chapter 02
Liera melangkah dengan cepat menjauh dari pria itu, langkahnya terhenti saat dia sadar jika melewatkan perpustakaan kampusnya, sudah lama rasanya dia tidak kesana karena sibuk dengan tugas kuliah dan beberapa hari yang lalu Liera juga baru kembali setelah mengambil cuti.
Setiap dua bulan sekali dia selalu menyempatkan dirinya untuk mengunjungi rumah kedua orang tuanya yang berbeda negara dengan tempat menempuh pendidikan, ya Leira sendirian di negara ini.
"Haruskah aku mampir? Tapi aku belum sempat menyelesaikan membaca buku yang aku baca tadi," Ucapnya, Liera sedikit ragu karena memang dia belum menyelesaikan novel yang sedang dia baca, jika dia menemukan buku bagus akan membuatnya bingung membaca mana yang menurutnya harus di selesaikan lebih dahulu.
Liera terdiam di depan pintu masuk perpustakaannya, karena mata kuliahnya sudah berakhir dan tidak ada kegiatan yang harus dia lakukan sekarang, jadi mungkin dengan masuk ke dalam dia bisa menemukan sesuatu untuk membuat hatinya tenang.
Karena dirinya masih kesal dengan Jean.
"Mungkin aku bisa menemukan sesuatu untuk menjadi referensi skirpsiku." Ucap Liera, setelah berpikir panjang pada akhirnya dia memutuskan untuk masuk ke dalam perpustakaan, dia tersenyum lebar, karena sangat suka dengan banyaknya buku di hadapannya, melihat semua tertata rapi pada rak masing-masing.
Inilah dunia dirinya, banyak hal yang bisa dia temukan di tempatnya masing-masing, apalagi membaca buku adalah hal menyenangkan untuk menghabiskan waktu luang, rasanya seperti inilah keinginannya.
Bahkan kamar miliknya, dirinya sampai membuat perpustakaan mini, karena dirinya juga mengoleksi buku, dia jadi rindu ingin pulang lagi.
Ketenangan yang dirinya sukai, yaitu hanya di dapatkan ketika dia mengunjungi perpustakaan atau sebuah toko buku.
"Rasanya seperti merindukan sesuatu." Ucap Liera, dia langsung memilih untuk duduk di salah satu kursi yang kosong, menariknya dengan perlahan tanpa mengeluarkan suara apapun agar orang lain yang sedang membaca tidak terusik, lalu dengan tenang meletakan buku yang dirinya bawa sebelumnya, dan mulai membacanya.
Seperti yang lainnya Liera juga membaca buku yang dia baca di dalam kelas tadi, hanya perlu butuh beberapa halaman untuk sampai ending sebenarnya, tapi kali ini Liera memilih untuk mengeluarkan laptop miliknya, dia harus segera merevisi beberapa halaman skripsi miliknya.
Karena sebelum tugas kuliah menumpuk mendatangi dirinya, akan lebih baik dia segera merevisi semuanya.
Dia meninggalkan kursinya untuk mencari buku yang mungkin bisa membantunya merevisi skripsinya, kakinya melangkah melewati beberapa rak buku yang ada di hadapannya, melihat kemana dia akan melangkah dan memilih buku apa yang akan di ambilnya.
Liera tidak terlalu memperhatikan jalannya sampai membuat dirinya menabrak seseorang dan membuat beberapa buku terjatuh karena insiden yang terjadi.
"Maaf, aku tidak memperhatikan langkahku." Ucapnya, Liera langsung membungkukan tubuhnya pada pria yang dia tabrak, dengan cepat langsung mengambil buku yang berjatuhan itu, untuk meletakkannya kembali.
Sebagai yang jatuh adalah buku yang sudah lama dan sangat berdebu, dengan penuh perhatian sebelum meletakan pada tempatnya, Liera membersihkan buku-buku itu, sampai tatapannya tertuju pada buku yang memiliki sampul berwarna coklat tulisannya sangat sulit di baca karena begitu berdebu, sepertinya buku itu sudah sangat tua.
Sampulnya sangat aneh, tidak ada cover ataupun sinopsis yang tertulis di belakang cover buku, aneh. Apakah buku ini mengalami kesalahan cetak? Tapi bagaimana bisa berakhir ada di sini?
"Haruskah aku melaporkan pada pihak penjaga perpustakaan?" Tanya Liera, karena jika ada hal apapun entah itu buku rusak, salah cetak atau buku lama yang hilang, biasanya akan di laporkan oleh petugas yang menjaga perpustakaan.
Liera terdiam sejenak, judul bukunya cukup menarik perhatian dirinya.
"Dinasti Hwang."
Begitu ingin membuka halaman pertama, tatapan Leira teralihkan saat seseorang menarik tangannya, membuatnya menghadap ke arah pria itu, dan raut wajahnya berubah menjadi datar saat tahu siapa yang menariknya.
"Liera, aku perlu bicara padamu." Ucap Jean, pria itu memang mengikuti Liera pergi, dia memang pria yang sangat tidak paham dengan apa yang Liera katakan.
"Apa? Jean, apa keinginanmu? Kamu tidak ingin putus denganku tapi terus membuatku tidak nyaman, aku benci mengatakan tapi aku ingin mengakhiri semua ini, aku lelah menghadapimu," Ucap Liera, dia melepaskan pergelangan tangannya dari genggaman pria itu dengan paksa.
Raut wajah Jean langsung berubah tidak suka, dia menunjukan wajah ekspresi marah pada Leira, dengan sedikit kasar dia menggenggam erat kedua bahu Liera, membuat gadis itu merasa tertekan.
"Lepaskan aku Jean!"
"Lepaskan! Sakit!"
"Leira, dengarkan aku!"
"Tidak!! Aku tidak mau berbicara denganmu!" Ucap Leira, mencoba melepaskan cengkraman pria itu di bahunya.
Pertengkaran keduanya menjadi pusat perhatian banyak sekali para pengunjung di perpustakaan karena mengganggu ketenangan di sana, tentu saja membuat beberapa orang yang ada di sekitar mereka langsung memberikan teguran dengan sopan, untuk menghentikan pertengkaran mereka.
Jean yang menyadari itu langsung melepaskan bahu Liera yang dia genggam, melangkah sedikit menjauh darinya. Lalu memberikan respon dengan menundukkan kepalanya sebagai tanda maaf darinya, karena sudah membuat keributan.
"Tenangkan dirimu dan bicara denganku lain kali." Ucap Jean, setelah mengatakan itu, tanpa menyampaikan apapun lagi pria itu langsung meninggalkan Liera begitu saja.
Tentu saja itu membuat luka untuk Liera, kenapa dia begitu menyukai pria itu padahal jelas dia bukan pria yang baik untuknya, dengan perasaan sedih dia kembali ke mejanya, merapikan semua buku dan laptop milik di masukan ke dalam tas miliknya.
Dan kemudian Liera memutuskan untuk pergi dari sana, dia tidak boleh menangis di sana, dia harus kuat sampai dia bisa melepaskan semua emosinya.
Sampai akhirnya Liera memilih pulang, dengan sepeda yang dia kenakan gadis itu menerobos hujan yang tidak terlalu besar, dan saat itulah dia tidak bisa lagi menahan air matanya, tidak ada seseorang yang bisa membuatnya menjadikan dirinya sebagai tempat untuk berbagi, jauh dari orang tua dan bahkan semua terasa begitu asing untuknya.
Liera membiarkan tubuhnya basah kuyup begitu sampai di apartemennya, dia masuk ke dalam apartemennya dan meletakan tas miliknya, tatapannya teralihkan saat mendengar suara nada dering ponselnya, dengan keadaan masih basah Liera menatap layar ponselnya.
Melihat nama ibunya, jelas jika Liera tidak akan bisa menolak panggilannya.
"Hai Ibu." Ucap Liera, begitu dia menjawab panggilan dari sang ibu.
"Hm, aku baru saja kembali." Liera memilih untuk mengambil handuk untuk mengeringkan rambutnya, melihat ke arah luar jendela dari balkon kamarnya.
"Aku sedang flu ibu, jadi suaraku seperti ini." Jawabnya lagi, padahal Liera baru saja menangis, dia sangat suka menutupi apa yang dia rasakan sehingga keluarganya berpikir jika dia baik-baik saja disini, padahal sebenarnya Liera sangat kesepian dan selalu berusaha untuk baik-baik saja.
"Tentu saja aku akan pulang tapi saat ini aku sedang sibuk dengan banyaknya tugasku, aku juga merindukan ayah dan ibu." Ucap Liera, hidup di daerah asing dan terbiasa memendam apapun membuat Liera terbiasa dengan hal yang terjadi padanya.
"Baik, terima kasih ibu." Ucapnya, Liera mematikan sambungan telepon dari ibunya, memilih untuk duduk bangku yang ada di sana, hujan adalah teman untuknya, segara bisa dirinya dapatkan.
Hujan kadang membantunya menutupi air mata di wajahnya.
"Ibu, yang kamu katakan benar, sejauh apapun aku pergi pada akhirnya aku tetap merindukan rumah, aku ingin kembali tapi segalanya membuatku sulit untuk pulang, aku juga tidak bisa berhenti, aku harus menyelesaikan kuliahku."
Dia harus memikirkan bagaimana bisa memutuskan hubungannya dengan Jean, semakin hari semakin membuatnya merasa jika tidak ada hal baik yang dia dapatkan dari hubungan ini, karena pria itu juga Liera jadi mengetahui banyak hal yang seharusnya dia jauhi jika dekat dengan pria lain.
"Aku harus bagaimana!? Aku terlalu menyukainya hingga rasanya aku akan menyesal jika melepaskannya." Ucap Leira, dirinya menjatuhkan tubuhnya di ranjangnya, melihat langit-langit kamarnya dan terus larut dalam pikiran.
Apa yang harus dirinya lakukan untuk putus dengan Jean tanpa harus membuat hatinya terluka.
