9. Menolak Cinta Prastowo
Sampai di Dine Club aku dan Prastowo langsung mencari meja yang paling dekat ke pinggir pantai. Suasana malam itu sangat romantis, kedatanganku dengan Prastowo menjadi pusat perhatian.
Baru saja kami duduk, tiga penyanyi Trio Batak membawakan lagu "Love is Many Splendour Things" yang sangat sahdu. Suasana malam itu bertambah romantis, aku dan Prastowo sangat menikmatinya. Selesai satu lagu, Trio Batak itu langsung meninggalkan meja kami.
Ternyata mereka Memang ditugaskan untuk menyambut setiap tamu yang baru datang. Trio Batak itu menjadi Ikon di Dine club, dan menjadi daya tarik bagi pengunjung, karena suara mereka memang bagus.
"Kamu bisa aja memilih tempat ini mas, aku sangat senang dan terhibur, kayaknya ini akan jadi tempat favorit kita deh." Ucapku spontan
"Syukurlah kalau kamu senang Dis, berarti aku berhasil menghibur kamu." Ucap Prastowo
"Kenapa kamu berpikir aku butuh hiburan mas? Wajah aku kusut ya?" Tanyaku
"Enggak sih Dis, aku cuma mikir beberapa hari ini kamu banyak dihadapi persoalan aja." Ucap Prastowo
Ucapan Prastowo itu adalah ungkapan perhatiannya terhadapku, mungkin itu tanpa dia sadari. Tapi bagi aku itu sesuatu yang luar biasa dari seorang Prastowo, diam-diam dia selalu memperhatikan aku.
"Aku berterima kasih sama kamu mas, karena sudah memperhatikan aku." Ucapku
"Kan kamu juga melakukan hal yang sama terhadap aku Dis, makanya aku gak lupa dengan kebaikan kamu."
Di meja sudah tersedia dua buah kelapa muda, sebagai welcome drink, aku pun menyeruput kelapa muda yang ada dihadapanku.
"Unik juga pelayan di sini ya, aku suka banget mas." Ucapku spontan
"Kamu sudah mau pesan makanan Dis? Aku sudah mulai lapar soalnya." Prastowo menawarkan aku
"Aku pesan bawal bakar sama keredok aja mas, ada gak?" Pesanku
"Wah disini pesanan kamu itu jadi menu andalan Dis, ternyata selera kita sama Dis, aku juga pesan itu." Ucap Prastowo
Prastowo memanggil pelayan, dan memesan makanan sesuai yang kami inginkan. Setelah memesan makanan, Prastowo mulai membuka pembicaraan yang agak serius. Dia nembak aku, tapi aku belum bisa kasih jawaban,
"Dis, kamu pasti mengerti kenapa aku mengajak kamu dinner di tempat yang romantis seperti ini." Ucap Prastowo
Aku tidak langsung jawab ucapan Prastowo, aku pura-pura tidak tahu apa tujuan dia mengajak aku makan malam, dalam suasana yang romantis.
"Aku gak tahu justeru mas, emang kamu ada rencana apa mas?" Tanyaku pura-pura tidak tahu
"Dis, aku mau mengungkapkan perasaan aku sama kamu." Ucapnya sambil meraih kedua tangan aku yang ada di atas meja.
Belum sempat aku melanjutkan pembicaraan, tiba-tiba ada tiga orang cewek ABG yang mendatangi meja kami,
"Selamat malam, maaf ... kami boleh gak minta foto bareng sama mas Pras?" Tanya cewek-cewek itu.
"Ooo ya? Silahkan." Aku mempersilahkan mereka
Mereka langsung menggandeng tangan Prastowo, dan membawanya ke tempat yang menurut mereka bagus buat objek pemotretan, aku cuma menunggu di meja, aku tidak ingin mengganggu kenyamanan mereka.
Selang berapa saat, pelayan cafe membawakan dan menyajikan pesanan aku dan Prastowo. Makanan sudah tersaji, namun Prastowo masih belum muncul. Tidak lama setelah itu, barulah terlihat Prastowo berjalan ke arah aku.
"Yaudah Dis, kita makan dulu deh, udah lapar banget aku, itu cewek-cewek banyak maunya lagi." Ucapnya
"Emang minta apa aja mas? Minta kissing juga?" Tanyaku sambil bercanda
"Gak sih, tapi setiap cewek itu, masing-masing minta foto berdua sama aku, belum lagi satu orang, berbagai gaya ... ampun deh." Jawabnya
"Ya gitu deh, resiko jadi orang populer, kan kamu tujuannya mencari populeritas mas?" Tanyaku
"Iya Dis, aku gak nyangka lho akan seperti sekarang ini, yuk Dis kita makan." Ajaknya
Kami mulai menyantap makanan yang sudah tersaji, sambil makan, dia meneruskan pembicaraannya yang tadi belum selesai di ucapkannya.
"Sambil makan, aku terusin omongan aku yang tadi boleh gak Dis?" Tanya Prastowo
"Silahkan aja mas, aku siap mendengarkan kok." Jawabku
Prastowo memulai lagi pembicaraannya, pandangannya diarahkan kemataku. Dia menatap mataku dengan sangat tajam,
"Dis ... aku mau mengungkapkan perasaan aku sama kamu, boleh ya?" Tanya Prastowo
"Silahkan mas," jawabku
"Aku menyukai kamu Dis, sejak kita kenal pertama sekali di lokasi shooting." Ucapnya dengan penuh perasaan
"Aku terima perasaan suka mas itu, tapi hanya sebatas itu mas, lebih dari itu aku belum bisa." Jawabku dengan sangat hati-hati
"Justeru aku akan mengungkapkan yang lebih dari itu Dis" Ucapnya lagi, pandangannya tidak lepas dari menatap mataku.
Lama aku diam, sebelum menjawab ucapan Prastowo yang terakhir, aku serba salah, aku tahu kalau Prastowo sangat serius mengungkapkannya, karena dari tatapan matanya, dia mengatakan bahwa dia sungguh-sungguh.
"Mas, saat ini aku belum bisa untuk berhubungan secara serius."
"Kenapa Dis? Apa yang menghalanginya? Apakah kamu sudah terikat dengan lelaki lain?" Desak Prastowo
"Suatu saat aku akan cerita sama kamu mas, tidak sekarang, aku belum siap menceritakannya sekarang." Ucapku
Aku agak terganggu sebetulnya saat itu, sehingga makan malam aku pun tidak tuntas.
"Bedanya apa Dis? Kamu ucapkan sekarang atau nanti?"
"Bedanya soal waktu dan momentum mas, sekarang secara mental aku belum siap, mohon mas mau mengerti."
"Oke Dis, aku akan bersabar menunggu kesiapan kamu." Ucap Prastowo
Aku bilang sama Prastowo kalau aku sangat menyukai dia, dan aku katakan padanya, kalau aku bukan menolaknya, tapi belum siap untuk menerima kehadiran dia.
Untungnya Prastowo sangat mengerti perasaan aku, dia tidak kecewa sama sekali dengan penolakan aku. Dia mau menunggu sampai aku siap menerima dia. Prastowo memang laki-laki yang bijaksana, dia mau mengalahkan perasaannya demi menjaga perasaan aku.
"Kalau nanti kamu sudah siap menceritakannya pada aku, tolong kamu sampaikan padaku Dis, aku akan siap mendengarkan." Ucap Prastowo
"Iya mas, pasti aku akan ceritakan sama kamu mas." jawabku
"Kalau kamu punya beban, kamu harus mau berbagi beban tersebut sama aku Dis, supaya tidak kamu pikul sendiri." Ucap Prastowo
Aku kembali terdiam, aku merasa memang sedang memikul beban yang begitu berat, dan Prastowo melihat semua itu, aku tidak tahu, bagaimana dia bisa membaca beban yang sedang aku tanggung.
"Ya sudah, kalau kamu masih belum bisa menceritakannya gak apa-apa." Ucapnya
"Aku itu seperti makan buah simalakama mas, aku ceritakan aku takut kehilangan kamu, tidak aku ceritakan, aku juga takut kehilangan kamu." Aku katakan itu dengan lirih
"Kenapa kamu takut kehilangan aku Dis?" Tanya Prastowo
Aku kembali terpojok dengan pertanyaan Prastowo, aku kehabisan kata-kata untuk menjawabnya
"Karena aku sangat mencintai kamu mas, tapi aku belum bisa menerima kamu." Jawabku
Bersambung
