Pustaka
Bahasa Indonesia

Wanita Gendut, Dicerai Suami Dinikahi CEO Tampan

20.0K · Ongoing
Merisa Storia
48
Bab
620
View
9.0
Rating

Ringkasan

Jangankan mengetahui suami berselingkuh, baru mengetahui suami menyukai wanita lain saja rasanya sudah sakit. Apalagi jika sampai diceraikan karena suami lebih memilih pelakor? Sofia Storia, seorang wanita cantik, mandiri dan setia. Suatu hari, setelah kepulanganya dari urusan pekerjaan di luar kota, ia mendapati suaminya tengah berselingkuh di dalam kamar apartemennya bersama Clara, seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai ladies karaoke. Ia tak pernah menyangka, jika Alvian, suami yang telah menemaninya selama lima tahun akan tega mengkhianati dan menceraikannya, hanya karena perubahan bentuk tubuhnya yang menjadi gemuk. Ditengah kegalauanya, tanpa sengaja, ia bertemu dengan Reyfaldi, CEO tampan dan kaya raya berkepribadian introvert. Reyfaldi mengajak Sofia menikah untuk tujuan tertentu. Disisi lain, Sofia juga ingin membalaskan rasa sakit hatinya pada Alvian dan Clara. Dengan bantuan Reyfaldi, Sofia berubah menjadi wanita yang langsing dan cantik. Akankah Sofia berhasil membalaskan rasa sakit hatinya pada Alvian dan Clara?

PresdirKawin KontrakRomansaPernikahanFlash MarriagePerselingkuhanDewasa

Bab. 1

"Hari ini, kamu boleh pulang ke Jakarta," ucap Renata pemilik perusahaan tempat Sofia bekerja.

Sofia Storia, atau biasa dipanggil dengan nama Sofia. Bekerja di salah satu perusahaan distributor makanan ringan ternama di kota Jakarta. Ia menjabat sebagai admin di perusahaan tersebut.

"Baik bu," jawabnya dengan hati riang.

Mendengar itu, tentu saja ia merasa senang. Karena sudah tiga hari ini Sofia tidak bertemu dengan Alvian, suami yang sangat ia cintai. Karena kesibukanya yang harus mengurusi pekerjaan pembukaan toko cabang baru di kota Bandung.

Sofia berniat memberikan kejutan pada suaminya. Maka, dengan sengaja, ia tak memberi kabar pada Alvian jika ia akan kembali lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

"Bu, saya pamit yaa ...," ucap Sofia pada Renata yang tengah duduk di kusi kerjanya.

"Oke hati-hati ya, Sofia!" jawab perempuan berumur 40 tahun itu.

Dengan ditemani lagu-lagu favoritnya. Sofia, wanita yang sangat mandiri itu mengendarai mobilnya sembari bernyanyi riang.

Sesampainya di apartmen, Sofia kaget melihat ruangan yang selalu rapih dan bersih itu, kini terlihat sangat kotor dan berantakan. Beberapa bungkus snack tergeletak diatas karpet. Asbaknya dipenuhi dengan puntung rokok dan abu yang bertebaran disekitarnya. Juga, terlihat dua botol minuman yang tegak berdiri di atas meja ruang tv nya.

Sofia berjalan masuk, mendekati dua botol yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Dengan rasa penasaran, wanita gendut itu membuka tutup botol untuk mencari tau jenis minuman apa itu. Belum sempat Sofia mendekatkan hidungnya ke mulut botol, tiba-tiba saja tercium bau aroma yang cukup menyengat menusuk hidungnya.

"Hah. Siapa yang meminum minuman ini? Bukankah mas Alvian tidak pernah meminum alkohol?" monolognya sembari memegang dan memperhatikan botol yang bertuliskan Martel itu.

Ia juga memperhatikan puntung rokok yang berceceran diatas mejanya. Terlihat noda merah disekitaran pangkal batang rokok itu. Seperti lipstick? Tapi, lipstick siapa?

Belum habis rasa penasaranya. Tiba-tiba saja, terdengar suara samar Alvian berbincang bersama seorang wanita dari balik pintu apartmenya. Sebelum pintu sempat dibuka, Sofia bergerak cepat, masuk ke dalam kamar bersembunyi dibalik lemari pakaianya.

"Ahh, Sayang. Aku benar-benar ketagihan dengan permainanmu semalam." Suara bariton itu menggema memecah keheningan.

Jantungnya berdegup kencang, "Tidak! Tidak mungkin Mas Alvian melakukan itu!" tepisnya.

Sofia memberanikan diri sekaligus menyiapkan mentalnya, mengintip dari balik celah lemari pakaianya. Sepasang pria dan wanita telah bergumul mesra diatas singgasana cintanya. Desahan jalang itu benar-benar memekakkan telinga. Tak disangka, sosok suami yang selama ini terlihat setia, tengah menindih tubuh wanita ramping dan sexy, menghisap leher jenjangnya dengan rakus.

Sofia terkejut. Alih-alih dirinya yang akan memberikan kejutan pada sang suami, justru Sofia lah yang dikejutkan oleh perselingkuhan suaminya.

Tubuhnya membeku, nyawanya serasa lepas dari jasad karena terkejut melihat pertunjukan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya itu. Kini, Nafasnya terasa sesak, darahnya seolah mendidih. Tanpa ragu, wanita gendut itu menerobos keluar dari balik pintu lemarinya.

"Ya Tuhaaaan ... apa yang kamu lakukan, Mas." teriak Sofia dengan mata membola dan tarikan napas menggebu.

Mendengar suara yang menggelegar, Alvian menghentikan aksinya. Ia menarik tubuhnya dan berdiri di hadapan Sofia. Ia tercengang melihat istrinya yang tiba-tiba saja muncul didalam kamarnya.

PLAAAAKK!

Sebuah tamparan kuat mendarat dengan sempurna di wajah pria yang terlihat baik itu.

"Kurang ajar kamu, Mas! Teganya kamu mengkhianatiku!" sentak Sofia dengan wajah merah padam.

Pipinya terlihat memerah membentuk telapak tangan Sofia. Dengan wajah arogan, ia menahan tangan Sofia, ketika Sofia akan menampar pipinya untuk yang kedua kalinya.

"Diam kamu! Seharusnya kamu berkaca, mengapa saya melakukan semua ini?" sentak Alvian menahan tangan Sofia lalu menghempaskanya dengan kasar.

"Apa kurangnya aku, Mas?" tanya Sofia dengan nada bergetar. Air sudah menggenang di pelupuk matanya.

Melihat pertengkaran sengit antara suami istri itu, Clara, wanita yang berprofesi sebagai ladies karaoke tersenyum getir melihatnya.

"Apa? Kamu masih bertanya apa kekuranganmu? Kamu lihat saja dirimu yang gendut dan jelek itu. Bagaimana aku bisa bernafsu jika tubuhmu tak terawat seperti itu. Bertahun-tahun aku sabar menerima kamu, bukanya merubah mempercantik diri. Kamu malah semakin gendut dan membosankan!"

Bukanya meminta maaf dengan apa yang telah dilakukanya. Tanpa rasa bersalah, Alvian malah tega mencaci dan menghina tanpa memedulikan bagaimana perasaan wanita yang sudah menemaninya selama lima tahun itu.

Mendengar hinaan itu, Sofia menangis sejadi-jadinya. Ia sungguh tak menyangka, hanya karena fisiknya yang berubah bisa membuat Alvian tega mengkhianatinya, hingga melakukan hal yang menjijikan di dalam kamarnya sendiri.

"Saya akan adukan kelakuan kamu pada ibumu, Mas!" ucapnya seraya menyeka air mata.

"Silahkan! Saya tidak peduli!" jawab Alvian dengan lantang.

Sofia memutar arah pandangnya, menatap wanita jalang yang tak tau diri itu. Kemudian, berjalan medekatinya. Namun, seolah tau dengan apa yang akan dilakukan Sofia padanya, Alvian dengan cepat mencekal tubuh Sofia agar tidak mendekati Clara.

"Lepaskan aku, Mas!" ronta Sofia yang tak tahan ingin menampar perempuan jalang itu.

Alvian terus menahan tubuh Sofia dengan kuat. Ia tak akan membiarkan istri gendutnya itu menyakiti wanita selingkuhanya.

"Heh, wanita jalang. Dengar! Kamu akan menyesal karena kamu telah menghancurkan rumah tangga saya!" teriak Sofia dari balik badan Alvian seraya menunjuk wajah Clara.

Wanita berwajah binal yang duduk di pojokan ranjang itu, lagi-lagi tersenyum sinis pada Sofia. Ia sungguh tak peduli dengan perasaan Sofia. Padahal, ia juga sama-sama seorang wanita.

"Lepas! Aku tak sudi bersentuhan dengan tubuhmu yang kotor itu!" Sofia meronta melepaskan cekalan Alvian.

Sofia pergi meninggalkan kamarnya yang kini telah dikotori oleh perbuatan suaminya itu. Ia berniat mengadukan perbuatan Alvian pada Ambar, Ibu mertuanya, yang tak lain adalah ibu kandung Alvian.

Dengan linangan air mata yang terus membanjiri pipinya. Sofia mengendarai mobil sedan peninggalan orang tuanya menuju rumah mertuanya, yang hanya berjarak 2 kilo meter dari apartemenya. Ia merasa tak sabar ingin segera mengadukan perbuatan anaknya.

"Sofiaaa ... Sofia. Kamu tuh ya. Memang betul apa kata anak saya. Kalo kamu gendut dan tak merawat diri seperti ini, mana berselera Alvian untuk menyentuhmu. Jangankan menyentuh, melihatpun juga sudah malas," ucap Ambar, sembari menatap Sofia dari ujung kaki hingga ujung kepala mendelikan matanya malas.

Bukanya mendapat pembelaan dari sang mertua, Ambar malah seolah membenarkan prilaku anaknya yang bejad itu.

"Tapi Bu, aku begini karena efek meminum obat penyubur yang Ibu berikan agar aku bisa cepat hamil," jawab Sofia terbata-bata.

"Kamu tuh ya. Malah nyalahin saya. Kalo kamu bisa cepat kasih saya Cucu, saya juga ga akan kasih kamu obat penyubur itu. Atau, jangan-jangan kamu mandul ya?" cetus wanita berusia 55 tahun itu.

Bagai ditabur garam di atas luka yang masih menganga. Hatinya terasa perih mendengar Ambar berkata demikian. Mertua yang sudah ia anggap seperti ibu kandungnya sendiri juga tega menyayat-nyayat hatinya.

Ambar adalah tipikal ibu mertua yang sangat toxic. Selalu ikut campur urusan rumah tangga anaknya. Ia juga selalu menyalahkan Sofia yang sudah lima tahun menjadi menantunya itu, karena belum juga hamil. Dimatanya, apa yang Sofia lakukan selalu saja salah.

Karena tak mendapat pembelaan, Sofia pergi dari rumah mertuanya menuju rumah peninggalan almarhum orangtuanya, yang kini ditempati oleh paman dan bibinya, untuk ia menenangkan diri.

"Maaf. Anda mencari siapa ya?" tanya seorang wanita asing dari balik pintu rumahnya.

"Apakah Bibi Ella ada didalam?" jawab Sofia keheranan.

"Ohh..., Bu Ella sudah tidak tinggal disini. Sekarang kami adalah pemilik baru rumah ini. Satu minggu yang lalu kami membelinya dari Bu Ella." terang wanita berparas cantik itu dengan ramah.

Bagai tersambar petir disiang bolong. Ia tak menyangka jika bibi dan pamanya yang merupakan keluarga Sofia satu-satunya di muka bumi ini, berani menipu dan menjual rumah peninggalan orang tua Sofia tanpa seizinnya.

Di balik kemudi mobilnya. Sofia menangis tersedu-sedu. Ia merasa tidak ada satupun orang di dunia ini yang menyayanginya. Kini, ia merasa sendirian dan bingung tak tau harus kemana.

Dengan perasaan yang tak menentu. Sofia melajukan mobilnya menuju makam kedua orang tuanya. Makam, adalah Satu-satunya tempat yang sering ia kunjungi, ketika ia merasa sedang tidak baik-baik saja.

Dihadapan gundukan tanah itu, ia menceritakan apa yang tengah menimpanya. Tak kuat menahan sakit, Sofia pun menangis sejadi-jadinya.

"Ibu, mengapa kau tinggalkan aku sendiri di dunia ini. Semua orang begitu kejam padaku, Bu. Kini aku tak tau harus kemana. Rasanya aku ingin sekali menyusulmu, Bu." ucap Sofia terbata-bata dan terisak.

Ditengah area pemakaman yang luas itu, ia duduk dan terus menangis. Tetesan air matanya jatuh membasahi rumput hias yang tumbuh subur diatas pusara.

Rasa sakit yang ia rasakan, benar-benar terasa menghujam jantungnya. Rasanya seperti mati, namun masih bernafas. Ia terisak seraya memeluk batu nisan ibunya.

Desir angin sore itu terasa dingin menerpa tubuh gempalnya. Awan hitam dan suara petir pun terdengar samar saling bersahutan.

Ditengah area makam yang luas dan sunyi itu. Tiba-tiba saja, "Menikahlah denganku!" terdengar suara bariton dari balik badannya.