Bab 2
Jika aku tidak melihat stetoskop itu sebelumnya, aku pasti akan memeluk dan mencium bibir merah mudanya.
Ini adalah kebiasaan dalam hubungan cinta yang telah kami jalin selama bertahun-tahun.
Namun saat ini, aku tidak memiliki keinginan untuk melakukan itu dan langsung mendorongnya menjauh, menarik diri menunjukkan penolakan.
"Sayang, kamu kenapa?"
"Ini rumah sakit, cukup ramai. Tidak baik kalau sampai dilihat orang."
Aku berbalik dan melihat ke arah pintu.
Sebenarnya, pada jam-jam seperti ini, tidak banyak orang di luar. Kalaupun ada orang, mereka juga tidak akan dengan sengaja datang untuk mengganggu romansa kami.
Hanya saja aku merasa jijik ....
Di tubuh Regina bukan tercium aroma parfum yang biasa dia gunakan, melainkan bau susu. Kesadaran ini membuat hatiku makin cemas.
Jangan bilang istriku diam-diam melahirkan anak tanpa sepengetahuanku?
Gadis kecil dalam foto itu terlihat seperti hanya berusia tiga atau empat tahun.
Namun, tiga atau empat tahun yang lalu, aku baru dipromosikan dan memimpin tim secara mandiri, jadi sering bepergian melakukan perjalanan dinas ke luar kota.
Regina juga dipindahkan ke rumah sakit di luar kota pada waktu itu. Jadi, kami berdua menjalin hubungan pernikahan jarak jauh selama setahun.
Jadi secara kronologis dan dari segi waktu, dugaanku ini juga bukan tidak mungkin ...
Aku melihat Regina sekali lagi.
Dia masih sangat cantik, anggun, dan tersenyum dengan begitu menawan.
Namun saat ini, aku sama sekali tidak bisa memahaminya lagi.
Sekali benih keraguan tertanam, maka akan berakar dan tumbuh di lubuk hati yang paling dalam.
Dalam perjalanan pulang, aku masih belum bisa merasa tenang, jadi aku mengirim pesan ke temanku, memintanya untuk membantuku menyelidikinya.
Temanku mengurus semuanya dengan cepat. Dalam beberapa saat setelah aku tiba di rumah, aku sudah menerima email darinya.
Selain email, temanku juga mengirimiku banyak pesan.
"Kiev, kamu harus menyiapkan mentalmu."
"Tapi, bisa jadi ini hanya kesalahpahaman."
"Lebih baik jangan buka dulu emailnya dan bicarakan semuanya baik-baik dengan istrimu."
"Pokoknya, hubungi aku jika kamu butuh bantuan. Kalau mau pergi minum-minum juga ayo, aku akan datang saat dibutuhkan."
Regina sedang mandi dan aku duduk sendirian di ruang tamu.
Aku ragu-ragu cukup lama dan akhirnya memutuskan untuk membuka email itu.
Pusat layanan perawatan pasca melahirkan, daycare, catatan kelahiran rumah sakit ... Bahkan ada foto-foto Regina yang sedang berbelanja di sebuah toko perlengkapan ibu dan anak bersama anaknya. Foto-foto itu juga secara jelas menunjukkan jam tangan anak-anak dengan model Barbie yang dikenakan oleh gadis kecil itu di tangannya.
Emosi yang terlalu terkejut membuat tanganku yang memegang ponsel bergetar tak terkendali.
Meskipun aku sudah curiga dan memiliki tebakan sendiri di hatiku, tapi aku masih tetap tidak ingin percaya bahwa Regina telah mengkhianatiku.
Namun, sekarang bukti sudah ada di depan mataku, jadi aku mau tak mau pun harus percaya pada kenyataannya.
Ternyata Regina benar-benar melahirkan anak dengan laki-laki lain di belakangku.
Aku sudah menikah dengan Regina selama delapan tahun.
Dia bilang dia benci anak-anak dan tidak ingin punya anak.
Aku mencintainya, aku tidak tega sekaligus khawatir dia akan mendapatkan cibiran dari kerabat dan teman-teman.
Jadi, aku menanggung semua kesalahan karena dia tidak ingin memiliki anak pada diriku sendiri dan berinisiatif pergi ke rumah sakit untuk menjalani operasi vasektomi.
Jika dia tiba-tiba berubah pikiran, kami masih punya kesempatan untuk memiliki anak.
Namun, dia malah menggunakan cara yang memalukan ini untuk mengkhianatiku dan menduakanku.
Dia melahirkan anak orang lain tanpa sepengetahuanku?
Lalu aku ini apa?
Mungkinkah di dalam hati Regina aku hanyalah seorang laki-laki bodoh yang tidak memiliki martabat dan hak asasi, yang hanya bisa dipermainkan dan dibodohi olehnya?
Aku duduk sendirian di ruang tamu sampai dini hari, sementara Regina sudah tertidur.
Aku tidak kembali ke kamar tidur dan lebih memilih tidur di ruang kerja.
Karena dia sudah mengkhianatiku, aku pun juga tidak ingin mempertahankan pernikahan ini lagi.
Perceraian adalah pilihan terbaik antara aku dan dia.
