8
"Papa kok lama nggak pulang?" wajah murung Keysa membuat Al merasa menyesal telah mengingkari janjinya, tapi permasalahan yang ia alami tidak bisa ia biarkan.
Al mengelus rambut anaknya, menciuminya berulang.
"Kerjaan papa banyaaak banget, maafkan papa," ujar Al, Diandra melihat pemandangan di depannya dengan mata berkaca-kaca.
"Ini papa bawa oleh-oleh, Key kan pengen mainan pasir ajaib, sama ini boneka juga beberapa set baju untuk ganti, dan ini ada juga beberapa cerita anak, mau?" tanya Al dan bibir Key tertarik ke samping, meski tak tersenyum lebar setidaknya dia bisa melihat anaknya yang mulai bisa berbinar meski tak terlalu banyak perubahan.
"Makasih papa?" ujarnya pelan.
Dan terlihat Key yang duduk tak jauh dari Diandra dan Al di ruang tamu, mulai mengeluarkan boneka serta piranti baju-baju boneka lalu mulai memainkannya.
"Aku nginep di mama Dice lagi ya Di, nggak boleh aku nginep di sini?" tanyaAl dan Di menggeleng.
"Jangan Al, apa kata orang-orang nanti?" ujar Di sambil melihat wajah kecewa Al.
"Kita masih suami istri Di, kamu tidak bisa mengingkari itu, dan masalah ku, di berita online sudah beres, ternyata orang yang tak aku sangka yang menjebakku, aku tak tahu apa salahku pada mereka, tapi yang jelas, aku akan membalaskan sakit hatiku, mereka hampir saja menjatuhkan nama baikku dan nama baik almarhum papa, mau tidak mau nama Citro Kusumo akan terseret juga," ujar Al terlihat geram dan marah.
"Tidak bisakah kamu biarkan saja, yang penting masalah selesai, jika kamu membalas maka akan semakin rumit masalahnya," ujar Di dan Al menggeleng.
"Mereka tak tahu siapa aku Di, aku tak pernah mengganggu mereka, lalu apa masalahnya hingga mereka bermain dengan cara kotor?" keluh Al.
"Akan aku buat mereka memohon kepadaku," ujarnya lagi.
"Jangan Al, aku kawatir hal buruk terjadi padamu," ujar Di pelan dan Al tersenyum melihat kekawatiran di mata Diandra.
"Apakah aku harus celaka dulu baru kau mau kembali padaku?" tanya Al dan Di hanya menghembuskan napas.
"Bukan begitu, walau bagaimanapun kamu papanya Key" sahut Di merasa jengah saat Al terus memandangnya dan duduknya semakin dekat dengan Di.
"Kita menikah lagi Di, kau harus mau, demi Key," ujar Al berbisik di telinga Di.
"Dan jika ternyata anak wanita itu benar anakmu?" Diandra terlihat sedih.
"Tidak mungkin, dan kalau memang benar aku melakukannya di luar kesadaranku, aku akan menafkahi anak itu, hanya anak itu, bukan ibunya, aku hanya mencintaimu Di, tidak yang lain," Al menggenggam tangan Di.
"Dalam keadaan sadar, hanya tanganmu yang memelukku tubuhku, aku tidak pernah merasakan tangan wanita lain menjamah tubuhku Di, jika memang benar kemudian ada foto-fotoku dengan wanita lain pasti aku melakukannya tanpa sadar, atau jebakan, mereka aku tantang untuk memperlihatkan foto-foto atau tayangan video saat aku sedang melakukan hal seperti itu, ternyata tidak ada foto lain, selain aku yang tertidur lelap, lalu kau ragu apalagi?" tanya Al sambil mencium tangan Diandra.
Diandra menunduk dan keduanya kaget saat Key sudah berdiri di hadapan mereka.
"Ada apa Key?" tanya Diandra berusaha menjauh dari Al.
"Key pengen kayak cerita yang pernah dibacakan mama untuk Key," ujar Key.
"Ya kenapa?" tanya Al dan Di bersamaan.
"Di cerita itu, papa, mama dan anaknya hidup serumah, bahkan kalau anaknya takut mereka tidur bertiga," Key menatap mama papanya yang saling pandang.
"Key, itu kan hanya cerita," ujar Di.
"Keysa tanya ke Meirza, mama papanya tidur berdua, kadang Meirza ikutan tidur juga sama mama papanya," sahut Key lagi.
Dan Diandra menghela napas.
"Baiklah Key, malam ini kita tidur bertiga, mama papa dan Key di kamar itu," ujar Al dan mata Di membulat, Al hanya mengangkat bahu saat Keysa tiba-tiba memeluk Al.
"Terima kasih papa," ujar Key dan naik ke sofa untuk mencium papanya.
****
Setelah sholat isyak dan makan malam, Key mulai mengantuk sambil memegang bonekanya, berkali-kali ia terlihat hampir terjatuh dari kursi.
"Papa, mama, kapan kita tidur?" tanya Key.
"Baiklah, kita tidur bertiga," Al menggendomg Keysa dan mengajak Di masuk ke kamar dengan gerakan alisnya.
Al merebahkan Key ke kasur dan anak itu segera menarik Al untuk segera berbaring di dekatnya.
"Mama juga,"
Mau tidak mau Di merebahkan dirinya di kasur.
"Mama, papa, peluk Key," rengek Key lagi.
Di memeluk Keysa dan tangan Al tanpa sengaja menyentuh tangan Diandra.
"Biarlah Di, kita peluk anak kita malam ini,"
Dan Diandra diam saja tak menyahut dan dia biarkan tangan Al sesekali mengusap lengannya.
****
Jam satu dini hari Al bangun, melihat Di dan Key tidur nyenyak, matanya berkaca-kaca, ia menyesal komunikasi dengan Di yang kurang baik mengakibatkan mereka terpisah seperti ini.
Al menyalahkan dirinya yang tidak terlalu bagus saat berkomunikasi dengan wanita.
Al akan berusaha sekuat tenaga agar Di kembali lagi.
Tak lama ia mendengar ponsel Di berbunyi, awalnya ia biarkan namun saat berbunyi berulang akhirnya ia tak bisa mengabaikan, Al tahu ini tidak benar, tapi ada apa sampai tengah malam seperti ini berkirim pesan singkat berulang.
Al meraih ponsel Di mulai membuka pesan dan kaget saat ia melihat siapa yang berkirim pesan pada Di, serta foto-foto dirinya yang selama ini ramai di media online.
Rahang Di mengeras, Al kaget juga dari mana Di mengenal Saga kakak tirinya. Dan pesannya pun membuat Al semakin marah.
Kau masih akan melanjutkan perjalanan dengan laki-laki yang seperti ini, hidupmu akan sakit Di, menjauhlah dari dia...
Al meletakkan ponsel Di pada tempatnya semula, bersamaan dengan Di yang bangun dan melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi.
Belum sampai ke kamar mandi Al melabgkah cepat, menarik Di ke dalam pelukannya.
"Ada apa Al, kau terlihat gelisah?" tanya Di mendorong dada Al dan menatap laki-laki yang sangat dicintainya dari jarak dekat.
Al memeluk Di lagi....
"Kita menikah ya Di, kita harus segera menikah," pinta Al.
"Kita bicarakan lagi Al, jangan di saat seperti ini, ada apa?" tanya Di.
"Di mana kau mengenal Saga?" tanya Al dan mata Di membulat.
"Bagaimana kau mengenal Saga?" tanya Di balik bertanya.
"Dia kakak tiriku," jawab Al singkat dan Di terlihat sangat kaget, mengingat kembali percakapannya dengan Saga, seolah Saga sangat membenci Al, bagaimana mungkin pikir Di.
"Bagaimana kau mengenal Saga Di?" tanya Al lagi.
"Kita duduk dulu, aku jelaskan sebentar," Di menarik Al ke sofa yang ada di dalam kamar.
"Dia sahabat Rengga, dia sudah seperti kakak bagiku Al, dia salah satu orang yang sangat berjasa bagiku dan Key saat kami jauh darimu, tapi benar dia saudara tirimu, lalu mengapa kau tanyakan dia, bagaimana kau tahu jika aku mengenalnya?" tanya Di penasaran.
"Maaf jika aku lancang, buka ponselmu, lihat gambar dan pesan yang dia kirim," ujar Al, Di menurut, ia buka ponselnya dan kaget melihat foto dan gambar yang dikirim Saga.
"Dia ingin kita berpisah Di, dia sangat membenciku, padahal aku tak merasa berbuat salah padanya," ujar Al.
"Lihat foto-foto itu, aneh kan kalau karena foto orang tidur lalu menjadi bahan gosip, terlalu murahan cara mereka ingin menjatuhkanku, akhirnya berbalik pada mereka, malah sekarang mereka dituduh hendak memerasku oleh netizen, jadi boomerang bagi mereka," ujar Al lagi.
"Lalu kau tahu mengapa ia sangat membencimu?" tanya Di pada Al.
"Aku juga baru tahu dari ibu tiriku Di,begini saja, kau kan hendak sholat tahajutkan, sholatlah dulu, nanti aku akan bercerita lengkap," ujar Al dan Di menurut.
"Kau tak sholat sekalian? " tanya Di dan Al mengangguk dengan cepat.
****
Setelah sholat tahajut keduanya terlihat berada di ruang makan dan Di membuatkan Al kopi plus creamer.
"Ini ada roti, mau aku buatkan roti bakar Al?" tanya Di dan Al menggeleng.
"Ini sudah cukup, duduklah, kau mau mendengar ceritaku?" tanya Al, Di duduk berhadapan dengan Al.
"Duduklah di dekatku Di, " pinta Al dan Di menggeleng.
"Aku takut tanganmu ke mana-mana," ujar Di dan Al pindah duduk di dekat Di.
"Tuh kan tanganmu," Di menepis tangan Al yang melingkar di bahunya.
"Ah Di, gini aja loh," Al tersenyum dan Di selalu terpana melihat senyum mahal itu.
"Ayo lah katanya mau cerita Al," pinta Di.
Al menghembuskan napas berat..
"Saga adalah kakak tiriku, saat mama meninggal, papa menikah lagi dengan mamanya Saga, aku juga tak tahu mengapa mama tiriku sepertinya malah lebih menyayangiku daripada Saga yang aku pikir awalnya adalah anak kandungnya, begitu menikah dengan papa, Saga dititipkan ke neneknya yang berada di Singapura oleh mama tiriku, sayang mama tiriku semakin berkurang padanya saat adikku lahir, hampir tak pernah mama menghubungi Saga, akhirnya setelah aku dewasa mama tiriku baru bercerita padaku jika Saga adalah anak suami mama tiriku dengan wanita lain, mama kandung Saga meninggal dan sejak bayi yang Saga tahu mamanya adalah mama tiriku, mama tiriku tak bisa berbuat banyak, ia pasrah karena saat itu ia memang belum juga dikaruniai anak, papanya Saga kan kaya Di, jadi ya wanitanya banyak kali, begitulah cerita mama tiriku, nah sekarang kamu bisa mengambil kesimpulan kan, mengapa Saga begitu membenciku, aku tak tahu menahu masalah ini, aku hanya ada di pusaran itu dan Saga membenciku teramat sangat," Al kembali meneguk kopinya dan merengkuh bahu Di mencium ujung kepalanya.
"Kau percaya padaku atau kau lebih memilih Saga?" tanya Al dan Diandra diam saja.
"Di?" kembali terdengar suara Al.
"Aku percaya padamu Al," sahut Di lirih.
Al memeluk Di, berusaha mendamaikan hatinya meski ia yakin ke depannya masalah masih sangat berat.
