Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Briefing

POV MOON

Aku berkumur-kumur. Hari ini aku akan langsung kembali ke Seoul. Aku baru saja membunuh Low, sekaligus memotong kemaluannya. Dasar penjahat kelamin. Aku memang suka sekali menghajar penjahat-penjahat semacam dia. Low sudah menjadi target operasi selama beberapa bulan ini. Semua ini karena S-Formula. Semenjak isu tentang Genesis tercium oleh beberapa dinas intelejen dunia, semuanya bersatu berusaha untuk mendapatkannya.

Namaku Jung Ji Moon, panggilanku Moon dari NIS, Dinas Intelejen Korea Selatan. Kode Rahasiaku Si Rambut Merah. Julukan Si Rambut Merah adalah karena rambutku yang memang berwarna merah. Ini semua karena turunan dari ibuku seorang wanita Hungaria, ayahku orang Korea. Aku sudah setahun ini berada di Indonesia.

Semua itu hanya karena satu hal. Bekas anggota Genesis memberitahu kalau S-Formula ada di Indonesia. Aku tak menyangka bahwa benda seberharga itu berada di tangan penjahat kelamin semacam Low. Aku sudah berkali-kali melakukan hal ini. Menggoda target, kemudian menghabisinya. Entah sudah berapa nyawa yang aku cabut. Apalagi aku punya lisensi untuk membunuh. Aku seorang profesional, maka dari itu tidak sembarangan membunuh orang.

Aku di Indonesia ini bersama empat agen lainnya. Mereka adalah Peter dari CIA, Nikolai dari SVR, John dari MI6 dan Devita dari BIN. Kami berlima bekerja sama dan ditugaskan oleh PBB. Tugasku untuk mencari informasi keberadaan S-Formula telah selesai. Ternyata dibawa oleh Dr. Edward.

Sebuah panggilan masuk. Dari Peter. Aku kemudian menekan ponselku,

“Yes? Is this line secure?”

“Just relax, I’m sure of it. This line is secure. How is it?” tanya Peter.

“He mention Dr. Edward. He said this doctor know this shit,” jawabku.

Aku melepas semua bajuku. Dari atasan, braku, lingerieku. Aku ingin mandi setidaknya biar bau amis darah ini tidak melekat di badanku. Aku kemudian berjalan ke kamar mandi sembari membiarkan ponselku berada di meja dengan handsfree.

“Dr. Edward? Wait a sec!” kata Peter. Dia terdiam cukup lama sampai kemudian yang berbicara orang lain.

“Moon, Dr. Edward was work at M-Tech. But now he was missing,” ujar seseorang bersuara wanita. Dia pasti Devita. “And that was the bad news. He just like disapear. The good news is we know where is the S-Formula. And its positive.”

“Yes we are,” jawabnya.

“Okay, we wait order from commander. We will catch you up later,” kata Devita. “Happy shower.”

“OK, thanks,” kataku sambil membasuh tubuhku. Air dingin yang mengguyur tubuhku serasa nikmat sekali. Melepaskan seluruh rasa kelelahan yang melekat pada tubuhku. Darah Low pun perlahan-lahan mulai melepaskan diri dari tubuhku.

Setelah mandi, aku mengeringkan diriku dengan handuk dan hair driyer. Setelah itu aku mengambil ponselku lagi. Aku kemudian membuka file. Di sana ada banyak gambar. Aku melihat foto ibuku di sana. Ohh…aku jadi kangen beliau. Pekerjaan sebagai agen rahasia membuatku jauh dari dia. Bahkan sekedar menelponnya pun aku tidak bisa. Terkadang aku hanya bisa melihat beliau dari jauh saja sudah beruntung.

Ayahku adalah seorang tentara. Beliau adalah pahlawan bagi Korea. Beliau meninggal ketika aku masih berusia lima tahun. Pengorbanannya dalam membela negara adalah sebuah kebanggaan bagi keluarga kami. Semenjak itu aku pun ingin mengorbankan diriku untuk negaraku.

Berjuang dari bawah, ikut ujian negara, ikut wajib militer, kemudian menjadi agen rahasia termuda pada jamanku. Menyelesaikan banyak misi dan meraih 5 medali penghargaan. Aku akan melakukan apapun untuk negaraku, sekalipun itu bertentangan dengan prinsip hidupku.

Tapi entah kenapa misi yang sekarang ini rasanya tidak begitu mudah. Perasaanku tak enak. Itu saja.

Bagaimana tidak, target tidak jelas, dan kita sudah menghabiskan waktu selama bertahun-tahun tapi belum ada hasilnya. Sebelum aku sebenarnya ada seorang agen yang ditugaskan. Dan dia adalah cinta pertamaku. Sayangnya cinta kami cuma sesaat, sebelum kejadian itu menimpa dia.

Ceritanya adalah beberapa tahun yang lalu.

Nama dia adalah Park Sun Il. Aku biasa memanggilnya Suni. Pertama kali bertemu dengan dia saat mengikuti tes sebagai agen rahasia NIS. Suni orangnya menyenangkan. Dan kemampuannya sangat terampil dalam senjata, sandi dan dia termasuk agen yang mendapatkan nilai test tertinggi di kesatuan kami.

Flashback

“Hai,” sapanya. Dia duduk di sebelahku.

“Hai,” jawabku.

Kami sedang berada di sebuah aula. Dikumpulkan oleh komandan tertinggi NIS. Hari ini adalah hari di mana kami menerima predikat lulus. Dan besok pasti langsung bertugas untuk negara.

“Namamu Moon bukan?” tanya Suni.

“Dari semua agen rahasia, cuma kamu yang punya wajah seperti girlband,” guraunya.

Aku tersenyum. Aku tahu dia menggodaku akhir-akhir ini, tapi aku yang terlalu cuek kepadanya.

“Ssshhtt…kita sedang dibriefing,” kataku.

“Ada acara besok?” tanyaku.

Aku mengangkat bahu.

“Baiklah, bagaimana kalau makan malam?”

“Silakan berusaha keras, aku tetap tidak mau,” kataku.

Dia menghela nafas. “OK.”

Setelah briefing dan pidato dari komandan NIS itu. Semua anggota NIS yang baru dilantik pun bubar. Tapi tidak denganku dan Suni. Kami dipanggil oleh atasan. Ketika berjalan melalui lorong yang panjang tempat di mana aku harus menemui komandan kami, Suni lagi-lagi menggodaku.

“Moon, sekali saja?” kata dia sambil mengacungkan jarinya.

“No!” jawabku singkat.

Ia menunjukkan muka tidak senang. Aku tertawa geli. Tingkahnya seperti anak kecil. Ini salah satu yang aku suka dari Suni. Dia juga easy going. Tak berapa lama kemudian aku dan Suni sudah masuk ke ruang komandan. Komandan sudah menunggu di sana.

“Bagus kalian datang. Ini tugas pertama kalian,” kata komandan.

Kami seolah-olah tidak diberi waktu istirahat. Ia segera mengajak kami ke sebuah ruangan yang dipenuhi oleh para agen lainnya. Mereka semua tampak sedang menunggu instruksi komandan di meja mereka masing-masing. Ruangan ini belum pernah aku sentuh dan bisa jadi setelah ini ruangan ini akan kerap kali aku kunjungi. Ketika berada di ruangan itu wajah Suni yang tadinya sedikit cengengesan sekarang berubah serius. Berbeda 180 derajat.

Di layar monitor aku diperlihatkan sebuah gambar wajah.

“Namanya Roger Baltrow. Orang Georgia. Dia ditengarai telah membawa file rahasia negara. Orang yang menyerahkannya adalah Mayor Park Myun Bing. Orangnya telah ditangkap, tapi tidak dengan Roger. Misi kalian cukup menghabisi orang ini sebelum menyerahkan file yang dibawanya ke tangan pemerintah Rusia. Aku menugaskan kalian berdua karena kalian dua orang yang paling baik di dinas ini. Tactical Mission akan aku kirimkan ke email kalian. Ada pertanyaan?” kata Komandan.

“Kemampuan orang ini?” tanya Suni.

“Orang ini ahli beladiri, dia juga pernah mengenyam pendidikan militer. Mantan Anggota Spetnaz. Dia juga terlibat pemberontakan di Ukraina. Dia ahli senjata, bom dan juga ahli dalam menggunakan pisau. Pertarungan jarak dekat dengan dia tidak disarankan. Cukup tembak dia dari jarak jauh. Ambil filenya dan selesai,” kata komandan.

“Dimana dia sekarang?” tanyaku.

“Kabar terakhir, dia berada di sebuah hotel di Seoul. Sepertinya ia akan bertemu dengan sang pembeli di sana,” kata komandan.

“Hotel?” gumamku.

“Jangan kira dia tidak mempersiapkan semuanya. Anak buahnya mungkin saja sudah disebar di sekitar tempat itu,” kata komandan. “Ini simulasinya.”

Layar monitor berubah. Kami melihat bangunan Hotel Seoul. Kami juga melihat titik-titik lain yang kemungkinan itu adalah tempat anak buah Roger berada. Komandan membriefing kami bagaimana caranya untuk mendapatkan file itu dari tangan Roger. Tak berapa lama kemudian kami sudah harus bergerak.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel