Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

Bab 2

Pagi yang cerah, semua nya tampak begitu normal. Hari ini Anna tampak sibuk, lantaran ia kembali mengurusi panah kesayangan nya itu lagi. Ia memasang string pada busur nya kemudian memegang nya sambil tersenyum mantap. Seperti biasa, ia akan mengasah kemampuan nya di pagi hari. Mengingat pada pertandingan sebelum nya lecutan nya melenceng, kali ini ia berharap untuk memenangkan pertandingan itu lagi.

Anna memulai pemanasan kecil, ia sudah memegang busur panah itu dengan kantung anak panah di punggung nya. Satu anak panah ia keluar kan, lalu meletak kan ekor anak panah itu ke tali busur kemudian menempelkan anak panah itu pada bagian tengan busur. Anna mengangkat tangan kanan nya, sambil menarik anak panah itu dan mulai membidik target panah yang tergantung di belakang pintu nya. Satu mata nya menyipit, sambil berkonsentrasi tinggi dengan keadaan yang begitu tenang.

"Aku pasti menang, kali ini." gumam nya penuh percaya diri, kemudian melucutkan anak panah jenis carbon arrow splinter tersebut.

Namun, pintu tiba-tiba saja terbuka menampak kan sosok Elis di ambang pintu.

Sseet!!

Rambut bagian kiri Elis ikut terangkat ketika anak panah itu melewati pelipis nya dan hampir menancap di kepala nya. Seketika tubuh nya menjadi kaku, kemudian mengusap dada sambil menghela nafas.

"Kau mengganggu latihan ku." ucap Anna dengan ekspresi tidak suka nya.

"Bukan kah sudah ku bilang, pindahkan target panah itu ke sisi lain."

"Suruh siapa masuk tak mengetuk pintu" jawab nya, kemudian kembali mengecek busur panah nya. Elis kembali mendesah kasar, kemudian ia menutup pintu dan duduk di atas ranjang.

"Berlatih lah, aku belum pernah melihat mu bermain panah." ucap nya, tersenyum tipis.

"Tidak usah! Keluar lah"

"Ayolah.. setelah ini aku tidak akan mengganggu mu." Anna memberi tatapan tajam, ia menghela nafas kemudian mengeluarkan satu anak panah nya. Elis tersenyum, sambil menatap Anna yang sedang mengambil ancang-ancang untuk membidik. Melihat posisi Anna yang begitu terlatih, mengingatkan nya pada kejadian setahun lalu.

***

Satu tahun sebelum nya..

Elis memecahkan tabungan nya, mengambil dan menghitung semua jumlah uang yang telah ia kumpul kan. Senyum nya tampak begitu tulus, kemudian lekas menuju ruang tengah menemui kedua orang tua nya.

"Pa, bagaimana perusahaan papa ?" tanya nya, berbasa-basi.

"Elis, jika kau mau bekerja lah untuk membiyayai kuliah mu sementara. Papa juga akan mengambil pekerjaan ringan untuk membantu. Perusahaan papa bangkrut dan kita hampir kehabisan uang." ucap ayah nya dengan tatapan begitu nanar.

"Pa, jangan pikirkan kuliah ku. Aku bisa bekerja apapun untuk mendapatkan uang, hanya saja aku mengkhawatir kan Anna." jelas nya, lekas duduk dihadapan kedua orang tua nya.

"Biarkan saja dia, sampai papa mendapatkan uang untuk membelikan nya busur baru."

"Pa.. aku punya sedikit uang. Apa ini cukup untuk membelikan nya busur baru ?"

"Elis, kau gunakan saja untuk keperluan mu.. jangan pikirkan Anna"

"Dia selalu menganggap aku tak peduli dengan nya. Padahal aku hanya sedang sibuk, aku mau membelikan nya sebagai bentuk dukungan dari ku."

"Baik lah.." ucap sang ayah sambil tersenyum.

"Mama juga harus membeli beberapa stok makanan sebelum kehabisan"

"Kalau begitu, kita pergi sekarang saja."

***

TEP!!!

Anak panah itu berhasil mendarat ditengah-tengah, sehingga membuat Elis menjadi cukup kagum. Ia tersenyum, sambil memberikan adik nya tepukan tangan. Sementara Anna masih bungkam tak berekspresi. Sehingga membuat Elis kembali menghentikan sorak gembira nya tersebut.

"Na, ini sudah setahun. Apa kau akan terus seperti ini dengan ku ?"

" .... " Anna diam, tak memiliki niat untuk menjawab.

"Hm, baiklah. Aku tak bisa memahami ego mu, kau selalu mengikuti emosi dan perasaan mu sehingga itu membuat mu menjadi begitu ke kanak-kanak kan. "

"Aku hanya ingin bercerita pada mu, tentang kejadian hari itu. Saat aku pergi bersama mama dan papa, kemudian aku hanya pulang seorang diri berlumur darah."

"Aku sengaja mengatakan nya pada mu untuk mengajak mereka membeli kebutuhan ku, karena saat itu kupikir aku akan bisa memberimu kejutan. Tapi ternyata, kecelakaan terjadi ketika aku pergi sebentar meninggalkan mama dan papa. Mereka di rampok, dan ditembak di depan mata ku sendiri"

"Apa kau tau, Anna? Apa yang kurasakan saat itu dan apa yang kupikirkan setelah nya? Tentu saja kau tak berpikir, jika yang terlintas di dalam otak ku saat itu adalah kau, bagaimana cara ku menjelaskan nya pada mu ketika pulang? Bagaimana cara ku melanjutkan hidup bersama seorang adik? Apa aku bisa menjadi kakak yang baik, apa aku bisa menggantikan posisi mereka untuk mu?" Elis menghela nafas sesak nya, sementara Anna mulai terdiam menyimak cerita nya.

"Aku berharap kau mau melupakan kejadian itu, dan tak menganggap ku sebagai seorang pembunuh.." Anna mulai berpikir, ia menatap busur nya dengan canggung ketika Elis menatap nya sambil tersenyum tipis.

"Baiklah, aku akan segera pergi bekerja. Aku sudah memesan makanan kesukaan mu, harga nya sedikit mahal tapi tidak apa-apa. Semangatlah, untuk melakukan pertandingan itu. Lakukan apa yang ingin kau lakukan mulai sekarang. Aku akan mendukung, seperti apa yang kau ingin kan." Jelas nya kemudian berdiri setelah meninggalkan uang di atas ranjang. Elis memegang gagang pintu, ia menghentikan langkah nya untuk memberitahu sesuatu yang tak pernah Anna ketahui hingga sekarang.

"Tolong rawat busur pemberian ku dengan baik. Aku memakai seluruh tabungan ku untuk membeli nya. Benda itu benar-benar mahal." ucap nya sedikit menekan dibagian akhir dan lekas keluar dari kamar Anna. Sementara Anna terdiam, sambil mengeratkan busur tersebut di genggaman nya.

***

Bama dan Sakha sudah tiba di Jakarta. Sakha fokus menyetir mobil sementara Bama menyandarkan kepala dengan kaca mata hitam yang melekat di kedua mata nya

"Kau bilang kita akan liburan, kenapa malah mendapatkan tugas lagi" ucap nya membuat Bama menggaruk-garuk kepala nya yang sama sekali tak terasa gatal.

"Aku tak bisa menolak, ini perintah. Kalau kau terus mengeluh aku akan segera memberimu hukuman." Sakha tersenyum lebar, kemudian kembali fokus menyetir lantaran ia tak mau diberi hukuman lari berkali-kali dengan tas yang berat nya bisa terhitung lebih dari 20 kg.

Bama tersenyum smirk, merasa menang akan ancaman tersebut. Ia kembali menyandarkan kepala sambil memejamkan kedua mata nya. Namun tiba-tiba tubuh nya terpental kedepan hingga kepala nya hampir terbentur.

"Yasshhh!!" Lirih Sakha sedikit kesal, ketika seseorang menyebrang secara tiba-tiba. Orang tersebut membungkuk kan tubuh nya, memberi sinyal permintaan maaf dari luar kemudian lekas menghampiri sekerumunan di depan sana.

"Apa ada yang membagi-bagikan uang? Kenapa ramai begini?" gumam Bama sambil menatap kerumunan tersebut dari jendela mobil. Merasa tak puas, Bama menurun kan kaca mobil nya dan segera membuka kacamata hitam nya, berusaha melihat sebuah poster minuman dengan logo H ditengah-tengah.

"Ahh promosi minuman," gumam Bama

"Kapten, seperti nya kerusuhan itu harus ditangani." seka Sakha membuat Bama melihat seorang nenek yang tampak sesak akibat terdesak oleh kerumunan. Sontak, Bama lekas keluar lebih dulu setelah Sakha menepikan mobil itu dan di ikuti oleh Sakha di belakang nya.

Bama menyelipkan kaca mata nya di tengah-tengah kemeja putih polos nya kemudian lekas menghampiri seorang nenek yang tengah merasa sedikit sesak. Belum sampai ia disana, seorang wanita tiba-tiba lebih dulu menghampiri nenek tersebut.

"Hahh.. dasar! Apa orang-orang tak tau cara mengantri?!" oceh nya, seraya berjalan cepat menghampiri wanita tua itu.

"Nenek baik-baik saja?" ucap nya tampak sedikit cemas. Wanita rentan itu mengangguk sambil tersenyum tipis.

"Terimakasih.."

"Ayo nek, aku akan mengantarkan mu ke sebrang jalan."

Bama menghampiri dua wanita tersebut sehingga membuat mereka terhenti dan terpaku.

"Nek, aku akan membantu mu. Biar aku saja," seka Sakha sambil membawa wanita tua itu dari tangan sang wanita pengoceh tadi.

"Kau baik-baik saja?" tanya Bama kepada wanita tersebut.

"Aku baik-baik saja."

"Kau yakin? Kepala mu berdarah." sontak wanita itu lekas memegangi kepala bagian kiri nya yang memang sudah terasa perih sejak tadi.

"Akh.." lirih nya, ketika menyentuh bagian luka.

"Coba ku lihat," tanpa menunggu jawaban, Bama langsung mendekat kemudian melihat goresan sepanjang 5 senti.

"Hanya tergores kecil. Tapi lekas obati, atau akan semakin perih jika dibiarkan."

"Ehm, terima kasih.." ucap wanita itu, Elis. Kemudian lekas pergi meninggalkan tempat tersebut dengan sebuah tas kecil berlogo minuman tersebut. Bama hendak mendekat dan membeli minuman yang begitu murah tersebut, tetapi langkah nya tertahan ketika Sakha memegangi pundak nya.

"Ayo"

"Hm," Bama kembali memakai kacamata nya, kemudian lekas masuk kedalam mobil dan segera pergi menuju kantor Imigrasi.

***

Mereka sudah berada di dalam ruang rapat khusus. Berteman kan dengan seorang pria yang tengah berdiri dihadapan mereka sambil memutar video cctv dari layar tersebut.

"Apa dia itu benar-benar warga asing?" tanya Bama memastikan.

"Hm, ada beberapa orang juga yang pernah berbicara dengan nya."

"Selain itu, pria tersebut juga bertemu dengan seorang pria berdarah Tingkok yang masuk dan menyeludupkan barang. Setelah di cari tau oleh detektif kepolisian, ternyata pria Tiongkok itu bekerja sama dengan perusahaan Horseshoe, yang di pegang oleh seorang pengusaha minuman bernama Antoni bram setyo."

"Seperti nya ada sesuatu yang sedang mereka kerjakan, terkait pengeluaran minuman yang baru-baru ini menjadi perbincangan."

"Lalu, apa hubungan nya dengan penyanyi yang hilang itu?" lanjut Bama

"3 orang yang saling berhubungan ini yang tercurigai penculikan terhadap penyanyi tersebut. Pertemuan itu berlangsung di siang hari, dan penyanyi itu hilang di malam hari nya. Polisi sedang mencari pria Tiongkok itu, untuk menggali informasi dan menahan mereka karena telah menyeludupkan narkotika jenis Flakka. Sementara pria penipu itu menghilang, dan tak diketahui keberadaan nya hingga sekarang."

"Apa Horseshoe melakukan sesuatu? Untuk apa obat jenis itu?" tanya Sakha

"Perusahaan Horseshoe sudah di curigai membuka eksperimen secara ilegal. Tetapi belum memiliki cukup bukti untuk menguak. Rumor nya, minuman yang telah di pasarkan itu membuat orang-orang menjadi tercandu dan terobsesi dengan minuman itu. Sehingga di curigai, jika minuman itu telah mengandung narkotika dan zat-zat lain yang bisa membahayakan fungsi otak."

"Untuk permasalahan perusahaan itu, serahkan urusan tersebut ke pada para peneliti. Mereka saat ini sedang meneliti kandungan dalam minuman tersebut. Kalian hanya ditugas kan untuk mencari pria itu dan Antoni. Karena kabar sebulan yang lalu, pria itu sempat terlibat kontrak kerja dengan penyanyi tersebut." Bama mengangguk pelan, kemudian menatap ke arah Sakha.

"Baiklah, kami akan mencari dan membawa korban dengan selamat."

***

Seorang pria berusia 49 tahun sedang menatap se-ekor kucing di dalam box sebagai percobaan eksperimen pertama nya. Ia menyilang kedua tangan nya seraya menunggu perubahan yang terjadi pada kucing tersebut. Masih biasa-biasa saja, kucing itu menjilati seluruh bulu nya tetapi kemudian kucing itu tampak kesakitan dengan sedikit memberontak. Kucing itu tak bersuara, tubuh nya telah terbaring sambil mengejang-ngejang dan setelah itu hening tak bergerak.

Ia lekas mencatat waktu kematian kucing tersebut, lalu berpindah pada box lain yang berisi seekor anak anjing. Ia melihat jam di tangan kiri nya, sudah 24 jam anak anjing itu mati seperti kucing tadi tetapi belum juga membuah kan hasil dari eksperimen nya.

Pria itu memegangi box tersebut namun tiba-tiba saja ia tersentak ketika anak anjing itu bergerak secara perlahan dengan kedua mata yang tampak begitu merah dan sedikit berlendir. Anak anjing itu tampak nya sedang berusaha keluar dengan tatapan lapar sambil terus memandang ke arah pria itu.

Ia kembali mencatat hasil eksperimen pertama nya. Minuman yang sudah ia suntik kan kepada anjing itu ternyata berhasil mengubah nya menjadi seekor monster dalam waktu 24 jam. Tetapi ia menghela nafas nya lantaran merasa kasihan pada anjing kecil tersebut. Ia membuka tutup box itu dan memberikan sedikit celah, kemudian menuangkan bahan kimia kedalam sehingga membuat anjing itu meronta-ronta kesakitan. Seketika semua bulu nya hangus terbakar dan kulit nya menjadi meleleh, anjing itu mati dalam sekejap dengan kondisi nahas.

"Ambil sampel darah nya, dan otopsi bagian kepala nya." perintah pria itu, kepada seorang pria berumur sekitar 30 tahunan disamping nya.

"Baik, profesor"

Pria itu lekas keluar dari dalam ruangan tersebut. Ia membuka pintu menggunakan sidik jari nya, dan lekas menuju gedung yang berada tepat di depan gedung eksperimen itu untuk bertemu dengan seseorang yang tak lain adalah pemimpin dari Horseshoe..

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel