Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

Keesokan paginya, aku mulai mengemas barang-barang.

Aku tidur lebih larut dari Regina dan bangun lebih awal darinya. Jadi, dia tidak menyadari bahwa semalam aku tidur di ruang kerja.

Begitu bangun, dia langsung jalan menghampiriku dan mengaitkan lengannya ke leherku dengan lembut. "Kamu mau pergi dinas ya?"

Aku mengangguk dan tidak mengatakan apa-apa.

Nada bicara Regina penuh dengan keengganan. Dia mencium pipiku, lalu berkata, "Ke mana kali ini? Ke Kota C lagi?"

Aku mengernyitkan dahiku sedikit, tidak ingin dia menyentuhku. Aku menjawab sambil menahan rasa jijik, "Tidak. Kali ini aku akan pergi ke Kota B, mau melihat-lihat pasar lembaga daycare di Kota B."

Sekelebat kilatan tatapan rasa bersalah muncul di bawah mata Regina, lalu dia segera menutupinya dengan senyuman.

"Kenapa kamu tiba-tiba tertarik dengan masalah pendidikan daycare? Sepertinya bidang ini bukan bisnis yang bagus untuk digeluti saat ini."

Perusahaan tempatku bekerja adalah perusahaan investasi keuangan yang terkenal. Lagi pula, aku memang sudah sejak lama mengincar dan mengamati pertumbuhan industri lembaga daycare.

Namun, karena Regina membenci anak-anak, aku takut dia tidak akan senang. Jadi, aku menghindari semua proyek investasi yang berhubungan dengan anak-anak.

Namun, sekarang aku tidak perlu mempertimbangkan Regina lagi.

Bagaimana mungkin seorang wanita yang telah melahirkan seorang anak membenci anak-anak, 'kan?

Aku menjawab asal, "Ini adalah permintaan yang kudapat langsung dari pimpinan, jadi tidak bisa menolak. Aku akan pergi ke sana dan melihat-lihat."

Setelah mengatakan itu, aku mengeluarkan sebuah kotak hadiah dan menyerahkannya kepada Regina.

Regina tersenyum dan menerimanya. "Apa ini ...."

Sebelum kata-kata itu selesai diucapkan, ekspresinya langsung menegang.

Di dalamnya terdapat sebuah jam tangan elektronik anak-anak dengan model Barbie berwarna merah muda.

Jam tangan ini sangat disukai oleh sebagian gadis kecil. Kebetulan, model jam tangan ini sama dengan yang dikenakan putri Regina.

Aku memperhatikan ekspresi Regina dengan seksama.

Dia menyembunyikannya dengan sangat baik, hampir tidak ada celah sedikit pun. Lalu, dia berkata sambil tersenyum, "Jam tangan ini cukup bagus, tapi jangan bilang kamu mau kasih ini buat aku? Aku tidak mau pakai yang seperti ini."

Dia masih bisa bercanda.

Benar juga, kalau bukan karena kemampuan aktingnya yang begitu bagus, bagaimana mungkin sampai sekarang aku baru tahu kalau dia punya anak?

Aku menekan kebencian di hatiku dan berkata, "Ada klien yang memberikannya kepadaku saat aku pergi meneliti pasar lembaga daycare. Tak ada gunanya juga kalau aku simpan sendiri. Kamu bawa saja dan kasihkan ke orang lain."

"Tidak perlu. Anak rekan kerjaku laki-laki, jadi dia tidak suka warna merah muda seperti ini."

Setelah itu, Regina dengan asal memasukkan arloji itu ke dalam koperku lalu berbalik untuk pergi ke kamar mandi.

Sikapnya tampak seperti melarikan diri dengan terburu-buru.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel