Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

chapter 04

Sebisa mungkin dia melajukan sepedanya dalam kecepatan tinggi, mengabaikan dimana tiba-tiba hujan datang di tengah perjalanan pulang, rasa sedih ditambah dengan rasa yang begitu sesak di hatinya menumpuk.

Rasanya seperti terkena sambaran petir di siang hari.

Liera memilih untuk menerobos hujan daripada dirinya harus menunggu hujan berhenti, dia hanya ingin bertemu dengan ibunya, hanya itu saja. Tempat dimana dia bisa mendapatkan pelukan hangat dan kalimat yang membuatnya semangat.

Tapi penderitaannya tidak hanya disitu, tiba-tiba sepeda yang dirinya kendarai menggerak tanpa kendalinya, dimana Liera tidak bisa mengendalikan sepeda itu, sepeda itu berbelok melawan arah lalu dirinya terjatuh cukup kencang.

Hingga dirinya menabrak penyangga batas jalan, sedangkan sepedanya langsung jatuh ke arah sungai, jalan yang Liera pilih memang melewati jembatan, dan dirinya hanya bisa melihat bagaimana sepeda jatuh ke dalam sungai itu.

Hujan semakin lebat hingga kini membasahi seluruh tubuh wanita itu, Liera tidak tahu harus mengatakan hal apalagi, semua kesialan ini datang setelah dia menemukan buku itu!

Dia menatap terkejut karena buku itu bahkan tidak ikut jauh bersama sepedanya, dia tertawa lalu melangkah untuk mengambil buku itu, dengan penuh kekesalan dia melemparkan buku itu ke sungai, di ikuti dengan suara petir yang begitu menggelegar pendengarnya.

Liera refleks menutup telinganya, dia merasa ketakutan karena ini pengalaman pertamanya mendengar suara petir secara langsung, Liera melangkah tanpa melihat hingga dia tidak melihat sesuatu yang melihat di hadapannya.

Saat itu Liera hanya ingat suara hantaman keras hingga dirinya seperti di seret setelah di tabrak dan lalu dia merasa seperti jatuh, dia hanya tahu jika saat ini penglihatannya begitu gelap, tubuhnya yang merasa semakin jatuh ke dalam lalu tenggelam, lalu seluruhnya hilang begitu saja.

"Ibu, maafkan aku. Seperti aku akan mati." Ucap Liera dalam dirinya, dia sudah hilang kendali dalam dirinya, dia hanya merasa raganya perlahan menjauh, dia tidak tahu kondisi dirinya, tapi dia masih bisa berbicara.

"Aku menyesal sekarang, padahal aku berharap bisa bertemu denganmu, ibu."

Liera membuka matanya secara perlahan, yang dirinya lihat adalah air, ya. Dia tidak bisa menggerakan tubuhnya, hanya melihat dimana tubuhnya semakin jatuh ke dalam air, dia hanya bisa menggerakan satu tangan karena seperti tubuhnya sudah tidak baik-baik saja.

Di tabrak dalam kecepatan tinggi lalu di seret dan ikut terjatuh ke sungai, tidak ada kesempatan untuknya hidup, dia merentangkan tangannya ke atas.

"Aku mohon—,"

"Berikan aku satu kehidupan."

"Aku ingin bahagia dan bertemu pria yang tulus mencintaiku,"

Liera mulai merasa jika dia tidak bisa merasakan jantungnya berdetak lagi, matanya juga seperti ingin kembali terpejam sekarang, sesak nafas membuatnya seperti di hantam batu.

"Tuhan, aku tidak mau mati seperti ini."

"Berikan aku kesempatan untuk hidup, aku mohon."

Saat itulah Liera memejamkan matanya, dia pasrah ketika rasanya semua harus berakhir seperti ini, menyedihkan dia harus mati karena di khianati oleh kekasihnya dan temannya, kehidupannya yang begitu menyedihkan dengan kematian yang begitu tragis.

Tak lama dengan hal itu terjadi, sedetik berlalu cahaya putih seakan menyelimuti tubuhnya, tidak membawa ke permukaan, hanya menarik raga dalam tubuh yang sudah mati keluar.

Liera membuka kembali matanya, dia terkejut dengan seseorang yang ada di hadapannya, dia sangat mirip dengannya. Bahkan tidak ada hal yang terbuang darinya, segalanya begitu mirip seperti kembaran dari dimensi lain, lalu Liera terkejut melihat sekelilingnya yang masih air tapi dia seakan bisa berenang.

Wanita yang ada di hadapan Liera mendekati dirinya, tangannya terulur untuk mengambil tangan Liera, lalu entah apa yang dirinya lakukan dengan tangan yang saling bertautan itu, Liera hanya dia karena tidak ada kesempatan untuk membuka suara.

Wanita itu memejamkan matanya, mengeluarkan sebuah cahaya kecil dari telapak tangannya, dia seperti mengirimkan sesuatu pada tubuh Liera tapi dia tidak tahu apa itu, karena dia tidak bisa merasakan hal apapun, hanya merasa raga yang mengapung di udara, dia tidak takut kenyataan dimana dia di dalam air.

Karena seperti bisa bernafas di dalam udara, bukan air, bahkan bergerak rasanya begitu ringan.

Hingga rasa begitu lama dirinya mengamati wanita di hadapan yang tidak kunjung membuka matanya, jika di perhatikan kembali pakaian itu—rasanya tidak asing untuknya, Liera yakin pernah melihat di suatu tempat, bahkan seperti dirinya pernah menggunakannya.

Lalu setelah itu kedua matanya bertemu dengan mata wanita itu, hanya saling bertatapan saja tapi dalam ingatan Liera paham dengan tatapan itu, semakin aneh untuk di terima dalam logikanya, apa yang sebenarnya sedang terjadi?

"Terima kasih dan maafkan aku." Ucapnya, dia membuka suaranya untuk pertama kali, itu bersamaan dengan sebuah hal aneh kembali terjadi, dimana Liera merasa seperti kembali sesak, dia kembali merasakan air di sekitarnya.

"Kita harus bertukar nasib sekarang,"

Lalu wanita itu menghilang.

Liera merasa seakan tubuhnya di paksa untuk bangkit dari posisinya, di tarik sangat kencang lalu dirinya sampai tersedak saat berada di atas permukaan air, dia terbatuk hingga tangannya memukul dadanya, memaksa air yang masuk ke luar dari tubuhnya.

"Kau tidak akan mati hanya karena tertidur di pemandian ini, bukan?" Ucap seseorang, suaranya begitu berat dan terkesan sedikit dingin, bahkan seluruh aura dalam dirinya tidak ada kehangatan sedikitpun.

Liera mengangkat kepalanya, suatu hal yang membuatnya terkejut sampai dia menatap tidak percaya yang ada di hadapannya, tubuh refleks menjauh tapi dirinya sadar pergelangan tangannya masih di genggam erat oleh pria itu.

"Kau! Lepaskan!" Ucap Liera, dia membuka suaranya, kekonyolan apalagi yang akan dirinya hadapkan, apakah kali ini hanya mimpi? Tapi dia sudah mati, rasanya tidak mungkin dia kembali hidup.

Bagaimana bisa di depannya ada seorang pria yang memiliki rambut panjang hingga menutupi punggungnya, dia bahkan—astaga! Hal yang tidak pantas dirinya lihat.

Liera juga melihat tubuhnya yang berpakaian aneh dan kini tubuhnya basah sepenuhnya.

"Kau?" Pria itu tampak terkejut dengan ucapan wanita yang ada di hadapannya, seharusnya dia yang marah karena wanita itu sudah lancang masuk ke dalam ruangan pemandian pribadinya, seharusnya dia mendapatkan hukuman karena dia sudah melanggar aturannya.

Dengan sekali tarik, wanita itu sudah berada di atas pangkuannya, tangannya refleks memeluk erat hingga wanita itu tidak bisa kembali menjauh darinya.

"Berani sekali kamu menganggil seorang Kaisar dengan sebutan 'kau'? Dan siapa dirimu? Bagaimana kamu bisa masuk ke dalam pemandian ini?" Tanyanya, pria itu menahan dagu wanita itu, memperhatikan dengan lekat wajahnya.

Dia tidak mengenali sosok yang ada di atas pangkuannya, ini pertama kalinya dia melihatnya.

Liera yang masih bingung dengan segalanya, tidak tahu harus berkata apa? tunggu––Liera jadi teringat kejadian di dalam sungai itu, dimana dia ingat dengan permintaannya.

Kesempatan untuk kembali hidup? Apakah ini jawabannya?

Tapi, kenapa dirinya bisa melewati dimensi waktu yang begitu jauh? Lalu dimana wanita itu, yang mirip dengan dirinya?

Apakah hal ini sungguh nyata?

Jadi inilah pertukaran tubuh?

Liera menggelengkan kepalanya, tidak! Hal itu hanya sebuah khayalan yang hidup di dalam sebuah tulisan, itu tidak akan terjadi dan mustahil terjadi.

Ini pasti semua mimpi dan dirinya harus segera bangun dari mimpi ini.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel