2. Aku Akan Membuat Perjanjian Dengamu
Lylia Kenward yang biasa dipanggil Lily adalah seorang gadis muda berumur 23 tahun, cantik, dan baik hati. Ia sudah tidak mempunyai orang tua. Dulu ia tinggal dengan ibu tirinya. Namun, sepeninggal sang ayah, ibu tirinya kerap menyiksanya. Saat ayahnya masih hidup pun ibunya sering menyiksanya tanpa sepengetahuan ayahnya.
Satu tahun yang lalu, Lily kabur dari rumah ibu tirinya dan merantau di kota ini. Bermodalkan ijazah sekolah yang sempat ia bawa kabur dari rumahnya, kemudian ia berhasil mendapatkan pekerjaan karena ketekunannya. Hingga ia bisa bekerja di perusahaan Lazcano Corps. Perusahaan besar dan bonafide, meski pun ia hanya menjadi karyawan biasa.
Alasan ia kabur dari ibu tirinya karena selain ibu tirinya tersebut sering menyiksanya, ibunya juga akan menjualnya kepada pria hidung belang. Margaret memang sosok ibu tiri yang jahat. Ia memang selalu semena-mena terhadap Lily. Apalagi setelah ayahnya meninggal.
Lily memang lugu dan polos. Namun di balik keluguan dan kepolosannya Lily seorang yang cukup pintar dan berani.
Ibu tirinya akan menjual keperawanannya kepada lelaki hidung belang tersebut. Lily bahkan belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Bahkan ia tidak tahu apa itu cinta, selain cinta dari kedua orang tuanya yang sudah tidak ada.
Miris? Ya memang begitulah takdir kadang tidak semua orang beruntung dengan kehidupannya, itulah yang terjadi dengan Lily.
Berada di kota asing, dengan orang yang tidak satu pun ia kenal, ia mencoba peruntungannya. Semoga semuanya bisa berjalan sesuai dengan apa yang diharapkannya. Dan saat ini ia telah berada di sebuah hotel bersama staff yang lain untuk mengikuti acara liburan kantor yang diadakan oleh perusahaan di mana ia bekerja. Acara ini di laksanakan setiap satu tahun sekali, dan ini pertama kalinya baginya ikut serta dalam acara ini.
Dan semalam seharusnya ia bermalam bersama dengan kekasihnya Ken. Tetapi, karena ia mabuk ia tidak menyadari jika sudah salah memasuki kamar. Dan gadis itu pun bergegas menuju ke kamarnya. Kamar yang seharusnya di mana Ken menunggu dirinya.
"Kenapa koper ku ada di luar?" Lily merasa heran saat ia berada di depan kamarnya.
Ia segera mengetuk pintu kamarnya.
TOK!TOK!
Cukup lama ia mengetuk pintu tersebut sampai akhirnya pintu pun terbuka. Betapa kagetnya ketika Lily melihat siapa yang membukakan pintu kamarnya. Yang membukankan pintu bukanlah Ken.
Seorang wanita yang ia ketahui bernama Cynthia dari divisi keuangan kantornya. Matanya membulat sempurna. Karena tubuh Cynthia hanya terbalut handuk saja.
"Siapa itu, Sayang?" tanya seseorang dari dalam tiba-tiba.
"Bukan siapa-siapa Sayang. Hanya jalangmu yang kembali!" seru Cynthia dengan senyum meremehkan memandang Lily.
"Usir dia, kopernya kan sudah di luar," ujar suara yang ternyata milik Ken.
"Heh, jalang! Kau sudah dengar, kan? Sekarang, cepat pergi sana!" usir Cynthia pada Lily. Lily sangat marah.
"Jalang? Kau yang jalang!" pekik Lily.
"Ck! Jika kau bukan jalang, tak akan ada tanda ini di lehermu!!" ucap Cynthia dengan senyum meremehkan dan menyentuh tanda merah di leher Lily.
Lily hanya diam mematung, saat Cynthia menutup pintu kamarnya dengan keras.
Ia ingin menangis dan berteriak lalu mendobrak pintu tersebut. Namun tubuh dan hatinya sangat sakit. Ia sudah terlalu lelah di hari yang masih terlalu pagi ini. Ia terduduk di lorong tersebut dan menangis dengan koper yang berada di sampingnya.
Dua kejadian pahit dalam hidupnya terjadi bersamaan pagi ini. Dan, Lily merasa tidak akan sanggup mengikuti kegiatan kantor ini Gadis itu pun memutuskan untuk pulang. Dengan langkah gontai ia menuju lift dengan menyeret kopernya.
Air mata masih terus mengalir di pipinya. Namun, langkahnya terhenti ketika tubuhnya menabrak sesuatu. Seseorang lebih tepatnya. Ia segera mendongakkan wajahnya untuk melihat siapa yang ditabraknya.
"Maaf...." Namun alangkah terkejutnya Lily saat melihat siapa yang saat ini berdiri di hadapannya.
Arsen menatap Lily dengan datar tanpa ekspresi apapun. Kemudian ia menyerahkan ponsel milik Lily. Setelah menghapus air matanya Lily dengan tangan yang sedikit gemetar menerima ponsel tersebut.
"T-terima kasih, Pak."
Lily menghormat pada Arsen dan melangkah untuk meninggalkan bosnya tersebut. Namun, tubuhnya tersentak saat Arsen mencekal tangannya.
Arsen tanpa sengaja menyaksikan apa yang terjadi dengan wanita yang sudah ditidurinya tersebut.
"Kamu mau ke mana?!" tanya Arsen dingin.
"Maafkan saya, Pak. Sepertinya, saya akan pulang saja," ujar Lily sedikit terisak. Kini ia seakan tak peduli jika mungkin saja keputusannya ini akan membuatnya dipecat dari pekerjaannya. Ia sudah tidak bersemangat lagi dan enggan untuk mengikuti acara liburan ini yang seharusnya menyenangkan.
Bagaimanapun hatinya sangat sakit saat ini. Ia tak ingin melakukan apapun saat ini selain pulang.
"Tidak ada yang boleh pulang sebelum acara ini selesai! Apa kau begitu lemah? Dunia ini kejam. Hal yang terjadi denganmu itu belum ada apa-apanya. Lawanlah dunia dengan kekuatanmu. Tunjukan pada mereka bahwa kau tak lemah seperti yang mereka kira!" ucap Arsen dengan penuh penekanan.
Lily sedikit tersentak mendengar ucapan bosnya. Namun, ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh Arsen. Jika sekarang ia pergi, itu akan membuat Ken dan Cynthia merasa menang dan akan semakin menginjak-injak harga dirinya.
Tapi, ia bingung akan ke mana, kamarnya sudah ditempati oleh Ken dan Cynthia. Sebenarnya, bisa saja ia menumpang di kamar Ana sahabatnya yang juga bekerja di tempat yang sama dengannya. Tetapi, saat ini kekasih Ana pasti sedang berada di kamarnya.
Melihat Lily yang kebingungan, Arsen menarik tangan Lily agar ia mengikutinya.
"Ikut saya !" ucapnya tegas.
Lily tidak mampu mengeluarkan kata-kata dari mulutnya, saat bos-nya itu menarik tangannya begitu saja. Tak ada tenaga untuk melawan.
Ternyata Arsen membawa Lily kembali ke kamarnya. Lily yang kebingungan hanya diam dan berdiri mematung. Ia menunggu perintah Arsen dengan hati yang berdebar-debar. Ia juga tak tahu apa yang akan dilakukan oleh bos-nya ini padanya. Kenapa membawanya kembali ke kamarnya lagi.
"Kau tinggal di sini, bersamaku, aku akan membuat kesepakatan denganmu!"
Sontak saja ucapan tersebut membuat Lily Kaget.
Seakan tak peduli dengan raut wajah Lily saat ini. Lelaki itu duduk di sofa sambil menyilangkan kedua tangan di dadanya.
“Duduk!” titahnya pada Lily. Wajahnya masih terlihat tanpa ekspresi.
"T-tapi … saya-"
"Saya tidak menerima bantahan atau apapun!"
Seketika Lily mengatupkan mulutnya. Seketika ia teringat pada sesuatu. Ia pernah mendengar desas-desus mengenai bosnya ini. Tidak ada yang berani membantahnya sama sekali. Pernah ada karyawan yang membantahnya, kini nasibnya tidak diketahui sama sekali.
Bahkan lawan bisnisnya ada yang bernasib sama, bahkan pihak kepolisian tidak dapat mengungkap kasusnya sampai saat ini.
Semua beranggapan bahwa bosnya berada dibalik semua ini. Tapi tak ada yang berani mengusiknya. Lily tak mau jika hidupnya terancam, apalagi setelah ia bisa bebas dari cengkraman ibu tirinya. Jadi, saat ini dirinya memang tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti perintah Arsen.
Meski ia hanya seorang karyawan biasa, dan jarang melihat bosnya ini secara langsung, tapi kabar mengenai bosnya tersebut ia juga mendengarnya. Dan Ana-lah yang memberitahunya.
"Bersihkan dirimu, kau tampak sangat berantakan!" ucap Arsen.
"Sebentar lagi acara kantor dimulai, nanti Ivanov akan membuatkan surat perjanjian. Oh ya satu lagi, jangan ada yang tahu tentang ini … atau nyawamu sebagai taruhannya!" ucap Arsen dengan tenang.
Lily hanya bisa mengangguk. Ia kemudian pergi menuju kamar mandi.
-To Be Continue-
