BAB 9
Di sinilah Prayly sekarang. Berdiri didepan gapura masuk hotel menuju ke dalam parkiran. Ia berdiri sejenak didekat patung Singa Ambara Raja versi mini yang berdiri kokoh berdekatan dengan plakat nama hotel dan resort tempat ia mulai bekerja ini. Gadis itu menengadah kepalanya keatas puncak hotel itu. Dia bergumam dalam hati memanggil nama Sang Ayah sembari berjanji jika ia akan bekerja dengan baik ditempat yang sudah dibangun Ayahnya itu. Prayly pun kemudian melangkah menuju lobby hotel dan langsung disambut oleh Kak Ida Ayu yang sedari tadi sudah duduk menunggunya disitu.
"Maaf, Kak. Prayly terlambat yah hari ini?" ujar Prayly dengan rasa bersalah.
"Ah enggak kok, Ly. Kakak juga baru sampai kok tadi." balas Ida Ayu sambil tersenyum melihat Prayly.
"Hari ini kamu cantik sekali, Ayly. Kakak sampai pangling melihatmu tadi. Kakak pikir kamu tadi tamu yang mau menginap." lanjut Ida Ayu sembari terkekeh kecil.
"Kakak bisa aja deh, Prayly jadi malu sendiri." Prayly berkata sambil mengaruk-garuk pelipisnya yang tak gatal.
"Hahaha... Ayolah, kita keruangan Pak Wayan sekarang." tawa Ida Ayu lagi sembari mengajak Prayly pergi dari situ. Mereka keruangan Pak Wayan Sukardi dengan manaiki lift menuju ke lantai lima. Sepanjang perjalanan Prayly dari lobby hotel menuju lantai lima, Prayly selalu menjadi pusat perhatian para pria. Entah itu pekerja hotel atau para tamu yang menginap disana.
Ida Ayu hanya terkekeh kecil melihat kelakuan lucu mereka yang seperti baru saja melihat seorang bidadari cantik. Sesampainya disana, Ida Ayu membuka knop pintu lalu menyuruh Prayly masuk dan duduk disofa yang berada ruang kerja suami itu.
"Apa yang sedang anda kerjakan, Pak Manager?" tanya Ida Ayu sembari menggoda suaminya.
"Ah, kalian sudah datang rupanya." Ucap Wayan Sukardi sembari tersenyum menatap dua wanita cantik dihadapannya.
Pak Wayan Sukardi berjalan menuju sofa dan ikut duduk disana sembari mengeluarkan beberapa berkas yang berada dalam map merah maron itu.
"Ini bacalah." ucap Wayan sembari menaruh map itu diatas meja kaca itu.
Kak Ida mengambil dan membaca surat itu dengan seksama. Setelah dirasa sudah cukup ia pahami, Kak Ida Pun menyodorkan surat dalam map itu pada Prayly.
"Bacalah, Ayly" Ucap Ida Ayu menyodorkan map itu padanya.
Prayly membaca dengan seksama isi dalam map merah maron tersebut dengan seksama. Tak lama berselang, Pak Wayan menyuruh Prayly menandatangani surat yang ternyata berisi aturan-aturan dan kontrak kerja selama prayly mulai bekerja disini nanti. Prayly pun mengambil pena yang disodorkan oleh Pak Wayan Sukardi lalu menandatanganinya dengan cepat setelah ia membaca semua peraturan-peraturan dalam surat kontrak itu.
Pak Wayan Sukardi dan Isterinya Ida Ayu pun tersenyum pada Prayly. Kepala HRD itu pun memeluk Prayly sembari mengucapkan selamat bekerja pada gadis itu. Ida Ayu pun pamit keluar pada suaminya. Ia akan mengantarkan Prayly langsung menuju meja resepsionis yang berada di lobby hotel itu. Ida mengatakan jika saat ini sudah waktunya pergantian shif kerja. Sebab ia kemarin sudah memberitahukan pada Putu Anita sang resepsionis senior dihotel itu jika ia telah menemukan pengganti resepsionis yang resign beberapa minggu lalu karena akan segera menikah. Sesampainya mereka berdua dimeja resepsionis, Putu Anita yang terlihat memang memiliki perawakan sudah berusia tiga puluhan itu pun segera menyambut mereka sambil tersenyum.
"Anita, ini Prayly rekan kerja baru anda yang kemarin saya beritahukan." ucap Ida Ayu pada Putu Anita bawahannya.
"Eh... Iya, Bu. Hallo, Prayly! Senang bertemu denganmu." sapa Putu Anita sembari mengulurkan tangannya.
"Hallo juga, Kak. Saya juga senang bisa berkenalan dengan Kakak." balas Prayly tersenyum lalu menjabat telapak tangan Putu Anita.
"Anita, saya harap kalian berdua bisa menjadi patner kerja yang baik kedepannya. Jangan lupa juga untuk mengajarkan dia hal-hal apa saja yang menjadi tugasnya disini." ucap Kepala HRD itu sedikit memerintah.
"Baik, bu. Kebetulan juga saya sudah mencatat beberapa rincian tugas yang biasa saya kerjakan dikertas ini, Bu." ujar Putu Anita lalu menyerahkan kertas itu pada Prayly.
"Oke terima kasih Anita dan Prayly, bacalah rincian itu. Semoga pekerjaan ini tidak memberatkanmu yah?" lanjut Ida Ayu pada dua orang wanita didepannya itu.
Putu Anita pun kemudian pamit pulang pada Ida Ayu dan
Prayly karena shif kerja telah selesai. Setelah itu Prayly membaca segala tugas-tugas yang ada pada kertas itu. Di mulai dari menyambut setiap tamu hotel dengan ramah. Lalu bagaimana Prayly harus menjawab telepon dari para tamu hotel yang mungkin memerlukan bantuan informasi dan lain sebagainya. Kemudian mencatat daftar pengunjung hotel yang berkaitan dengan check in dan check outnya pengunjung baik itu menggunakannya sistem online hotel maupun manual dan masih banyak lagi tugas-tugas yang tertera di dalam kertas itu. Ida Ayu pun tak lama ikut pamit menuju ke ruangannya. Ida Ayu berjanji akan mengantarkan makan siang untuk Prayly karena ia tahu saat ini hotel sedang kekurangan tenaga resepsionis.
Ida Ayu tak mungkin mengajak Prayly makan di cafe favorite mereka yang berada dibelakang resort dekat Pantai Lovina dan membiarkan Prayly meninggalkan pekerjaannya. Ida Ayu berjanji akan segera menemukan beberapa resepsionis lagi agar saat makan siang mereka dapat makan siang bersama diluar. Prayly kini berada sendirian di balik meja resepsionis itu. Ia mukai sibuk membaca tulisan tangan Putu Anita tadi dan melihat lihat daftar tamu hotel melalui komputer dan juga membaca buku-buku yang berada dimeja tersebut. Cukup sedikit kikuk memang saat Prayly mulai menjalankan tugas pertamanya. Ia harus berinteraksi dengan tamu asing dengan bahasa yang tamu itu ucapkan saat sang tamu akan pergi keluar hotel sebentar dan menitipkan kunci kamarnya dimeja resepsionis. Tapi hal itu lantas tak membuat Prayly putus asa. Gadis itu tersenyum dan berusaha menikmati pekerjaan barunya. Prayly juga saat ini sedang browsing tentang pengumuman penerimaan mahasiswa baru kelas malam yang sempat ia ikuti ujian masuknya beberapa yang lalu itu. Namun hasil dari ujian itu belum diumumkan dihalaman website perguruan tinggi tersebut. Prayly hanya bisa berharap dalam hati agar nanti namanya tertera disana. Sehingga ia tak perlu susah-susah mencari kampus baru yang jauh dari kontrakan dan tempat kerjanya.
