8. Pelayan Seksi Bikin Sewot
Kevin menyalakan mesin mobilnya.
"Eh, mau apa kau?!" bentak Irene marah.
"Menurutmu?"
"Aku ada mata kuliah! Kau jangan macam-macam!" sergah Irene marah besar merasakan mobil mulai berjalan. "Kevin! Aku mau turun!"
Kevin sedikitpun tak menggubris permintaan Irene. "Kamu yang memancingku untuk menculikmu," ucapnya santai.
"Aku masih ada mata kuliah. Stop!" teriak Irene semakin kencang. "Kau sudah tak waras, stop!"
"Iya, aku sudah tak waras!"
Irene semakin geram, wajahnya memerah menatap Kevin tajam. "Aku mau turun!"
"No! Kita akan pergi!"
"Aku tidak mau!" Irene mulai putus asa, mobil yang ditumpanginya sudah berada di jalan raya besar membaur bersama kendaraan lain.
"Aku ada satu mata kuliah lagi," ucapnya.
"Bolos satu kali tidak akan mempengaruhi apa-apa. Aku juga sering bolos, tapi baik-baik saja," ujar Kevin tanpa rasa bersalah. "Santai, ok!"
Irene akhirnya hanya bisa menghela napas. Teriak ataupun marah, tidak akan merubah keadaan. "Kita akan kemana?!"
"Ke restoran favorit kita. Aku lapar! Naga-naga kecil dalam perutku sudah teriak-teriak dari tadi minta asupan gizi."
"Aku tidak mau makan!" tolak Irene masih memasang wajah kesal.
"Kamu harus makan banyak. Tubuhmu itu terlalu kurus. Aku tidak suka wanita yang kurus. Rasanya sakit jika aku peluk, tulang beradu dengan tulang."
"Ini tubuhku, suka-suka aku. Mau kurus atau gendut sekalipun, tidak ada urusannya denganmu," jawab Irene mencibir.
"Tentu saja ada urusannya denganku. Kamu pacarku, tubuhmu jangan seperti kerangka berjalan. Nanti orang pikir, aku tidak pernah mengajakmu makan."
"Kalau tidak mau pacaran dengan kerangka berjalan, cari gadis yang badannya segede gentong biar kamu tidak malu dikatain orang," ujar Irene sewot.
Kevin tertawa terbahak. "Ha-ha-ha. Boleh juga."
Irene mendelik. "Dasar gila."
Tak lama kemudian, restoran yang dituju telah di depan mata. Setelah parkir mobil di tempat aman, keduanya masuk ke dalam restoran dan memilih meja yang berada di sudut.
Irene mengedarkan pandangannya melihat seluruh ruangan restoran yang sangat asri, tercium wangi bunga yang sedang mekar dari beberapa pot bunga yang menghiasi ruangan.
Seorang pelayan wanita muda berparas manis datang mendekat dengan tangan membawa buku menu. "Selamat siang."
"Siang," jawab Kevin ramah sementara Irene melihat pelayan itu dari atas sampai bawah.
"Ini buku menunya."Pelayan itu memberikan dua buku menu.
Kevin langsung menyebut beberapa pesanan menu lalu melihat Irene yang terdiam memperhatikan dirinya. "Kamu mau makan apa?"
"Aku tidak mau makan!" jawab Irene ketus.
Setelah selesai mencatat semua pesanan, pelayan tersebut pergi.
"Seksi banget pelayan itu! Wajah menor kayak badut. Pakai baju ketat. Pelayan restoran atau pelayan club malam?!" omel Irene.
"Ha-ha-ha," Kevin tertawa. "Ngatain orang, kamu sendiri bagaimana?"
"Aku tidak sama dengan pelayan itu!" bentak Irene tersinggung. "Cara pakaianku ini modis, gaul layaknya anak muda. Jangan disamakan dengan pelayan kampungan itu!""
Kevin menghela napas. "Sebelum menilai orang lain. Kamu lihat dirimu sendiri!"
Irene mendelik, mengalihkan pandangan ke sekeliling restoran sampai kedua bola matanya terpaku pada wanita rambut panjang. "Bukankah itu Kak Adeline?!" gumamnya pelan.
"Apa?" tanya Kevin.
"Wanita itu," tunjuk Irene. "Dia, kakak iparku. Istrinya Kak Ronald."
Kevin melihat ke mana jari tangan Irene tunjuk. "Oh, itu kakak iparmu. Cantik," puji Kevin.
Irene melengos kesal tak suka. "Cantik juga percuma kalau punya otak bodoh!"
"Hush! Jangan bicara seperti itu!" tegur Kevin. "Apalagi itu kakak iparmu."
Irene menyipitkan kedua mata agar bisa melihat dengan jelas pada Adeline. "Sedang apa dia di sini?!"
"Mungkin kakak iparmu mau makan," jawab Kevin.
"Sapalah kakak iparmu itu," ujar Kevin. "Sepertinya kakak iparmu datang sendirian."
"Malas!"
Tak lama kemudian, pelayan datang membawakan makanan yang dipesan. Mengaturnya di atas meja dan segera pergi lagi, tapi langkahnya berhenti ketika Irene mencegahnya.
"Ada apa?" tanya pelayan wanita tersebut.
"Aku mau tanya sedikit," bisik Irene. "Wanita itu!" tunjuknya ke arah Adeline. "Pesan apa dia?!"
Pelayan itu melihat Adeline. "Nyonya yang duduk sendirian itu, hanya pesan juice jeruk."
"Oh, ok. Terima kasih."
Setelah itu, pelayan wanita tersebut pergi untuk melanjutkan lagi pekerjaannya.
"Kamu yakin tidak makan?" tanya Kevin. "Aku tidak mungkin menghabiskan ini semua."
"Lalu kenapa pesannya banyak sekali?" tanya Irene melihat di atas meja terhidang beberapa macam makanan.
"Kupikir kamu mau makan," jawab Kevin mulai mengambil satu per satu makanan dan ditaruh di atas piringnya. "Makanlah! Aku sengaja pesan lobster untukmu," ucap Kevin ketika melihat Irene sedang menatap lobster.
"Tidak mau!"
"Ya sudah, terserah, yang lapar juga kamu, bukan aku!" sahut Kevin mulai makan. "Aku sudah berbaik hati memesankan lobster untukmu, tapi kalau kamu tidak mau, nanti aku berikan saja pada pelayan seksi itu. Aku yakin dia pasti senang."
