
Ringkasan
"Kenapa kamu terus mengikutiku?" Tanyaku dengan segala frustasi yang terus menghantui kehidupanku setelah bertemu dengannya. "Jadilah simpananku, kau tidak perlu takut akan kesepian, hanya perlu di dalam rumahku dan memenuhi segala kebutuhanku, maka? Kau akan menikmati indahnya menjadi simpanan." Ucap pria itu dengan angkuhnya. Tapi disisi lain ada pria berhati hangat yang menawarkan tentang arti kebahagian. "Kau ingin bahagia? Pergilah bersamaku, aku tidak akan menyakitimu, aku kita hidup dengan bahagia tanpa rasa takut" ucapnya sambil mengulurkan tangan dan tersenyum manis.
chapter 01
Namanya adalah Song Mina Hye, gadis yang berusia 19 tahun, tinggal di pinggiran kota Seoul, Korea Selatan bersama saudaranya yang bernama Song Luna Ahn, yang usianya tidak jauh berbeda dari Mina, dia berusia 17 tahun dan masih duduk dibangku SMA kelas akhir.
Semenjak kedua orang tua mereka meninggal karena sebuah kecelakaan lima tahun yang lalu, hingga Mina mengambil alih menjadi tulang punggung keluarga, karena alasan itulah juga Mina tidak bisa melanjutkan sekolah lagi, jika itu masih berlangsung, mungkin Mina sedang duduk dibangku perkulihan.
Pekerjaan setiap harinya adalah dimulai pagi hari, Mina bekerja di toko roti dekat rumahnya tepat di depan jalan, menjelang sore hari aku bekerja di supermarket dan pada malam harinya terkadang Mina bekerja di club malam sebagai penghantar minuman untuk para tamu.
Setiap harinya dia melakukan semua pekerjaan itu demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan tentu saja pendidikan adiknya, inilah kisah hidupnya sebelum bertemu dengan seseorang yang mengubah hidupku.
Menjadi sebuah hal tidak pernah Mina duga dan begitu menyakitkan.
keesokan harinya, langit pagi sudah terang dengan terbitnya matahari diikuti dengan cuaca yang bagus, walau musim semi sudah dipenghujung waktu, cuaca tampak cerah tapi sedikit dingin.
“Luna banguun! Sudah siang kamu bisa terlambat nanti ke sekolah!” Teriaknya, ritual yang Mina lakukan di pagi hari yaitu membangunkan Sang adik sebelum dia melakukan aktivitas kesehariannya.
"Baiklah! Baiklah! Lima menit lagi, aku masih mengantuk Eonnie!!" jawab Luna yang menutupi wajahnya dari teriknya cahaya matahari karena Mina sedang membuka jendela, dia sudah terbiasa seperti ini.
Mira menggelengkan kepalanya, dia menarik selimut yang menutupi tubuh Luna dan kembali mengeluarkan ucapannya.
“Luna jika kamu masih tidak bangun aku akan memotong ua—,”
ucapan Mina terpotong karena Luna tiba-tiba menarik tangan.
“Baik!! Aku sudah bangun, jadi bisakah kakakku yang cantik ini pergi membuatkan sarapan untukku?" ucapnya dengan lembut, walau Luna sangat kesal jika Mina sudah mulai mengancamnya dengan ucapan memotong uang jajannya.
Luna mengintip apakah Mina benar-benar sudah meninggalkan kamarnya.
Setelah memastikan itu benar, dengan perut yang begitu mual Luna segera berlari ke dalam bathroom dan mengencangkan kran air agar tidak ada yang mendengar suaranya.
Setelah membangunkan Luna, sekarang tugasnya membuatkan sarapan untuk mereka berdua, dengan cepat Mina mengeluarkan bahan yang akan digunakan sambil menunggu Luna keluar dari kamarnya.
“Luna cepatlah! Aku sudah membuatkanmu sarapan dan kamu bisa ketinggalan Bis-mu,” teriakkan Mina yang berasal dari dapur.
"Eonnie, tidak perlu berteriak seperti aku bukan anak kecil!" Ucap Luna yang melangkah mendekati dapur, dia sudah rapi dengan seragam sekolahnya dan Mantel yang sudah cukup lama.
“Aku juga menyiapkan bekal untukmu,” Mina memasukan kotak bekal kedalam paperbag untuk dirinya dan sang adik.
“Terima Kasih Eonnie.”
Sarapan pagi mereka berjalan dengan sangat baik, Mina dan Luna mereka berdua sangat menikmati sarapannya walaupun hanya dengan roti bakar dan selai coklat sebagai menu sarapan, setelah selesai sarapan mereka melakukan aktivitas mereka masing-masing. Setelah mengunci pintu Mina berjalan menuju tempat kerjanya yang tidak jauh dari rumahnya,
“Selamat pagi.” sapa Mina kepada pemilik toko roti itu dia adalah seorang yang sangat baik pada Mina dan Luna.
“Pagi juga Mina.”
“Apakah kamu sudah sarapan Mina? aku baru saja selesai sarapan dengan anakku, jika kamu mau, sarapan masih ada di dapur, aku akan keluar sebentar untuk mengantar anakku ke sekolah tolong jaga toko ini, Mina.”
“Siap!! Hati-hati dijalan Nyonya Kim,” Ucap Mina, sekalian dirinya membukakan pintu untuknya dan melambaikan tangannya.
Setelah pemilik toko itu pergi seperti biasa Mina akan membersihkan tempat itu, Mina adalah anak yang rajin dan juga ramah, bahkan Mina terkenal di lingkungan sekitar karena sifatnya yang sangat ramah dan baik, banyak masyarakat yang ingin menjodohkan anaknya dengan Mina.
saat di sekolahnya pun Mina sangat populer dikalangan para siswa, setiap harinya dia selalu menerima banyak surat cinta dari setiap kelas, tapi Mina selalu menolak mereka dia lebih memilih untuk fokus sekolah daripada menjalin hubungan 'pacaran', apalagi setelah meninggalnya orang tuanya dia yang hanya ada dipikirannya bekerja, bekerja dan bekerja.
*******
Ditempat lain, Kim Corp. Naungan Group Sam Tic.
Terlihat seorang ceo muda yang duduk di tempat singgasananya, tangannya sibuk menggenggam ponsel nya dan lainnya menulis diatas kertas.
Terdengar dari luar suara orang yang mengetuk pintu.
“Tuan Muda, saya izin masuk.” suara seorang sekretaris dengan beberapa dokumen di tangannya.
“Masuklah,” ucapnya tanpa menoleh sedikitpun.
Dengan senyum diwajahnya, gadis itu melangkah masuk kedalam dengan hentakkan kaki yang begitu bagus didengar seirama dengan langkahnya.
“Selamat pagi, Tuan Kim. rapat pagi ini akan segera dimulai, saya juga sudah menyiapkan keperluan anda di ruang rapat dan ini beberapa dokumen yang anda minta kemarin.”
“Hm—aku akan segera kesana.” Dia hanya menjawab dengan singkatnya tanpa melihat ke arah pada gadis yang begitu berharap dia menoleh dan masih fokus menatap layar ponselnya.
Menatap heran karena yang dia tunggu tak kunjung menjawab panggilannya.
“Baiklah Tuan Kim, aku akan menunggu anda di ruang rapat, aku harap anda datang tepat waktu," ucapnya dan sekretaris itu segera keluar dari ruangan.
Pria itu merapikan dokumen menjadi satu tempat, dia segera bersiap pergi ke ruang rapat, tapi tertahan karena orang yang dia tunggu baru mengangkat panggilannya.
“Halo?” Dia menghimpit ponselnya di telinga dan bahunya, karena tangannya sibuk memasang jas di tubuhnya.
‘Ya, ada apa menelponku? Saat ini aku sedang ada diperjalan menuju ke sekolah?’
Pria itu tersenyum, entah hal apa yang membuat dia bisa tersenyum, padahal gadis yang sedang menelpon tidak mengucapkan satu kalimat lelucon, “Kapan kamu lulus? Aku tersiksa terus berjauhan denganmu.”
‘Bukankah kamu sudah tahu kapan aku lulus? Untuk apa bertanya lagi, aku juga ingin selalu bersamamu, tapi aku tidak ingin kakakku tahu. Bisakah kamu bersabar?’
“Aku juga merindukanmu, rasanya aku ingin terus bersamamu dan menikahimu sesegera mungkin, kalau begitu belajar dengan baik, aku harus menghadiri rapat pagi ini, sampai jumpa nanti little Baby.”
Pria itu langsung mematikan ponsel setelah mengucapkan kata perpisahan. Meletakkan ponselnya di meja, pria itu melangkah keluar ruangan dan berjalan ke ruang rapat.
Kedatangannya langsung diberikan salam oleh para karyawan yang sudah duduk manis di kursi, mereka berdiri untuk membiarkan sang Ceo duduk di kursi tengah yang langsung menghadap layar proyektor.
“Tunggu apalagi? Langsung mulai rapat ini.” ucapnya, dia langsung pada sikapnya yang begitu dingin dan ketus dalam berbicara.
Hingga hitungan jam berlalu, matahari bersiap untuk terbenam dan bersembunyi di tenangnya lautan.
Hari sudah menunjukan pukul 3 sore, sudah waktunya Mina untuk bekerja paruh waktunya di supermarket.
“Nyonya Kim. semua sudah aku rapikan, aku izin untuk meninggalkan tempat ini dan bekerja ditempat lain,” ucapnya, Mina mulai berpamitan dengan pemilik toko roti setelah menyelesaikan tugasnya.
“Apa setelah ini kamu akan bekerja di supermarket Mina?” pemilik toko roti itu bertanya, langkahnya mendekati gadis itu yang sudah berada di depan pintu keluar.
“Ya, seperti biasanya setelah bekerja disini, aku akan bekerja lagi, menjaga toko sampai jam 10 malam,” jawab Mina, dia sibuk mencari ponselnya.
“Kamu sangat rajin Mina aku sangat bangga padamu, jangan terlalu memaksakan dirimu, jagalah kesehatanmu, dan gajimu bulan ini.” ucap sang pemilik toko roti, memberikan sebuah amplop pada Mina.
Mina menerimanya dan melihat isinya yang menurutnya terlalu banyak, “terima kasih, tapi—ini—ini terlalu banyak Nyonya Kim."
“Tidak apa-apa kamu sudah banyak membantuku selama bekerja disini, anggap saja itu sebagai bonusmu, dan ini berikan kepada adikmu, Luna.” pemilik ini memberikan Mina kebuah kontak.
Mina agak ragu-ragu untuk menerima hadiah itu. “Tidak, aku—tidak bisa menerima ini anda sudah banyak membantuku dan Luna selama ini.”
“Aku memberikannya bukan untukmu tapi untuk Luna, kamu tidak berhak untuk menolak pemberian orang lain, apalagi aku memberikannya untuk adikmu." pemilik itu bersikeras untuk memaksa Mina menerimanya.
“Baiklah, terima kasih banyak untuk semua yang anda berikan kepadaku , aku izin untuk pamit, Selamat sore Nyonya Kim.” Mina segera membungkukkan tubuhnya sambil membuka pintu.
“Sama-sama Mina, jaga dirimu cuaca sudah mulai memasuki musim dingin kamu harus memakai pakaian tebal,” pemilik toko itu melambaikan tangan sangat Mina melangkah keluar toko.
“Aku akan membelikan makanan kesukaan Luna, dia pasti akan sangat bahagia,” Mina melihat jam di tangannya, tinggal beberapa menit lagi bus akan segera, jadi dia bergegas menuju tempat halte bus di seberang jalan.
“Apa aku terlalu cepat? kenapa disini sangat sepi, atau aku ketinggalan bus?” tanya Mina dengan bingung, halte bus tampak sepi.
“Sedang ada keterlambatan, bus akan tiba 15 menit lagi," ucap seseorang yang sedang duduk di bangku halte.
Mina sangat terkejut saat mendengar ada suara dari belakang dan ketika dia menengok ke belakang dia melihat seorang lelaki sedang duduk, dia terlihat sibuk memainkan ponselnya.
“Terima kasih untuk informasinya, apa anda juga sedang menunggu bus?" tanya Mina, dia menghitung waktu dan itu berarti dia akan datang terlambat ke supermarket.
“Untuk apa anda bertanya, jika anda tahu jawabnya,” lelaki itu menjawab dengan dingin, bahkan dia tidak menoleh ke arah Mina sama sekali.
Mina hanya mendengarnya, dia tidak ingin melanjutkan pembicaraan dengan lelaki itu, Setelah itu hanya ada keheningan diantara mereka berdua, tiba-tiba terdengar suara ponsel berdering dari lelaki itu.
“Apakah kamu sengaja melakukan ini padaku, membawa pergi mobilku tanpa sepengetahuanku dan sekarang kamu merusaknya, kalau kamu bukan adikku sudah kubunuh dari dulu! Jangan menghubungiku lagi!"
Lelaki itu menjawabnya penuh dengan amarah dan hentakan membuat Mina takut untuk menatapnya.
Aura di sekitar lelaki itu terasa dingin dan mencengkam, 15 menit kemudian bus itu datang. Tanpa menunggu lama Mina naik bus dan meninggalkan lelaki itu, sepertinya dia sedang menunggu seseorang,
“Sudahlah untuk apa memikirkannya, yang penting sekarang aku harus sampai tepat waktu,” ucap Mina saat dia melihat lelaki itu dari jendela bus.
