Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Status tidak penting

Pria itu bukan orang lain, dia adalah komisaris Burhan.

Orang yang Arinda sebut paman, dan orang yang segera ketakutan saat mengetahui bahwa Rendy-lah yang membuat masalah di kantor polisi.

Dia tidak datang sendiri, tapi datang dengan tiga pemuda, dan tampak masih tidak berpengalaman.

Itu bisa diketahui saat mereka bertiga tampak kebingungan dan bertanya-tanya ketika mendengar atasannya, komisaris Burhan berkata sangat sopan kepada Rendy.

Mengingat status Komisaris Burhan, seharusnya orang biasa tidak memiliki kemampuan untuk membuatnya hormat.

Tapi pria ini bisa? Siapa dia sebenarnya?

Mereka bertiga merasa penasaran, dan dengan keingintahuan mereka yang sangat besar, diam-diam mereka menyelidiki Rendy yang sedang duduk di kursi.

Tapi mereka bertiga tidak menemukan keanehan apapun selain pemuda yang hampir seumuran dengannya, dan hanya pemuda dengan kaos serta celana jeans biasa.

Jikalau ada, itu adalah rambut panjangnya yang terlihat mencolok, serta wajah tampan dengan ekpresi acuh tak acuhnya.

Dilihat secara sekilas, Rendy ini tampaknya seorang bajingan tampan dan menyebalkan, yang biasanya memanen banyak gadis muda dengan wajahnya.

Itulah penilaian yang tiga polisi muda itu temukan.

"Apa yang kalian lakukan? Cepat beri salam pada Tuan...." komisaris Burhan tiba-tiba berkata dan memarahi tiga orang pemuda di belakangnya.

Tapi dia segera berhenti saat tidak tahu harus memanggil Rendy sebagai siapa.

"Aku tidak membutuhkan salam yang tidak perlu." Kata Rendy acuh tak acuh dan membuat Komisaris Burhan segera merasa gugup.

Dengan wajah yang tersenyum, dan sedikit ketakutan, Komisaris Burhan bertanya, "Tuan, apakah ada yang perlu kami bantu?"

Tidak segera menjawabnya, Rendy tiba-tiba mendengus, dan menegakkan punggungnya.

Mengawasi empat orang didepannya selama beberapa, tatapan Rendy jatuh pada Komisaris Burhan, yang kini memiliki butiran-butiran keringat di keningnya.

"Tiga tahun lalu, sepertinya aku sudah memberikan pesan kepada pimpinan kalian untuk mengawasi keluargaku. Tapi, apa yang terjadi sekarang?"

Pertanyaan Rendy selesai, Komisaris Burhan merasakan suhu di ruangan tiba-tiba turun dan membuat wajahnya berubah.

Menebak akan kemana pembicaraan ini, komisaris Burhan yang sudah letak segera menundukkan kepalanya dan dengan suara "bam", kedua lututnya sudah berada di lantai.

Tanpa berani melihat ke arah Rendy, komisaris Burhan yang sudah berlutut menggerakkan mulutnya, "Tu-tuan... Ini... Ini adalah kesalahan kami. Tidak ada pembelaan, semuanya adalah karena tidak kompetennya polisi."

"Oh..." Hanya itu yang Rendy keluarkan sebagai reaksi.

Dia tidak menjawab, atau mencoba untuk membuat seorang pria paruh baya dengan pangkat Komisaris Polisi itu bangun.

Ekpresinya masih acuh tak acuh, dan tidak peduli sama sekali. Bahkan dia juga tidak melihat ke arahnya.

Berbeda dengan Rendy, tiga pemuda yang ada di belakang komisaris Burhan saat ini sudah sangat terkejut dan benar-benar tidak bisa mempercayai matanya.

Komisaris Burhanudin.

Itu adalah identitas luar biasa bagaikan gunung tinggi yang tidak bisa di tundukkan. Bagi mereka bertiga, itu adalah salah satu panutannya.

Tapi sekarang?

Belum cukup bersikap hormat dan renda hati di awal, orang yang mereka anggap sebagai gunung yang tidak bisa di gapai tiba-tiba menundukkan kepalanya dan berlutut?

Kejadian macam apa ini?

Mereka bertiga tidak mengerti dan sangat tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Tapi kejutan mereka hanya sesaat.

Tepat ketika mereka melihat kearah Rendy yang sedang duduk di kursi dengan tenang, dan malas menatap ke arahnya, kejutan dari tiga orang itu segera berubah menjadi ketakutan dan kepanikan.

"Buk!"

"Buk!"

"Buk!"

Tiga suara tubuh yang terjatuh terdengar, dan tiga orang yang sebelumnya tidak percaya sudah duduk di lantai dengan ekpresi ngeri dan ketakutan.

Seperti baru saja melihat hantu, mulut dan mata mereka melebar.

"Oohh... Apakah ada tamu yang datang?"

Bahkan saat Bella, aktris cantik yang terkenal di seluruh negeri membawa teh dan bersikap seperti seorang pelayan muncul di hadapan mereka, tak ada satupun yang bereaksi.

Hanya Rendy yang masih tetap tenang dan ringan mengangguk menanggapi kata-kata Bella. "Mereka adalah polisi, dan orang tua yang berlutut itu adalah Komisaris."

Memperkenalkan tamu yang datang, nada Rendy benar-benar biasa, seolah-olah mereka tidak pernah ada dimatanya.

Begitupun dengan Bella, yang hanya memberikan "oh" ringan sambil mengangguk mengerti.

Dari ekpresinya, bisa dilihat bahwa pemandangan orang-orang penting berlutut dihadapan Rendy tampaknya adalah hal yang lumrah.

Bahkan Bella juga sedikit cekikikan lucu saat menyaksikan empat orang dewasa dengan ekpresi berlebihan seperti itu dilantai.

Untuk Rendy sendiri, dia masih acuh tak acuh dan tidak berbicara.

Masih tanpa melihat keempatnya sama sekali, dia mengambil teh yang dibawa oleh Bella terlebih dahulu, dan menikmatinya dalam diam.

Setelah itu sedikit mengomentarinya, "Enam tahun tidak bertemu, sepertinya keahlianmu membuat teh sedikit meningkat."

Ada senyum kepuasan saat Bella mendengar komentar Rendy.

Aktris yang berubah menjadi pelayan dadakan itu tersenyum dan menjawab, "Setelah berpisah dengan Tuan enam tahun lalu, saya telah belajar banyak."

"Yah, sepertinya banyak hal yang terjadi sejak terakhir kali. Aku bahkan sempat terkejut saat mengetahuimu menjadi artis."

"Benarkah? Apakah Tuan ingin tahu apa yang terjadi selama enam tahun ini?"

Rendy mengangguk dan menyadarkan pundaknya ke sandaran kursi sambil menyenangkan dirinya sendiri.

Sikap itu, tentu saja membuat Bella sedikit melirik kepada empat orang yang masih tidak bereaksi di lantai.

Tapi karena Tuannya sudah meminta, Bella hanya bisa duduk di depan Rendy dan mulai menceritakan semua kisahnya selama enam tahun ini. Tidak lupa juga dengan perjuangannya sampai bisa menjadi artis papan atas.

Anehnya, selama Bella bercerita dan kadangkala Rendy juga bertanya, komisaris Burhan dan bawahannya masih tidak berani bangun atau sekedar bersuara.

Baru ketika teh di tangan Rendy kosong, dia kembali menegakkan punggungnya dan berkata kepada Bella, "Ambilkan aku mainan mereka."

"Mainan?" Bella tampak kebingungan sesaat sebelum tersenyum dan berdiri.

Berjalan ke arah Komisaris Burhan, Bella dengan santai menggeledah tubuhnya, dan mengambil pistol di pinggangnya.

Lalu menyerahkannya kepada Rendy, dan memposisikan dirinya berdiri dibelakangnya.

"Ceklek."

Suara pistol ada tangan Rendy terdengar.

Mengutak-atik nya selama beberapa waktu, dan melihat bahwa peluru di dalamnya masih penuh, Rendy mengangguk dan akhirnya melihat kearah Komisaris Burhan.

"Bangun!"

Komisaris Burhan, yang sudah lama berlutut tampak mencoba bangkit setelah mendengar perintah Rendy, tapi dia terlihat kesulitan dan butuh waktu lama untuk benar-benar bisa bangkit.

Terlalu malas untuk menunggunya benar-benar berdiri, Rendy mulai berbicara, "Aku tidak peduli alasan atau apapun itu. Dalam waktu tiga hari, aku harus mendapatkan nama."

"Baik, saya akan mengusahakan!" Jawab komisaris Burhan yang tampak gemetar saat berdiri karena terlalu lama berlutut.

"Satu hal lagi. Aulia, wanita di kantor polisi sebelumnya, aku ingin dia datang kemari besok pagi."

"Buk!"

Suara komisaris Burhan yang kembali berlutut terdengar dan memohon terdengar.

"Tuan, saya mohon lepaskan keponakan saya. Dia sudah cukup hidup menderita tanpa ayah dan ibu selama 20 tahun ini."

"Jika Tuan ingin menghukum karena kelancangannya, saya siap menggantikannya dan melakukan apapun yang Tuan inginkan."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel