
Ringkasan
Gadis merupakan korban perkosaan Direkturnya, sehingga Gadis sangat takut untuk menikah. Dia lebih memilih untuk berhubungan tanpa status dengan lelaki yang disukainya. Inilah yang membuat dia dicap sebagai wanita Jalang Namaku Gadis, sekalipun aku tidak gadis lagi. Tapi tetap saja aku dipanggil Gadis. Akan aku ceritakan tentang masa laluku, kenapa aku tidak gadis lagi, meski itu sangat menyakitkan Aku tahu ada orang lain yang akan malu, dan hal itulah yang tidak aku mau. Bukan aku tidak mau membuka aibku, tapi aibku menyangkut juga aib orang lain. Siang itu aku dan Rasta nongkrong di sebuah cafe, Rasta adalah teman seprofesi aku, yang memang sangat dekat dengan aku. Kami tidak pacaran, Rasta adalah teman yang sangat mengerti aku. Diluar dugaanku saat itu, Rasta mengungkapkan perasaannya secara tiba-tiba, "Dis ... aku ingin menikahi kamu." Ujar Rasta "Atas dasar apa?" Aku bertanya pada Rasta, "kamu kan belum kenal aku Ras, meskipun kamu mengerti aku." Ucapku dengan penuh tanda tanya Rasta hanya diam dan menatap serius kearah kedua bola mataku, "Tapi aku serius dis, memang aku gak akan mengatakan atas nama cinta, karena itu kuno dis." Ucap Rasta dengan penuh keyakinan "Lantas atas nama apa kamu mau menikahi aku!!?" Aku menegaskan "Atas dasar kepercayaan Dis, aku yakin kamu bisa menjadi istri yang baik." Ucap Rasta dengan sangat yakin "Udahlah Ras, aku lebih suka status pertemanan dari pada ikatan perkawinan." "Dis umur kita tidak muda lagi, kita sudah kepala tiga Dis, mau sampe kapan kita begini?" Tanya Rasta serius "Sampai Tuhan menentukannya Ras.." Ucapku "Dis ... asal kamu tahu aja ya, aku pilih kamu itu sudah bermunajat pada Tuhan Dis, dan petunjuknya mengatakan bahwa kamulah calon istriku." Aku langsung berdiri, dan pergi meninggalkan Rasta sendiri. Aku rasa Rasta kecewa, tapi dia sudah cukup dewasa untuk menghadapi kekecewaan. Dia tidak kejar kepergian aku, dia hanya duduk termenung, aku tidak tahu apa yang dia pikirkan. Aku pulang ke tempat kost, masuk kamar dan membanting pintu, aku menghempaskan tubuh di tempat tidur, airmataku tumpah. Aku tidak tahu harus berbuat apa, yang aku tahu, aku sangat mencintai Rasta, dan aku tidak ingin Rasta kecewa nanti pada akhirnya. Ada keinginan menceritakan masa laluku pada Rasta, tapi aku tidak bisa. Tidak aku ceritakan, karena takutnya Rasta kecewa. Aku sangat dilemmatis, Rasta tidak tahu kalau aku sangat mencintainya, hanya saja aku tidak ingin Rasta kecewa jika tahu masa laluku. "Aku harus katakan pada Rasta ... tapi bagaimana dengan aib orang lain, oh tuhan ... sungguh aku tidak bisa, apa aku pantas jadi istri Rasta, sementara aku wanita yang tidak pernah cukup dengan satu lelaki, dendam itu terus Ingin aku balaskan. " Hanya itu yang bisa aku katakan dalam hati. Aku mengirim pesan lewat WA pada rasta, membuat janji untuk ketemu, "Rasta aku tunggu kamu di taman biasa ya malam ini." Pesan singkat itu aku layangkan Malamnya, aku berusaha untuk menemui Rasta di taman, di tempat biasa kami ketemu. Aku ingin sekali mengungkapkan apa yang selama ini selalu aku simpan di hati, sekaranglah saat yang tepat menurutku. Hampir satu jam aku menunggu Rasta, tapi Rasta belum datang juga, aku begitu gelisah mataku mulai terasa basah. Rasa gelisah mulai menggantung di hatiku. Ponselku bergetar, sebuah nada panggil masuk atas nama Rasta, aku langsung nyerocos, "Rasta!! Kamu dimana? Aku dari tadi disini menunggu kamu!!" Aku terus 'ngedumel' dengan penuh kesal "Maaf mbak ... aku Banyu adiknya Rasta, mas Rasta kecelakaan mbak, sekarang ada di UGD Gading Medical Centre, tadi aku disuruh telepon mbak." Jawab Banyu Dalam ruang UGD Rumah Sakit Gading Medical Centre, terlihat Rasta sedang diambil tindakan, dokter dan perawat begitu sibuk menangani Rasta. Rasta sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri. Aku menerobos masuk kedalam UGD, sementara Rasta terbaring bersimbah darah. Kepalanya penuh perban dan napasnya pun sudah satu-satu, "Rasta ... ini aku gadis, buka matamu Ras" Bisikku di telinganya sambil terus menangis Mata Rasta terus tertutup, hanya tangannya yang bergerak mencoba menggapai tanganku, tapi belumlah sampai, tangan Rasta lalu terkulai. Semua peralatan medis, alat pompa jantung dan monitor detak jantung, yang terhubung langsung ketubuh Rasta, berhenti seketika. Airmataku tumpah diatas tubuh Rasta, aku hanya bisa menatap tubuh Rasta yang terbujur kaku. Seribu penyesalan menggelayut di hatiku. Aku segera tersadar, Rasta memang bukan pria yang pantas untuk menjadi jodohku. Rasta terlalu baik untuk menjadi jodohku. Dengan mata yang masih basah, aku tinggalkan Rasta dan keluarganya yang mulai mengelilingi jasadnya. Jodoh memang tidaklah bisa dikira, karena memang ada yang lebih berhak untuk menentukannya. Baik dimata kita, namun belum tentu baik di mata-Nya. Begitu juga sebaliknya. Itulah sebuah kisah yang bisa aku ceritakan, yang akhirnya membuka semua derita yang lama aku pendam. Aku pernah diperkosa Bosku, seorang pengusaha terkenal, saat aku bekerja disebuah perusahaan Multinasional sebagai sekretaris direksi. Cerita tentang ini nanti akan aku ceritakan. Hanya saja aku tetap tidak ingin menceritakan siapa nama pengusaha yang aku maksud. Aku keluar dari perusahaan itu, meninggalkan jabatannya yang bagus. Aku memilih terjun kedunia entertainment meneruskan karir yang sudah mulai aku rintis sebagai artis pendukung, sebagai pelarian dari kemalangan yang aku hadapi. Trauma masa lalu itu membuat aku takut untuk menikah, aku mimilih melajang dan tidak memiliki pasangan tetap. Semua lelaki yang dekat denganku hanya aku anggap sebagai sahabat, tidak ingin terikat dengan sebuah tali perkawinan. Rasta adalah laki-laki yang menurut aku pantas menjadi suamiku, hanya saja aku takut kalau Rasta kecewa.
1. Hari yang Na'as
Oh ya, di samping bekerja aku juga kadang nyambi ikut shooting Sinetron. Itu aku lakukan atas izin perusahaan tempat aku bekerja. Pekerjaan itu aku lakukan menyesuaikan dengan situasi pekerjaan aku di kantor.
Sebagai sekretaris direksi, aku selalu datang lebih pagi dari atasanku. Tapi entah angin apa yang membuat bosku datang lebih awal dari aku. Saat itu kantor masih sepi, apa lagi di lantai khusus direksi. Hanya ada aku dan bosku di lantai itu, tidak ada perasaan curiga saat itu.
Aku biasa memanggil Bosku dengan Mister Yo, nama panjangya Yonathan (bukan nama sebenarnya). Dia seorang pria berumur sekitar 35 tahun, wajahnya biasa saja, tapi tubuhnya tinggi, tegap dan atletis.
Dia termasuk lelaki beruntung, menjadi direktur utama sebuah perusahaan manufaktur, karena menikahi anak seorang konglomerat. Isterinya tidak cantik, tubuhnya sangat tidak proporsional.
Mister Yo menikahi isterinya semata karena harta, bukan karena cinta, karena isterinya tidak menarik sama sekali. Mister Yo sangat baik dan perhatian sama aku, sehingga aku tidak pernah tahu kalau dia punya niat jahat terhadap aku. Semua kebutuhan keluarga aku di kampung di tanggung mister Yo, begitu juga dengan kebutuhan aku.
Sebagai sekretaris, aku di kasih fasilitas kendaraan, dan apartemen yang cukup memadai. Aku sama sekali tidak berpikir kalau semua yang dia berikan itu ada imbalannya.
Aku tidak pernah berpikir, kalau semua kebaikan mister Yo itu akan menjadi petaka dalam hidupku, yang di kemudian hari mengancam masa depanku. Aku terlalu naif dalam menerima setiap kebaikan, karena aku memang tidak pernah diajarkan untuk berprasangka buruk pada orang lain.
Di pagi yang na'as itu, saat aku sedang berada di ruangannya, menyiapkan berbagai berkas yang harus di tandatanganinya, tiba-tiba dia menyergapku dari belakang, dan langsung membekap mukaku dengan sapu tangan yang sudah ada obat biusnya. Cuma itu yang aku ingat, selebihnya aku tidak tahu lagi.
Saat aku terbagun di sofa, di ruangan kerjanya, kondisi semua pakaianku sudah berantakan, dan badanku sakit semua, sehingga tubuhku sangat lemas tidak berdaya. Rupanya dia sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang. Aku seperti orang yang sudah terjatuh, tertimpa tangga pula.
Kehormatan yang sangat aku jaga itu sudah dirampas secara paksa oleh mister Yo, orang yang selama ini sangat baik dengan aku, dan peduli dengan kehidupan keluargaku. Pandanganku nanar, aku baru tersadar kalau aku baru saja di perkosa setelah aku merasa perih dibagian intimku.
Mister Yo menyiapkan surat perjanjian yang harus aku tandatangani, isinya antara lain; aku tidak boleh melaporkan peristiwa yang barusan aku alami, kalau sampai itu terjadi maka dia akan cabut semua fasilitasnya. Yang parahnya lagi, aku tidak boleh menikah dengan lelaki lain, selama dalam masa perjanjian tersebut.
"Kamu harus patuh pada perjanjian ini, itu kalau kamu tidak ingin susah. Saya bisa saja habisi kamu Dis!!" Ancamnya saat itu
"Kenapa saya harus mematuhi semua itu? Sementara saya sendiri sudah menjadi korban?" Tanyaku saat itu
"Kamu tidak ada pilihan Dis, silahkan kalau kamu mau coba melanggarnya." Ancam Mister Yo
"Okey, saya tidak akan memperkarakan masalah ini, tapi saya akan keluar dari perusahaan ini." Ucapku dengan tegas
"Gak masalah, kalau memang itu pilihannya, saya akan tetap bantu kamu dan keluarga kamu, asal kamu patuh dengan perjanjian itu." Katanya lagi
"Saya kembalikan fasilitas kendaraan dan apartemen, saya bisa hidup sendiri cukup dengan nge-kost." Itu yang aku katakan padanya.
Aku tidak ingin tinggal di apartemen, yang akan memudahkan dia untuk mendatangiku setiap saat, dan aku cuma menerima bantuan finansialnya, sampai aku bisa hidup sendiri dengan layak. Itu semua tidak pernah aku minta, dia sendiri yang transfer setiap bulannya.
Dengan perasaan benci dan dendam, aku mencoba menjauhkan diri dari mister Yo, uang bantuannya aku nikmati setiap bulan untuk bersenang-senang, demi melupakan trauma perkosaan tersebut. Mister Yo sempat bilang,
"Dis ... saya sebetulnya mau menikah kamu, tapi saya tidak bisa, kalau isteri saya tahu, maka saya akan kehilangan semuanya." Ujarnya
Ternyata mister Yo itu benar-benar laki-laki yang senang menikmati kekayaan isterinya tanpa mau bersusah payah. Sehingga dia memilih patuh pada isterinya, ketimbang memenuhi seleranya pribadi. Dia terima isterinya semata demi uang dan jabatan.
Kehidupan aku selalu dimata-matai oleh mister Yo, dia membolehkan aku dekat dengan lelaki, asal tidak untuk menikah. Rasta adalah lelaki yang sangat ingin menikahi dan membahagiakanku, tapi dia belum pernah tahu seperti apa hidup yang aku jalani.
Aku dan Rasta hanya berteman, tidak ada ikatan hubungan kekasih, tapi kami bisa melakukan apa pun layaknya sepasang kekasih. Itulah yang membuat Rasta sangat ingin mengajak aku menikah, agar kami tidak terus berbuat dosa.
Di dunia entertainment, aku benar-benar bisa terhibur, aku bisa menyalurkan hobby aktingku, dan sering aku dapat peran yang bagus, sehingga aku sering muncul di TV. Mister Yo tahu itu, dia berusaha untuk mencariku, dia bangga bisa kencan dengan aku, karena aku dianggapnya sebagai seorang artis.
Bukan sekali dua kali dia mengajakku kencan, bahkan kadang dia mengajakku keluar negeri. Dia sangat pandai menutupi hubungan itu, tapi aku berusaha membatasi diri. Aku tidak ingin terjebak sebagai perempuan pelakor, aku tolak semua keinginannya.
Di dunia entertainment aku mulai bisa menapak hidup, dan memperbaiki hidup. Aku sudah bisa hidup dengan wajar, mengikuti rutinitas shooting yang sangat menghibur diriku. Pelan-pelan aku mulai melepaskan ketergantungan bantuan mister Yo.
Sebetulnya bisa saja aku perkarakan mister Yo, tapi aib aku sendiri akan terbuka, dan akan banyak orang yang menderita. Bagi aku selama dia tidak bertindak jahat pada aku, aku pun tidak terlalu peduli dengan dia.
Aku tidak ingin kejadian itu menghancurkan masa depanku, aku harus menghidupi ibu dan adik-adikku di kampung. Aku mencoba bangkit dari keterpurukan masa lalu. Dunia entertainment yang aku tekuni sangat menjanjikan, tapi juga banyak godaan.
Aku banyak kenal lelaki, dari yang buruk perangainya sampai yang baik. Semua aku anggap bersahabat, aku tidak ingin terikat dalam ikatan emosional. Aku bisa pilih mau bersama siapa saja, tanpa ada ikatan apa pun. Citra inilah yang membuatku terkesan jalang.
Hanya Rasta yang mau mengungkapkan cintanya yang tulus, tapi aku tidak ingin mengecewakannya. Aku yakin, Rasta bisa menerimaku apa adanya, tapi aku tidak tega memperlakukan lelaki sebaik Rasta, hanya menjadi pendamping wanita yang sudah nista seperti aku.
Suatu saat, mister Yo menemuiku di lokasi shooting, dia sangat ingin mengajakku pergi, namun aku tolak keinginannya, karena aku tahu kalau dia hanya ingin merasa bangga bisa berakrab-akrab dengan artis.
"Dis ... kamu sekarang sudah terkenal, saya senang lihat kamu selalu muncul di TV." Ujar Mister Yo saat itu
"Ya semua berkat Tuhan mister Yo, Tuhan kasihan sama nasib saya." Jawabku
"Saya mau ajak kamu jalan Dis ... tolonglah kamu mau ya?" Pinta mister Yo
Bersambung..
