6. Le Model
Chapter 6
"Berikan saja kepada sekretarisku," jawab Leonel cepat. Ia tidak memerlukan waktu lama jika hanya untuk mengajukan penolakan.
"Kau bahkan belum bertanya tugas apa yang akan aku berikan kepadamu."
"Arhg...! Pekerjaan itu pasti melelahkan. Aku tahu siapa dirimu," ucap Leonel sambil mengempaskan tubuhnya ke atas ranjang dengan posisi tertelungkup.
"Kau ini pemalas sekali." William memukul pelan punggung adiknya menggunakan bantal.
Leonel membalikkan badannya dan kembali menguap lalu berucap, "santai itu perlu, tapi malas itu wajib."
Semua orang di rumah itu tahu prinsip hidup Leonel, ia tidak akan sudi berpikir terlalu banyak. Leonel tidak akan mau melakukan sesuatu yang dianggapnya terlalu menguras tenaga dan pikirannya. Setiap hal yang di lakukannya di hitung dengan cermat agar tidak merugikan dirinya, tidak mengganggu waktunya bermain game dan tidak mengurangi jatah tidurnya. Hidupnya hanya untuk bermain game, makan, dan tidur, selebihnya Leonel akan bekerja saat menurutnya perusahaan benar-benar memerlukannya saja. Jika dianggapnya orang lain mampu menyelesaikan ia hanya cukup mengawasi jalannya Glamour Entertainment yang merupakan sebuah agensi yang menaungi para artis dan model kelas atas di Eropa dan Amerika.
William membuka ponselnya menunjukkan foto Alicia kepada Leonel. "Dapatkan gadis ini, bawa dia ke Glamour Entertainment secepatnya," ucapnya.
Dengan gerakan malas Leonel meraih ponsel kakaknya dan sambil menguap ia mengamati foto-foto Alicia yang hanya tampak tubuhnya dan sedikit bagian wajahnya. "Apa istimewanya dia?"
"Aku ingin bersenang-senang dengan tubuhnya," jawab William dengan nada acuh.
"Apa kau tahu nama agensinya?"
"Le Model."
"Cih, Hanya seorang model kelas biasa dari agensi tidak ternama. Dia tidak pantas masuk ke dalam Glamour Entertainment," ucapnya sambil membuang ponsel kakaknya ke sisi tubuhnya.
William mengambil ponselnya dan mengunci layarnya, kemudian ia memasukkan benda pipih itu ke dalam saku celananya. "Aku menginginkannya, kau tidak perlu membuat ia menjadi bintang. Kau hanya perlu menjadikan ia model biasa, beri ia pekerjaan sedikit sambil menunggu waktu yang tepat."
"Kalau begitu kejar saja dia, kau seperti pria yang belum dewasa saja hingga kau memerlukan bantuan agen cinta. Ya Tuhan, berapa usiamu?" Leonel mengejek kakaknya.
Menurut logika Leonel jika ia merekrut model itu apalagi gadis itu berada di Rusia, itu memakan waktu dan biaya. Lalu ia harus membawa ke Glamour Entertainment, tetapi tidak memperkerjakan dengan benar maka sama saja ia akan menderita kerugian karena modelnya tidak menghasilkan pundi-pundi uang untuk perusahaannya.
"Jangan terlalu banyak bicara atau Glamour Entertainment yang tak seberapa besar itu kubangkrutkan." William mulai mengancam adiknya.
"Kau mengancamku?" Leonel mengganti posisinya menjadi duduk bersila di atas tempat tidur.
"Aku bisa melakukannya jika kau tidak menuruti apa keinginanku." William menaikkan sebelah alisnya, bibirnya mengulas senyum licik yang khas. "Aku ingin bermain-main sedikit dengannya, wanita yang terlalu sombong harus diberikan pelajaran," katanya. Ada kilatan kemarahan di mata William.
"Baiklah. Akan aku jamin dalam satu bulan gadis itu ada di Glamour Entertainment, tetapi semua itu ada harganya tidak ada yang gratis di dunia ini, Bro," ucap Leonel dengan seringai yang tak kalah licik di wajah tampannya.
"Mau perhitungan dengan saudaramu?" William menaikkan sebelah alisnya.
"Tidak masalah jika kau keberatan, kau harus tahu bisnis adalah bisnis. Tetapi, kau harus ingat dalam bisnis tidak mengenal keluarga. Bukankah barusan kau juga mengancamku akan membangkrutkan Bisnisku?" Leonel tidak akan begitu saja di menyerah kepada kakaknya yang terkenal licik dalam berbisnis itu.
"Aku akan membayarmu jika sukses dengan sebuah Mclaren720S," ucap William langsung memberikan penawaran yang sangat menggiurkan kepada Leonel. Mobil itu adalah salah satu the best super car in the world.

Leonel melompat turun dari ranjang karena mendapatkan penawaran bisnis besar. Ia berdiri di depan William yang tengah berdiri di depan jendela lalu menjentikkan ibu jari dan jari tengahnya tepat di depan wajah kakaknya.
"Baiklah aku pastikan dalam waktu satu bulan ia telah berada di Glamour Entertainment," ucapnya penuh semangat.
"Kau pikir semudah itu pekerjaanmu? Aku belum selesai berbicara. Usahamu itu harus sepadan dengan super car yang kuberikan kepadamu nanti," kata William dengan nada sinis.
"Argh...! Kau bertele-tele katakan apa yang harus kulakukan?"
Leonel frustrasi, tawaran super car itu tidak akan ia biarkan begitu saja lepas dari genggamannya. Dengan super car itu nanti banyak model dan gadis-gadis cantik yang akan semakin terpesona melihatnya. Karena selain ia gemar bermain game dan tidur, ia juga gemar menebar pesona kepada lawan jenis.
Bibir William kembali mengulas senyum licik. Ia tahu adiknya pasti akan seperti itu, pria pemalas itu sangat materialistis. Ia yakin dalam satu Minggu mungkin Alicia akan berada di Glamour Entertainment karena Leonel tidak akan mampu menunggu lebih lama lagi untuk mengendarai super car yang diidamkannya.
"Bukan hanya membawa gadis sombong itu masuk ke dalam Glamour Entertainment, kau harus melemparkannya ke atas ranjangku," jawab William. Matanya berkilat penuh intrik, bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Senyum yang terkesan licik.
Leonel mendengus kesal, kakaknya itu berwajah tampan juga berganti-ganti pasangan setiap menghadiri pesta sama seperti dirinya. Tidak bisakah kakaknya itu merayu wanita? Leonel mengamati wajah kakaknya, alisnya bahkan sedikit berkerut.
"Kasar sekali, aku harus melemparkan seorang wanita ke ranjangmu. Apa kau tidak memiliki kemampuan merayu wanita dengan caramu sendiri?"
"Aku tidak memiliki waktu untuk merayu, apalagi ia tidak ada di depan mataku. Intinya adalah bawa dia ke Glamour Entertainment lalu lempar dia keranjangku, maka super car idamanmu itu akan segera menjadi milikmu. Semakin cepat semakin baik," ucap William menambahkan sedikit provokasi. Ia kemudian melangkahkan kakikinya menuju pintu bermaksud untuk keluar dari kamar Leonel.
"Hei, siapa namanya?" Leonel bangkit untuk mengejar William yang sedang menarik gagang pintu.
"Alicia," jawab William lalu menghilang di balik pintu.
***
William meninggalkan kamar adiknya yang pemalas itu dan berniat menemui Alexa, tetapi baru saja menutup pintu kamar Leonel, ia justru bertemu ibunya, Prilly Johanson.
"Willy...."
"Hai, Mom. Bagaimana kabarmu?" sapa William lalu mengecup pipi ibunya.
"Seperti yang kau lihat. Aku baik-baik saja," jawab Prilly.
William tersenyum seraya merangkul pundak ibunya. "Apa yang kau lakukan di sini?"
"Sidney mengatakan kau ada di dalam kamar Leonel. Aku menunggumu."
"Kau sangat merindukanku rupanya." William menggoda ibunya.
"Anak durhaka, kau tidak kembali ke rumah ini berminggu-minggu, tentu saja aku merindukanmu," omel Prilly.
"Maafkan aku, Mommy. Putramu ini yg tidak boleh bersantai, aku adalah penerus keluarga Johanson," kata William dengan nada santai disertai senyum lembut.
Prilly menghela napasnya dan mendongak menatap wajah putranya. "Tapi, bukan berarti kau boleh mengabaikan keluargamu."
"Iya, Mommy. Buktinya sekarang aku di sini."
Prilly menggelengkan kepalanya sembari tersenyum dan berkata, "Dasar, pandai menjawab. Bagaimana pameran perhiasan yang kau hadiri? Apakah itu menyenangkan?"
Pertanyaan ibunya itu justru terdengar seolah sedang mengejeknya karena ibunya tahu jika dirinya tidak banyak tagu tentang perhiasan.
"Sangat membosankan," jawab William sambil menjauhkan tangannya dari pundak ibunya.
"Malam ini kau harus tinggal di sini dan makan malam bersama keluarga, tidak ada bantahan. Kau tidak diizinkan pergi ke mana-mana," kata Prilly.
"Iya, Mommy. Iya."
"Aku tidak percaya ucapanmu begitu saja," sungut Prilly seolah tidak percaya pada jawaban William. "Kau seenaknya saja tidak pernah kembali ke rumah ini, kau pikir kau tidak memiliki orang tua? Kau pikir Mommy dan daddy-mu tidak merindukanmu?"
"Ya Tuhan, Baiklah. Mommy, kau sekarang sangat cerewet, kau seperti nenek-nenek. Mungkin kau memerlukan seorang cucu," ejek William.
"Ya, bagus kau sadar. Seharusnya kau memberikan kami seorang cucu bukan setiap hari disuguhi berita kau mengencani model-model yang tidak jelas asal-usulnya. Ya Tuhan, Willy... kau seperti pamanmu, Anthony. Lihat saja suatu saat kau akan jatuh ke pangkuan gadis polos dan lihat kau akan bersujud di kakinya seperti pamanmu itu menyembah Linlin," ucap Prilly sambil berlalu meninggalkan William.
Anthony Julio Smith, kakak kandung ibu William yang konon ketika muda hidupnya penuh dengan gadis-gadis cantik, tetapi faktanya pamannya itu justru jatuh cinta dan menikahi seorang gadis lugu bernama Linlin.
Tap bintang kecil di pojok kiri bawah layar ponsel kalian dan jangan lupa jejak komentar kalian ❤️❤️❤️
????
