7. Sebuah Pertemuan
Tidak puas hanya ngobrol di telepon akhirnya pulang shooting Prastowo mengunjungi aku di tempat kost. Dengan senang hati aku menerima kedatangannya, karena tidak ada yang membicarakan pertemuan kami.
"Akhirnya.. aku bisa ketemu kamu di sini Dis, tadi aku buru-buru pulang begitu selesai shooting." Ujar Prastowo saat itu
"Inilah istana aku mas.. aku senang kamu mau main kesini." Aku memperlihatkan pada Prastowo kamar kost yang aku tempat.
"Tadi begitu kamu dipanggil ke kantor situasi di lokasi pada tegang, takut shooting di break in." Jelas Prastowo sambil menatapku
"Masak sih mas? Sampe segitunya, padahal aku di panggil dalam urusan yang lain sih." Jawabku
"Emang kamu sampai di panggil ada apa? Kamu punya masalah dengan kantor?" Tanya Prastowo penuh penasaran
"Tadinya aku mikir gitu juga mas, aku sampai deg-degan gitu lho.. eh ternyata malah dapat kabar baik."
Tiba-tiba Prastowo menyela pembicaraan, karena dia merasa tidak nyaman bicara di kamar,
"Sorry Dis.. emang gak apa-apa kita ngobrol di kamar kamu ini?" Selanya
"Ya gak apa-apa lah, disini mah bebas mas, yang punya kost gak pernah melarang aku terima tamu kok."
"Oh ya? Terus.. kamu di panggil ke kantor dia kasih job baru ya?" Prastowo kembali bertanya
Aku ceritakan pada Prastowo semua peristiwa dalam pertemuanku dengan produser. Aku juga bilang sama dia, bahwa akting aku sama dia sangat di apresiasi produser. Aku minta sama Prastowo agar tetap menjaga reputasi di lapangan. Dia sangat antusias dengan cerita aku.
Aku juga bilang pada Prastowo, kalau aku dijanjikan peran yang lebih bagus oleh produser. Di luar dugaannya kalau pada akhirnya, artis yang menggampar aku di skorsing oleh produser. Sebetulnya aku sendiri tidak ingin sampai itu terjadi, tapi itu merupakan kebijakan perusahaan.
"Kamu gak perlu merasa bersalah Dis kalau perusahaan mengambil kebijakan itu, karena itu di luar kapasitas kamu." Jelas Prastowo
"Tapi mas... tetap saja mereka menduga aku yang kasih tahu produser."
"Biar saja mereka menduga seperti itu, kan pada kenyataannya tidak begitu ... kamu sudah cukup bijak kok dalam masalah ini."
Ucapan Prastowo itu sangat membuat hatiku lega, dia bukan sedang membela aku, tapi dia mengatakan sesuatu yang memang benar.
"Aku itu kadang-kadang terlalu bawa perasaan mas.."
"Buat apa? Orang lain aja memperlakukan kamu tanpa perasaan kok!!" Ujarnya dengan kesal
Aku merasa empati yang di miliki Prastowo sangat luar biasa, diam-diam dia menahan diri saat aku menerima perlakuan yang kurang baik dari orang lain.
"Dis.. naluri aku ini naluri seorang pengacara, naluri pembela penindasan.. aku tidak bisa melihat orang yang tertindas, kalau pun bukan kamu tetap aku bela." Ujar Prastowo
Lagi-lagi aku dibikin kagum oleh sikap Prastowo, dia selalu memperlihatkan jiwa kepahlawanannya di depan aku. Dia selalu membuat aku kagum, tapi aku tahu diri, aku gak berani untuk mengatakan kalau dia suka dengan aku, aku cuma menganggap dia baik sama siapa pun.
"Mas.. ternyata diam-diam kamu selalu memperhatikan perilaku orang-orang terhadap aku ya?" Tanyaku sambil bercanda
"Kebetulan orang yang mengalami penindasan itu kamu Dis, tapi siapa pun yang tertindas, dan aku melihatnya, pasti aku akan bela. Aku tidak ingin ada yang semena-mena Dis." Jawab Prastowo dengan kalem
"Mas.. kamu mau aku bikinkan minuman apa? Jus, kopi atau apa?" Tanyaku
"Dis.. aku kesini bukan mau merepotkan kamu, aku cuma mau tahu keadaan kamu." Ujarnya
"Kalau aku gak merasa direpotkan gimana? Kan aku wajib melayani tamu?"
"Udah deh.. santai aja, kalau aku mau sesuatu aku bisa tinggal pesan kok."
"Kamu bikin aku tambah kagum aja mas.. sumpah deh, sudah terlalu banyak kekaguman aku sama kamu mas." Aku bicara apa adanya
"Apa sih yang patut kamu kagumi dari aku Dis? Aku cuma melakukan sesuatu yang memang harus aku lakukan sebagai laki-laki."
Aku sampai kehabisan kata-kata menghadapi Prastowo, dia merasa dirinya biasa-biasa saja, sementara aku yang terus melihat kelebihan-kelebihanya, menganggap dia sangat sempurna sebagai manusia. Meskipun aku tidak ingin buru-buru menilai dirinya.
"Syukur deh mas.. kalau kamu tidak tahu apa yang menjadi kekaguman aku sama kamu." Bisikku dalam hati
Dia mencoba mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan tentang keluarga aku, aku pun menjawab apa adanya. Hanya saja aku belum mau cerita tentang perkosaan yang pernah aku alami.
"Keluarga kamu dimana Dis? Kok kamu kost?" Tanya Prastowo
"Keluarga aku di kampung mas, di Jakarta aku tinggal sendiri."
"Orang tua kamu masih lengkap? Adik-adik kamu berapa?" Tanyanya lagi
"Kayak petugas sensus aja mas.. orang tua aku tinggal ibu, adik-adikku 5 orang mas, yang paling kecil umur 9 tahun." Jawabku
"Berarti kamu tulang punggung keluarga ya? Hebat kamu Dis, aku salute sama kamu." Ujarnya
"Ya begitulah mas, tanggung jawab anak yang paling tua, aku harus survive ... suatu saat aku akan cerita masa lalu aku sama mas." Aku katakan itu tanpa menatap wajahnya
"Dengan senang hati Dis, aku akan menjadi pendengar yang baik." Jawab Prastowo
Prastowo itu memang orang yang sangat peduli dengan orang lain. Dia dari keluarga yang cukup kaya, ayahnya seorang pengacara senior yang laris manis.
Prastowo bekerja sebagai pengacara di kantor ayahnya. Dia pun mulai sukses sebagai pengacara, terjun ke dunia film hanya untuk mencari populeritas.
Selama kami ngobrol di kamar, tidak ada sama sekali dia memperlihatkan kenakalannya sebagai seorang lelaki, dia sangat menghargai aku, bahkan pandangan-pandangan nakal pun tidak pernah dia perlihatkan.
Aku sangat respek dengan sikap dia yang sangat menghormati wanita, selama kami ngobrol semua terlihat wajar-wajar saja. Aku memang tidak berani untuk mengatakan kalau dia mulai menyukai aku, karena yang aku lihat dia hanya bersimpati dengan aku tidak lebih dari itu.
Dia tidak ingin cerita tentang sutradara yang menyukai dia, juga dia tidak menceritakan tentang artis yang menyukai dia. Dia datang semata ingin tahu tentang keadaan aku.
Prastowo ini memang di luar ekspektasi aku, tadinya aku pikir dia lelaki yang sombong, ternyata dia sangat baik hati.
"Kamu setiap hari kalau shooting diantar dan di jemput ya?" Tanya Prastowo
"Ya mas.. sesuai dengan perjanjian di kontrak, itulah hebatnya PH ini." Jawabku
"Aku juga tadinya di tawari begitu, tapi karena aku punya kendaraan jadi diganti uang transport." Jelas Prastowo
"Aku suka banget dengan sistem di PH ini, sangat menghargai jerih payah orang lain."
"Emangnya tidak semua PH seperti itu?" Tanya Prastowo
"Enggak semua mas.. banyak yang tidak terlalu peduli soal itu, bahkan pembayaran gak beres pun banyak." Jawabku dengan ekspresi kekecewaan
"Wah..PH seperti itu makanan aku tuh, kalau aku diperlakukan begitu aku sikat habis tuh."
Prastowo itu memang tidak bisa melihat perlakuan yang tidak adil, dia sangat kritis melihat keadaan seperti itu. Padahal banyak sekali PH yang tidak memperdulikan nasib crew dan artis.
Bersambung..
