Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Jadi, Selama Ini Kamu Berselingkuh Dariku?

Bab 2 Jadi, Selama Ini Kamu Berselingkuh Dariku?

"Sejak aku mengenalmu hidupku selalu tentangmu. Kau adalah bintang yang mengubah hal biasa menjadi luar biasa."

Boy With Luv - BTS

"Luar biasa." Kleana tertawa saat melihat kedatangan Kairo yang tidak disangka mereka. "Kenapa bisa pas sekali gila?!"

Kai mengangguk setuju. "Aku juga tidak menyangka ternyata Kairo berjodoh sama Kirena. Bukannya Kairo suka sekali sama Kirena, ya?"

Tidak memedulikan Kirena yang pucat pasi melihat kedatangan Kairo, Kleana dan Kai malah tertawa senang.

"Awas saja kalau kamu jodohin aku sama Kairo." Kirena menatap Kleana penuh peringatan.

Kleana sama sekali tidak terlihat takut, perempuan itu malah tertawa semakin keras. "Kenapa? Kairo itu bagus juga, lho. Dia tampan, baik, dan yang paling penting uangnya banyak. Meski sikapnya kadang aneh malah seperti orang gila tapi dia itu jago berantem. Dia adalah laki-laki yang kamu butuhin sebenarnya."

"Butuhin kepala kau! Pokoknya aku tidak mau. Bisa kacau hidupku kalau nikah sama Kairo."

"Jodoh itu Tuhan yang mengatur, kita cuma bisa menerimanya." Dengan sok bijak Kai menasehati. "Benar kata Kleana. Kairo itu tidak jelek. Kamu harus tahu lho, banyak sekali perempuan yang mau jadi istrinya Kairo. Kamu itu beruntung karena Kairo yang lebih dulu suka sama kamu, jadi kamu tidak akan sakit hati ditolak sama Kairo seperti perempuan lain."

Kirena melirik Kairo yang kini sedang berdiri di depan meja konter untuk memesan, perempuan itu langsung mengalihkan perhatian saat Kairo menoleh padanya lalu melambaikan tangan seraya tersenyum sangat lebar. Menyebalkan. Kenapa juga Kairo harus datang ke sini? Di saat yang seperti ini lagi.

"Hai semua," sapa Kairo tersenyum lebar, terlihat begitu cerah berbanding terbalik dengan cuaca diluar yang sedang hujan. "Haii juga, Kirena. Spesial latte untukmu yang membuat hariku menjadi lebih baik." Laki-laki itu mengedikan bahu, dia berbisik pelan di telinga Kirena. "Tenang saja, kopi buatanmu masih yang terbaik."

Tanpa permisi Kairo duduk di kursi, mengabaikan pandangan kesal Kleana dan Kai. Dia bertopang dagu sambil menatap Kirena dengan penuh kelembutan hingga Kirena malu sendiri, berusaha untuk mengalihkan perhatian ke arah lain.

"Berhenti melihatku seperti itu!"

Kairo menyengir lebar. "Kenapa? Kamu malu, ya? Kalau mau kamu bisa balik menatapku, kok. Aku sama sekali tidak keberatan."

Kai memukul kepala Kairo. "Cara kamu buat dapatin Kirena itu kampungan sekali."

"Jangan lihat dari caranya, dong. Tapi dari ketulusan hatinya. Aku ini tulus sayang dan suka sama Kirena. Tidak seperti pacarnya. Tiap kali aku lihat dia, dia pasti lagi sama ... aww!" Pandangan Kairo langsung tertuju pada Kleana. "Ini sudah kelima puluh kalinya kamu nginjek kaki aku, kalau kaki aku gepeng gimana? Kalau harus diamputasi gimana? Nanti aku tidak bisa pedekatean lagi sama Kirena."

Kleana balas menatap Kairo datar. "Memang aku peduli?"

Dalam hati Kirena mendesah, inilah mengapa dia tidak mau bertemu dengan Kairo. Saat mereka bertemu pertama kali, Kairo langsung menyatakan perasaan bahwa laki-laki itu menyukai Kirena pada pandangan pertama, bahkan Kairo berniat untuk melamarnya saat itu juga. Ketika Kirena bilang bahwa dia sudah punya tunangan, Kairo langsung mengumpat dengan wajah dingin.

"Siapa dia? Beraninya dia merebut Kirena dariku."

Kalau bicara Kairo tidak pernah melihat keadaan dahulu, seenak jidat menyimpulkan sendiri.

"Aku akan membunuhnya dengan koleksi pistol terbaik Kaisar. Lihat saja nanti."

Dan setelah itu, Kairo selalu sengaja datang ke sini setiap kali ada waktu luang, dan memang kebanyakan waktu Kairo itu luang sehingga saat datang bisa sampai berjam-jam sambil memperhatikan Kirena bekerja, laki-laki itu bahkan tidak peduli dengan note dan surat yang diberikan oleh pengunjung wanita padanya.

"Maaf saya sudah punya calon istri. Jadi, berhenti mengirimi saya surat dan note beginian. Meski calon istri saya tidak marah karena dia tahu resikonya punya calon suami tampan seperti saya, tetapi saya sangat sadar dalam hatinya dia pasti marah. Tolong bilang juga pada yang lain ya biar mereka tidak mengirim beginian lagi." Adalah kalimat yang selalu dikatakan Kairo pada wanita yang memberinya note atau surat yang isinya nomor telepon atau tempat janji, padahal Kirena akan sangat senang setengah mati kalau Kairo mau menemui salah satu dari wanita itu.

"Tumben kamu datang sore sekali ke sininya? Biasanya juga jam dua sudah stand by di sini." Kai menatap Kairo penasaran lalu menatap ke sekaliling kafe. "Gravity jadi tidak terlalu ramai, harusnya kamu ajak Sagar sama Nero. Meski muka mereka pas-pasan tapi anehnya banyak perempuan yang suka sama mereka, heran aku."

Kirena menelengkan kepala, kenapa Kai bicara seperti itu tentang Sagar dan Nero yang merupakan rekan kerja Kai, Kleana dan Kairo?

"Mereka tidak pas-pasan, kok. Mereka tampan, pintar, baik, ramah juga." Kirena langsung terdiam saat menyadari tatapan melongo Kleana dan Kai, dia bahkan tidak berani menatap Kairo sekarang. Pasti laki-laki itu kesal padanya karena memuji laki-laki lain selain Kairo.

Mati deh, pikir Kirena. Lupa kalau terkadang selain nyeleneh dan menyebalkan Kairo itu pencemburu berat.

"Benar juga, sih." Tanpa menyadari keadaan, Kleana setuju pada pendapat Kirena. "Apalagi kalau ada Naraka. Beuhh, ini kafe langsung ramai. Benar tidak, Ren?"

Kirena ingin mengangguk, tapi dia hanya bisa tersenyum masam, berusaha untuk tidak menatap ke arah Kairo.

"Aku ada kerjaan." Dengan tatapan dingin Kairo menjawab pertanyaan Kai tadi. "Kaisar buat ulah lagi, jadi aku terpaksa selesain masalah yang dia buat."

Suasana langsung hening ketika Kairo menyebut nama "Kaisar". Nama yang entah mengapa selalu membuat semua rekan kerja Kleana terdiam. Ketika Kirena bertanya siapa Kaisar, mereka langsung menyuruh Kirena untuk tidak menyebutkan nama itu, apalagi saat bersama Kairo.

"Meski aku masih kesal karena kamu bilang Sagar sama Nero tampan padahal masih tampanan aku kemana-mana juga, tapi karena kamu manis sekali dan aku suka sama kamu, jadi aku maafin kesalahan kamu," kata Kairo seraya tersenyum manis.

Kirena langsung melongo, sepertinya dia harus terbiasa dengan kepedean Kairo yang di atas rata-rata. Meski sebenarnya memang benar kalau Kairo lebih tampan dari Sagar dan Nero.

"Kenapa jadi tidak mood ya sejak lihat kamu?" Kai bangkit berdiri. "Aku pergi dulu, mau menghitung pendapatan dan gaji yang harus aku bayarin. Untung pegawainya sedikit, kalau banyak aku bisa rugi."

Sambil menggumam sedih Kai berjalan pergi, Kleana dan Kirena saling pandang saat tiba-tiba Kai berbalik.

"Oh iya, Kle. Aku setuju sekali sama proposal yang sudah kamu revisi. Aku juga setuju kalau Kirena dijadiin bahan percobaan. Aku tunggu hasilnya." Kai mengacungkan dua ibu jari sambil menyengir lebar, kali ini benar-benar pergi naik ke lantai dua.

Sebelah alis Kairo terangkat. "Apa maksud Kai? Proposal apa? Kenapa Kirena dijadiin bahan percobaan? Pasti ada sesuatu yang kalian sembunyiin, ya."

Kirena balas menatap Kairo datar. "Kepo. Kai itu cuma asal bicara."

"Kamu inget tidak waktu aku cerita tentang rencana Wedding Festival?" Kleana memotong perkataan Kirena. "Naraka sudah setuju sama proposalnya, tapi sebelum dimasukin ke list dan ditetapin dia mau aku berhasil buat membantu para pasangan, entah itu yang belum punya pasangan atau yang sudah punya pasangan."

Kairo mengangguk mengerti, dia langsung menyengir lebar dan mendekati Kleana. "Kamu tidak ada rencana buat misahin Kirena dari si brengsek itu gitu? Katanya acara ini intinya adalah mencari pasangan yang sesungguhnya." Dia melirik Kirena yanng sedari tdi diam. "Biar sadar kalau jodoh dia itu aku, bukan si tukang se ..."

Kleana mendelik. "Aku robek tuh mulut, ya."

Kairo segera menjauh, dia tersenyum sangat lebar ketika Kleana memutuskan untuk pergi. "Jangan lupa jodohin aku sama Kirena, ya!"

Kleana hanya melengos tidak peduli. Tadinya Kirena juga ingin ikut pulang tetapi ditahan oleh Kairo.

"Diluar masih hujan deras, jangan seperti Kleana yang suka hujan-hujanan padahal imunnya lemah sekali. Kalau kamu pergi sekarang nanti kamu sakit."

Kirena melihat keluar kaca kafe, diluar hujan masih turun dengan deras, tidak memungkinkan Kirena untuk pulang. Lagi pula kenapa Kleana sok jago pulang dihujan deras seperti sekarang?

Kairo bertopang dagu menatap Kirena, senang karena perempuan itu tidak jadi pergi. "Bagaimana harimu? Apakah baik? Hariku kacau sekali." Tanpa diminta Kairo bercerita. "Kuharap harimu tidak kacau."

Terlepas dari sikapnya yang sangat menyebalkan dan nyeleneh, Kairo sangat perhatian pada Kirena, Kai pernah bilang kalau Kairo sangat cuek dan dingin pada mantan pacarnya. Tetapi dengan Kirena, laki-laki itu selalu bersikap seolah mereka sedang berpacaran padahal kenyatannya tidak.

Karena Kirena diam saja, Kairo kembali bertanya, "Apa kamu lelah? Sepertinya hari ini kafenya agak ramai." Dia menarik tangan Kirena secara paksa dan melihat telapak tangan perempuan itu. "Lihat, ada luka baru di sini. Dasar! Sudah kubilang untuk hati-hati, kalau airnya panas pegang saja gelas bagian atasnya."

Kirena segera menarik tangannya dari Kairo saat merasakan sesuatu yang tidak dia mengerti. "Kalau aku pegang bagian atasnya, itu namanya tidak sopan. Nanti aku dipecat sama Kai gimana?"

Kairo mendengus. "Ini semua gara-gara Kai, untuk apa juga dia nawarin kamu jadi barista? Di kafe kecil lagi, kalau kamu mau, aku bisa menjadikan kamu pemilik kafe biar kamu tidak perlu kerja sampai terluka bergini."

Kirena memutar bola mata. "Lebay, lagian aku suka buat kopi. Seru lho." Dengan penuh semangat Kirena bercerita mengenai pengalamannya selama menjadi barista padahal dia kuliah hukum. Perempuan itu lupa diri bahwa yang dia ajak bicara bukan Kleana atau bahkan Reynald, pacarnya. Melainkan orang lain. Oerang yang selama ini berusaha dia hindari.

Kairo menatap bingung Kirena saat perempuan itu tiba-tiba berhenti bercerita. "Kenapa malah diam? Terus gimana lagi?"

Kirena mengabaikan Kairo, dia melihat ada pesan masuk dari Reynald. Buru-buru Kirena bangkit berdiri tetapi segera ditahan Kairo.

"Makan malam denganku, ya? Kamu pasti belum makan malam."

Kirena tersenyum. "Maaf, tapi aku sudah punya janji."

Kairo menyipitkan mata lalu terkekeh sinis. "Ahh, pasti janji dengan si brengsek itu."

Sontak saja Kirena menatap Kairo marah, tidak suka setiap kali Kairo memanggil Reynald dengan panggilan "si brengsek". "Dia punya nama, bukan "si brengsek" tapi Reynald."

Kairo menaikan sebelah alis meremehkan, sekilas pandangannya menatap keluar kafe lalu segera bangkit berdiri. Terlalu dekat dengan Kirena hingga perempuan itu merasa terkejut. "Kamu terlalu dibutakan sama dia. Harusnya kamu sadar kalau dia hanya akan menyakitimu."

"Apa yang ..."

"Jadi, selama ini kamu berselingkuh dariku?" Seseorang bertanya dengan nada dingin.

Kirena segera menoleh, terkejut saat melihat Reynald tengah berdiri di belakangnya dengan tatapan marah.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel