Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

10

Meski mata Diandra berkaca-kaca akhirnya samar-samar ia mulai tersenyum, wajah Al tiba-tiba berubah penuh tanya.

"Kenapa, ada yang aneh?" ujar Al bangkit, meletakkan kotak cincin, ia ambil cincin dari kotak kecil mewah dan menarik jari Di lalu menyematkan ke jari manisnya.

"Kamu mau romantis tapi malah aneh," ujar Di pelan menahan senyum dan Al menghela napas.

"Aku sudah menduga sejak awal," Al menarik lengan Diandra, dan menghela napas.

"Kita ajak Key, jalan-jalan bertiga, lalu aku akan menemui siapa untuk memintamu menjadi istriku kembali?" tanya Al dan Di melangkah menjejeri langkah Al.

"Kau terburu-buru Al, kita bicarakan pelan-pelan, papa punya adik tapi dia juga sakit entah bagaimana keadannya, aku juga lama tak bertemu," sahut Di.

****

Al melajukan mobil menuju rumah Di, dan menemukan wajah kaget Keysa saat melihatnya dan berlari begitu melihat Al.

Al segera berjongkok dan memeluk Key.

"Papa pulang, pulang terus dan terus kan, nggak ilang lagi?" tanya Key.

Al melepas pelukannya, menatap wajah anaknya yang penuh harap.

"Akan segera papa wujudkan sayang, papa akan selalu ada untuk Key," sahut Al.

"Kapan?" tanya Key.

"Segera sayang," sahut Al lagi.

"Segera itu lama apa sebentar?" tanya Key lagi.

Al tersenyum mengelus rambut anaknya dan mencium keningnya.

"Sebentar, pasti sebentar," sahut Al.

"Papa jangan bohong ya," pinta Key menatap penuh harap pada Al.

"Papa janji, tapi papa minta, Key juga minta ke mama, mau nggak kalau ngapa-ngapainnya bertiga?" senyum samar Al mulai muncul dan mata Key membulat.

"Cuman itu?" tanya Key. Al mengangguk.

"Yah cuman itu," sahut Al singkat. Key mendekati Di dan menarik-narik dress mamanya.

"Apa sayang?" tanya Diandra pura-pura tak mendengar permintaan Al.

"Mama mau kan kalau ngapa-ngapainnya kita lakukan bertiga?" tanya Key.

Diandra tersenyum dan mengelus rambut Key.

"Selama ini kan kita baik-baik melakukan berdua, kan mama sudah bilang, papa kerjanya di tempat jauh, jadi ke sini jika sedang libur," sahut Di dan Keysa memberengut.

"Pokoknya Key maunya bertiga ma," pinta Key lagi.

"Baiklah, kalau papa sedang di sini, kita lakukan bertiga," ujar Di akhirnya mengalah.

"Horeeee makasih mama," Key yang jarang tersenyum akhirnya bisa tersenyum lebar dan ini mengagetkan Diandra.

****

Minggu sore sebelum Al kembali ke kotanya, ia menemui Diandra yang saat itu sedang lembur di kantornya.

"Ngapain aja Di, minggu kok lembur?" tanya Al.

"Ini nyelesaikan desain baju terakhir, besok aku harus mulai diskusikan dengan beberapa orang bagian produksi, biasalah Al permintaan sebuah onlineshop untuk produk ready to wear, baju remaja," sahut Di berdiri dan melangkah ke manekin yang tak jauh dari tempatnya.

Memadupadankan kain dan menoleh pada Al.

"Cantik ya Al?" tanya Di dan Al bangkit bergerak perlahan menatap wajah Diandra.

"Ya, cantik, cantik banget," Al melangkah semakin mendekati Di, mengatupkan gerahamnya saat Diandra terlihat gugup.

"Al eemmm maksudku kain ini," suara Di mendadak pelan dan sedikit bergetar.

Al mendekat dan memeluk pinggang Di, wajah mereka sangat dekat, napas keduanya saling menyapu wajah.

"Al, kk..kau kau hanya ingin tubuhku kan?" tanya Di semakin takut.

Wajah Al mengeras, ia rengkuh bahu Diandra.

"Kau tahu Di, hanya kamu yang bisa bikin aku kayak gini, aku tidak bisa menjelaskan, aku mencintaimu, jika kau tanya apakah aku tak ingin tubuhmu, aku tak mau bohong dan munafik, empat tahun, empat tahun Di, aku hanya mampu membayangkan dan bermain sendiri, bisa kau tahu tersiksanya aku?" Al melihat wajah Di yang memerah, aroma manis dari tubuh Diandra membuat Al hilang kendali, ia dorong Di perlahan ke dinding, memiringkan wajahnya dan menunduk sedikit, ia raup bibir manis Di dengan kerinduan yang amat sangat.

Di hanya mampu meremas bahu Al dan mendorong dadanya saat napasnya terasa sesak.

Wajah mereka sama-sama memerah..

"Ini tidak benar Al, jangan...," suara Di terdengar lirih dan bergetar saat menyadari tubuhnya tak menolak.

"Kita menikah Di, minggu depan, aku nggak mau menunggu lama...,"

Pintu terbuka dan Silmi kaget melihat bosnya yang dihimpit badan besar Al ke dinding.

"Mm maaf...," suara pintu yang tertutup kembali.

"Ah Al, Silmi, aku maluu..," pekik Diandra pelan.

Al menatap Di, mengusap bibir manitanya yang terlihat bingung.

"Waktunya dia tahu, katakan saja jika dia bertanya, baiklah, aku pulang Di, seminggu ini aku yakin bisa menemukan kabar saudara papamu, lalu aku menjemputmu, juga Key, kita bersama lagi, aku tak mau alasan lagi, maaf kalau aku memaksa, lagi pula reaksi tubuhmu tadi cukup membuat aku yakin bahwa kau tak akan menolakku lagi," ujar Al dan..

Cup!

Al mencium bibir Di sekilas, lalu meninggalkan Di yang masih mematung.

****

Silmi terbelalak, ia menutup mulutnya setelah Diandra bercerita siapa Al, Diandra tidak mau Silmi jadi berpikir aneh-aneh.

"Ya Allah ibuuuu, cerita ibu bikin mewek banget, pelik ya bu hubungan ibu, Pak Rengga dan Pak Afalmer," ujar Silmi dan Dindra hanya diam saja.

"Tapi kelihatan kok kalau ibu sama Pak Al masih saling cinta, ibu bilang nggak, tapi mata ibu nggak bisa bohong, ibu mau nunggu apa, sama-sama menunggu, sama-sama sendiri pula, kasihan Pak Al ibu," Silmi menatap wajah cantik di depannya, wajah yang selalu murung dan terlihat menanggung beban pikiran berat.

"Ibu perlu orang seperti Pak Al, ibu nggak bisa selalu seolah kuat, dan kasihan Pak Rengga juga, dia kan..," belum selesai Silmi bicara tangan Diandra menyentuh tangan Silmi.

"Kau menyukainya kan?" tanya Diandra tersenyum.

"Ah ibu, nggak lah, dia nggak suka saya, dia sopan dan ramah pada saya karena saya sekretaris ibu, lagian Pak Rengga nggak mungkin melihat saya, ibu yang cantik gini nggak mungkin lah bisa segera hilang dari pikiran Pak Rengga," ujar Silmi menggeleng, dan berusaha tersenyum.

"Kau tak mau berusaha?" tanya Di.

"Nggak ibu, saingan saya terlalu berat," ujar Silmi tersenyum kecut.

"Ck kamu belum apa-apa nyerah Sil," ujar Di dan kaget saat Rengga tiba-tiba muncul.

"Maaf ibu saya ke luar," Silmi pamit dan Rengga nampak tersenyum pada Silmi yang terlihat canggung.

"Ngapain tuh anak kok kayak gitu? " tanya Rengga.

"Siapa, Silmi yang cantik itu?" Di balik bertanya.

"Hmmm ditanya malah nanya," ujar Rengga.

"Dia takut sama kamu," sahut Di dan Rengga mengerutkan keningnya.

"Perasaan aku nggak nakutin deh, eh mana si Al?" tanya Rengga.

"Pulang, ada apa?" tanya Di.

"Heeeeh Al dan Saga, aku nggak tahu mau ngomong apa, kasihan dua orang itu jadi bermusuhan karena ego orang tua mereka, harusnya mamanya bisa meredakan perang diantara mereka, mereka hanya korban keadaan," ujar Rengga.

"Kak Saga nggak akan ngapa-ngapain Al kan, aku nggak mau Al celaka Ngga, Ngga katakan dengan jujur, Kak Saga nggak akan berbuat aneh-aneh kan?" tanya Di kawatir dan dada Rengga serasa diremas.

"Kau..kau masih mencintainya kan Di?" tanya Rengga pada wanita yang tampak berwajah cemas di depannya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel