine tahu namanya Carlos, itupun karena dia sering mendengar Anne memanggil nama anak itu ketika mereka bermain.

Francine tidak tahu apakah Carlos mengenalnya, karena ketika Carlos berusia 4 tahun Francine sudah keluar dari rumah ayahnya dan hidup mandiri.

Sejak keluar dari rumah itu, Francine belum pernah sekalipun mengunjunginya lagi. Tidak ada kerinduan ataupun keinginan untuk menemui ayahnya, Anne ataupun anak mereka yang bernama Carlos. Ironisnya, mereka juga tidak pernah berniat mengundang Francine datang ke rumah itu.

Mengingat semua pengalaman buruk dalam hidupnya, Francine tiba-tiba merasa sakit kepala. Dia memutuskan untuk pulang ke apartemennya dan beristirahat.

***

[Hari ini aku mau istirahat, kepalaku tiba-tiba sakit.] Francine mengirimkan pesan ke telepon genggam Isabel. Dia sedang malas berbicara dengannya.

[Ok.] jawab Isabel singkat. Francine langsung membereskan tasnya setelah membaca pesan yang dikirimkan Isabel.

"Mau kemana?" Jordan tiba-tiba muncul di depan ruangan Francine tepat ketika dia keluar.

"Pulang," jawab Francine singkat, mencoba menenangkan detak jantungnya yang semakin cepat.

"Bawa mobil?" tanya Jordan lagi. Francine mengelenggakan kepalanya.

"Aku antar ya," ucap Jordan lalu berjalan di depan Francine tanpa menunggu jawabannya.

Francine mengikuti Jordan dengan patuh. Dia sedang tidak memiliki kekuatan untuk jual mahal.

Jordan adalah keponakan Isabel yang tinggal di Amerika. Pria yang usianya sama dengan Francine itu, baru kembali ke Filipina dua bulan lalu dan langsung diminta Isabel untuk membantunya di Showtime.

Jordan adalah tipe pria yang sangat disukai Francine, berkulit sedikit coklat, mata besar, wajah maskulin, berambut sedikit berombak, tampak sangat gagah dan dapat diandalkan. Ditambah lagi pembawaannya yang ramah dan selalu menjadi pusat perhatian ketika berada di tengah-tengah kerumunan.

Francine yang memiliki sifat dan pembawaanya yang sebaliknya dibuat terkagum-kagum oleh Jordan.

Entah bagaimana para pegawai bisa mengetahui kalau Francine menyukai Jordan hingga berani merencanakan kejutan ulang tahun dan yakin Francine akan bisa menerimanya karena ada Jordan.

"Silahkan masuk." Jordan membukakan pintu mobilnya untuk Francine.

"Terima kasih," jawab Francine tersipu. Dia tidak menyangka Jordan akan membukakan pintu mobil untuknya.

'Tenang aja, ini belum seberapa.' Francine memandang bibir Jordan yang sedang menutup pintu untuknya. Francine sadar dia sedang membaca pikiran Jordan.

"Apa maksudnya belum seberapa?" bisik Francine sambil melihat Jordan yang sedang tersenyum penuh misteri.

Jordan masuk ke dalam mobil lalu tersenyum manis sambil memandang Francine.

"Kita berangkat?" tanya Jordan lembut, Francine menganggukkan kepalanya.

"Terima kasih ya," ucap Francine sungguh-sungguh. Jordan hanya tersenyum sambil melajukan mobilnya menuju ke apartemen Francine.

Di tengan perjalanan, tiba-tiba Jordan meraih tangan Francine dan mencoba untuk menggenggamnya. Francine yang kaget langsung menarik tangannya.

"Sorry, aku nggak suka disentuh," Francine tampak panik, lalu segera menyembunyikan tangannya dibalik tas kulit yang ada di pangkuannya.

Jordan tersenyum nakal. 'Sok jual mahal. Nanti kau juga akan meminta lebih Francine.' Jordan tertawa dalam hati. Francine menjadi semakin panik, bukan karena takut kepada Jordan. Dia panik karena bisa membaca pikiran Jordan dan mengerti kemana arah pikirannya. Dia panik karena tahu sekali lagi dia salah menilai seorang pria.

Francine menyukai Jordan tapi bukan berarti dia akan membiarkan Jordan berlaku semaunya terhadap Francine. Kali ini Francine benar-benar ingin keluar dari mobil yang dikendarai Jordan.

Syukurnya mereka telah tiba di depan apartemen Francine.

"Terima kasih," ucap Francine cepat, dia sedang membuka sabuk pengamannya ketika tiba-tiba wajah Jordan mendekati wajahnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel