Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

2. DISEKAP PRIA ASING

"Di luar masih hujan, tunggulah sebentar lagi," ucap pria bertubuh pendek.

Asih semakin erat memegang tangan Cinta. "Lebih baik kami pulang, orang di rumah pasti sangat khawatir menunggu kepulangan kami."

"Tunggu hujannya reda saja," ucap pria berkulit putih.

"Temani kami bertiga sebentar saja di sini sambil menunggu hujan reda," pria bertubuh pendek mendekati Cinta.

"Kami harus pulang," Asih menarik lengan Cinta agar ikut dengannya mengambil wadah sayuran yang ada di atas meja.

"Nanti kamu bisa sakit kalau pulang hujan-hujanan. Tunggu sampai hujannya reda baru kamu bisa pulang," pria berkulit putih tersenyum.

Asih tidak mempedulikan ucapan ketiga pria tersebut, setelah mengambil wadah sayurannya, dengan cepat segera berjalan ke arah pintu yang telah ditutup rapat.

"Kalian tidak bisa pergi kemana-mana," tiba-tiba pria bertubuh pendek menghadang langkah Asih dan Cinta.

"Apa maksudmu? Kami akan pulang," Asih menatap pria yang ada di depannya.

"Aku tadi sudah bilang, tunggu sampai hujannya reda, baru kamu dan temanmu boleh pulang. Sekarang temani kami di sini sebentar saja," jawabnya.

Cinta yang berdiri di belakang Asih melihat satu per satu ketiga pria tersebut. Wajah mereka terlihat seperti orang yang akan menerkam mangsanya sampai habis.

Asih masih mencoba untuk bersabar dan berharap ada keajaiban, ketiga pria yang ada di depannya tidak berbuat macam-macam kepadanya dan Cinta. "Maaf, bisa kami lewat?"

Bukan jawaban yang ke luar dari bibir ketiga pria tersebut, tapi senyum menyeringai dan tatapan lapar yang sekarang mereka perlihatkan.

Cinta dan Asih mulai bisa membaca apa yang sedang dipikirkan ketiga pria tersebut. Wadah sayur yang ada di tangan masing-masing dipegangnya kuat-kuat berharap bisa dipakai sebagai senjata jika sesuatu terjadi.

Pria bertubuh pendek menatap Cinta dengan senyum menyeringai. "Gadis ini milikku. Kalian berdua boleh mencicipinya setelah aku yang melakukannya pertama."

"Matamu memang tidak pernah salah dalam menilai gadis cantik. Aku tahu dari pertama kamu melihatnya, otakmu sudah dipenuhi bayangan tubuhnya. Ha-ha-ha," jawab pria berkulit tubuh.

Jantung Cinta dan Asih semakin berdetak kencang begitu mendengar percakapan mereka. Sekarang terlihat jelas, kalau niat mereka memang tidak baik.

"Ayo manis, hujan begini lebih baik kita melakukan sesuatu yang lebih menyenangkan. Daripada kalian pulang hujan-hujanan, lebih baik kita berolahraga yang akan membuat tubuh kita sehat," ucap pria bertubuh pendek.

"Ha-ha-ha. Betul apa katamu," jawab pria berkulit putih menatap Asih. "Jangan takut, kita tidak akan mencelakai kalian berdua, justru kami akan memberi kalian kenikmatan yang tiada tara."

"Mari manis, aku sudah tidak tahan. Hanya dengan melihat rokmu yang basah karena hujan saja, kamu sudah membangunkan sesuatu dari diriku sejak pertama melihatmu," pria bertubuh pendek tiba-tiba dengan cepat menarik tangan Cinta.

"Aaa!" Cinta kaget bukan kepalang, tanpa persiapan untuk mengelak tiba-tiba pria itu menariknya.

"Lepaskan temanku!" Asih berusaha membantu dengan menarik kembali tangan Cinta, tapi kedua teman pria itu tidak tinggal diam, dengan cepat segera memegang tubuh Asih.

"Lepaskan!" Teriak Cinta memukul lengan pria yang menarik tangannya dengan wadah yang dipegangnya sehingga bisa terlepas.

Begitupun dengan Asih, wadah sayuran yang dipegangnya segera dilempar ke wajah kedua pria tersebut. "Kurang ajar! Lepaskan!"

Asih dan Cinta tidak membuang kesempatan, di saat ketiga pria tesebut sibuk dengan wadah sayuran yang dilempar kemuka mereka, dengan cepat Cinta dan Asih segera menuju ke arah pintu yang telah ditutup rapat. "Ayo, cepat. Kita pergi dari sini!"

Pintu berhasil mereka buka dengan paksa, hujan yang tidak terlalu deras diluar sekarang terlihat di depan mata Asih dan Cinta, tapi belum kakinya menginjak tanah luar, tubuh Asih dan Cinta tiba-tiba melayang masuk kembali ke dalam gubuk.

"Mau lari ke mana kalian?" Tanya pria berkulit putih.

"Lepaskan!" Cinta berontak berusaha melepaskan diri ketika melihat pinggangnya dipeluk erat dari belakang, begitupun dengan Asih yang kondisinya tidak jauh berbeda dari Cinta.

"Kalian tidak bisa lolos dari kami bertiga. Layani kami dulu, baru kalian bisa pulang dengan selamat!" Ancam pria yang berada di belakang tubuh Cinta.

"Tutup pintunya! Jangan sampai kedua wanita itu lolos, aku sudah tidak tahan ingin segera menikmati tubuh keduanya yang kelihatanya mereka masih perawan," ucap pria berkulit putih.

"Mereka masih perawan?" Tanya pria berkulit hitam. "Ha-ha-ha. Berarti kita mendapatkan rejeki nomplok."

"Ha-ha-ha. Kelihatanya sih begitu, tubuh mereka terlihat masih kencang. Ha-ha-ha," pria berkulit putih tertawa terbahak.

"Kalau begitu, ayo cepat kita lakukan sebelum ada orang datang. Kelihatannya hujan juga mulai reda," pria berkulit putih menarik tubuh Asih dari belakang ke sudut.

"Lepaskan!" Asih berteriak sambil berontak memukulkan tangannya ke belakang, tapi usahanya sia-sia. Tenaga pria yang dibelakangnya tidak sebanding dengan tenaganya.

"Diamlah! Aku akan memberimu kenikmatan yang belum kamu rasakan, tapi apa benar kamu masih perawan?" Tanya pria itu lagi.

"Lepaskan!" Asih berontak tetap berusaha untuk melepaskan diri, baju yang dipakainya sudah tidak beraturan.

"Kamu bantu aku untuk memegang tangannya. Gadis ini tenaganya kuat juga," pria berkulit putih minta tolong pada temannya yang hanya melihat dari tadi.

"Ok, siap!" Jawabnya segera memegang tangan Asih.

"Lepaskan!" Wajah Asih semakin ketakutan, sekarang dua orang sudah memegang tubuh dan tangannya.

Cinta yang melihat Asih dipegang dua orang, matanya terbelalak lebar, tapi dirinya juga tidak bisa menolong karena tubuhnya pun sedang dipegang pria bertubuh pendek.

Beberapa detik Cinta terdiam. "Tenang Cinta, tenang. Kendalikan dirimu, berpikir, ayo berpikir. Cari cara agar bisa lepas dari ketiga pria gila ini. Ya Tuhan, berikan petunjukmu. Beri aku jalan ke luar agar bisa lepas dari orang-orang ini," hati Cinta bicara sendiri.

Satu keajaiban datang, ditengah kesulitan pasti selalu ada pertolongan jika hati dengan bersungguh-sungguh berdoa. Dilihatnya ke bawah, lalu dengan sekuat tenaga diinjaknya kaki pria bertubuh pendek tersebut.

"Aaa!" Teriak pria itu kencang langsung melepaskan pelukannya dan segera memegang kakinya yang terasa berdenyut diinjak sekuat tenaga oleh Cinta dengan kaki yang beralas sandal. "Sakit!"

Cinta tidak membuang kesempatan, segera diambilnya wadah sayur yang tergeletak di bawah kemudian dipukulkan pada kedua pria yang sedang memegang tubuh Asih. "Lepaskan temanku brengsek! Lepaskan!"

Satu pria berhasil Cinta pukul dengan wadah sayuran sehingga pegangan pria itu terlepas dari tangan Asih. Kesempatan juga tidak dibuang Asih, dengan cepat satu pria yang masih memegang tangannya segera digigitnya.

"Aaa!" Pria itu menjerit kencang ketika gigi tajam Asih berhasil menancap ditangannya. "Aaa, sakit!"

Asih dengan cepat segera bangun lalu menendang pria berkulit putih yang masih merasakan sakit ditangannya karena bekas gigitannya. "Brengsek! Rasakan itu!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel