Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 09

Selama tiga minggu, James disibukkan dengan persiapan pernikahannya dengan Keyla. Begitu juga dengan Lea yang sibuk mengurus pengobatan Aleandra.

James memohon maaf pada Keyla setelah malam itu. Dia berjanji tak akan pergi lagi di tengah malam dan tak akan membuat Keyla bersedih lagi.

Sementara Lea kembali ke Apartemen dengan Aleandra yang telah selesai operasi, namun masih harus dirawat inap di rumah sakit tempat James praktek.

"Kau istirahatlah Lea, wajahmu pucat. Kau pasti kelelahan karena mengurus Ale di sana.” Joe mengantarkan Lea ke apartemennya namun, hanya sampai tempat parkir.

"Ya, terima kasih Joe sudah membantuku.”

"Kau dan Ale sudah aku anggap seperti adikku, jadi jangan berkata seperti itu.”

"Baiklah. Kau langsung ke kelab?" tanya Lea.

"Iya. Kau istirahat saja. Jika tak membaik, hubungi aku. Kita ke rumah sakit."

"Dia tak perlu ke rumah sakit! Aku yang akan merawatnya!” sela James yang tiba-tiba berada di samping Lea. Dia mengambil alih tas Lea dan menarik wanitas itu meninggalkan mobil Joe.

Lea menghempaskan tangannya kasar lalu mengambil tasnya dari tangan James kemudian berjalan mendahuluinya. Sayang saja semuanya percuma karena langkah James jelas lebih besar darinya.

"Apa yang kau inginkan?" Lea menghempaskan tubuhnya di sofa. Akhir-akhir ini dia memang cepat lelah. Belum lagi dia yang harus mengurus Aleandra, membuat tenaganya seakan terkuras.

"Bagaimana adikmu?" James duduk di samping Lea.

"Sudah 80% hanya tinggal pemulihan." Lea menjawab walau matanya terpejam. Dia sungguh lelah.

"Kau sakit?" James mencoba memeriksa kening Lea, namun wanita itu menepisnya sebelum tangan James sempat mendarat.

"Pulanglah. Aku ingin istirahat,” ujar Lea yang kemudian beranjak pergi. James ikut beranjak lalu memeluk Lea dari belakang.

"Ini vitamin untukmu. Jika yang kemarin kau rutin meminumnya, hari ini pasti sudah habis. Sekarang tidurlah." James dapat menghirup aroma lavender dari tengkuk Lea dan mengecupnya sekilas seraya memberikan vitamin tersebut ke dalam genggaman Lea.

James melepaskan pelukannya dan membalikkan tubuh wanita bertubuh ramping itu. Tangannya menaikkan dagu Lea untuk menatapnya.

"Aku ke sini untuk berpamitan padamu. Aku rasa kau sudah menepati janjimu. Aleandra juga sudah selesai operasi. Jadi… kau tak akan ku ganggu lagi," tutur James.

Lea mengalihkan tatapannya. "Baguslah, dengan begitu aku bisa bebas melakukan apapun yang aku inginkan."

"Kau pasti senang karena tak akan ada pengganggu sepertiku," ujar James lagi. Dia mencari jawaban dari manik mata Lea, namun wanita itu terus mengalihkan pandangannya. Bahkan Lea telah berbalik badan dan berniat meninggalkannya.

"Kau sudah selesai, kan? Pergilah. Terima kasih untuk pengobatan Ale. Mulai hari ini, aku yang akan menanggung biaya rawat jalannya.”

"Tidak. Aku akan menanggungnya sampai sembuh. Lagi pula darimana kau membayarnya? Kau bahkan tak bekerja lagi."

"Mulai sekarang hal itu bukan urusanmu lagi dokter James. Silahkan anda pulang, karena aku ingin istirahat."

"Tapi... "

Lea mendorong James ke pintu keluar hingga James sudah berada di luar.

Keduanya saling bertatapan ketika Lea menutup pintunya secara perlahan. Masih sempat terdengar James mengucap maaf dengan wajah penuh penyesalan. Begitu juga dengan Lea yang menatapnya kecewa.

Pintu akhirnya tertutup. Lea tak sanggup lagi menahan tangisnya. Dia bersandar pada pintu. Kakinya lemas dan dirinya merosot terduduk dengan tangis yang keluar bersama teriakan kekecewaan.

Hatinya menjerit lebih kencang namun dia meredam semua itu, membiarkan air matanya yang mengungkapkan kekecewaannya. Dia menutup mulutnya dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak. Sebuah pukulan tak lagi terasa sakit.

James masih sempat mendengar teriakan dan tangis Lea. Dia juga menyandarkan kepalanya pada pintu sambil mengucap maaf.

Maafkan aku, Lea. Semua ini harus berakhir. Aku tak bisa kehilangan wanita yang telah ku tunggu selama bertahun-tahun lamanya. Aku berharap kau mendapatkan seseorang yang bisa membuatmu bahagia. Bukan lelaki brengsek sepertiku. batin James.

Kemudian James benar-benar pergi dari sana, meninggalkan cinta yang mati sebelum berkembang, membiarkan luka menghampiri Lea.

Lea berdiri dan menghentikan tangisnya. Dia mencoba berjalan ke kamarnya namun, tubuhnya lemas dan penglihatannya mulai kabur. Dia memegangi kepalanya yang pusing. Dalam hitungan detik semua tampak gelap. Dia berpegangan pada sandaran sofa namun tubuhnya terhuyung jatuh tergeletak di lantai.

***

Joe melihat ke samping kursi penumpangnya saat lampu lalu lintas berwarna merah. Di sana terdapat ponsel Lea yang tertinggal. Dia memutar balik mobilnya setelah lampu lalu lintas berwarna hijau. Dia menyempatkan diri membeli makanan untuk Lea karena dia tahu wanita itu tak akan makan jika sedang lelah.

Setelah makanan dan ponsel dalam tangannya, dua pergi menuju unit apartemen Lea. Dia melihat James bersama Keyla yang akan pergi dan sempat terdengar sedikit percakapan mereka saat berpapasan.

"Kapan kau meminta orang membuatkan gaunnya?" Keyla bertanya.

Tatapan mata James dan Joe bertemu. Dia menatap tajam James yang menatapnya penuh penyesalan. Pertanyaan Keyla yang terabaikan membuat Keyla mengikuti arah tatapan mata James.

"Apa kau mengenalnya, Jamie?" tanya Keyla memutuskan tatapan kedua pria tersebut.

Joe berlalu dan menghilang di balik dinding menuju lift.

Dia benar-benar brengsek! Baru beberapa menit yang lalu dia menarik Lea untuk ikut dengannya, sekarang dia sudah bersama tunangannya! Lihat saja, jika terjadi sesuatu pada Lea, aku tak akan segan menghajar wajah tampannya! batin Joe.

***

-

Apa yang dia lakukan di sini? Apa Lea mengadukan semuanya pada Joe? pikir James dalam hati sebelum akhirnya Keyla kembali menyadarkannya.

"Jamie, ada apa? Apa kau mengenal pria yang barusan menatapmu dengan tajam?" tanya Keyla.

"Hah? Tidak, mungkin orang itu salah mengenal orang. Oh ya, gaunmu akan ada lebih dari satu. Jadi kau bisa memilihnya atau kau bisa mengubah beberapa desainnya jika kau mau."

"Benarkah?"

"Ya, semua harus indah dan seperti keinginanmu untuk hari pernikahan kita," kata James tersenyum tulus. Dia merasa cukup jika bisa melihat senyum manis terpancar dari wajah Keyla.

Semua ini cukup untukku, Key. Melihatmu tersenyum seperti ini setiap hari, aku sudah merasa cukup. James membatin.

Lalu mereka pergi menuju butik–tempat James sebulan lalu meminta seorang desainer membuatkan gaun pengantin untuk Keyla.

***

Joe menekan bel unit apartemen Lea beberapa kali, namun tak mendapat jawaban. Akhirnya dia memilih membuka pintu tersebut dengan password yang dia ketahui tak akan pernah diganti oleh kedua adik-kakak tersebut yaitu, hari pernikahan orangtuanya.

Dia membuka pintu tersebut dan terkejut saat melihat Lea tergeletak di lantai.

"Lea?!" Dengan langkah tergesa-gesa dia menghampiri Lea dan memeriksa keadaannya.

"Dia pingsan. Astaga! Tubuhnya dingin sekali." Joe segera mengangkat Lea dan membawanya keluar setelah mengunci pintu. Dia segera melaju pergi menuju rumah sakit yang sama dengan tempat Aleandra dirawat untuk memudahkan memantau keduanya.

Setengah jam yang menyiksa Joe, dia tak berhenti mengumpat dan menekan klaksonnya. Dia yakin semua ini pasti ada hubungan dengan James. Dia akan membuat perhitungan dengan dokter sialan itu!

Setelah tiba di rumah sakit, dokter Albert langsung memeriksa keadaan Lea. Dokter itu hanya tersenyum melihat Joe yang terlihat panik.

"Ada apa dok? Apa dia-"

"Anda tak perlu khawatir. Dia hanya kelelahan. Di tambah saat ini dia sedang mengandung. Itulah yang membuatnya pingsan. Selamat Sir anda akan menjadi seorang ayah," ucap dokter Albert memberitahu.

"Dia hamil?" tanya Joe tak percaya.

"Iya. Perawat akan mengambil darahnya untuk mengecek kepastiannya," ucap dokter Albert lalu pergi dari hadapan Joe yang masih terdiam menahan diri untuk tetap tenang.

"Terima kasih dok." Hanya itu yang bisa terucap dari mulut Joe.

"Sama-sama."

Joe membatalkan niat awalnya yang ingin pergi ke kelab. Dia berdiri di samping ranjang tempat Lea terbaring lemah. Sesekali dia ke tempat Aleandra yang juga sedang istirahat.

Dokter brengsek itu harus bertanggung jawab untuk semua ini! batin Joe kesal. Dia menunggu Lea tersadar. Dan sebuah pergerakan terjadi pada wanita di depannya.

Lea membuka matanya dan menyesuaikannya dengan sorot lampu.

"Lea kau sudah sadar?" tanya Joe.

"Joe? Kenapa kau di sini? Kenapa aku bisa ke sini?" tanya Lea memegang kepalanya yang masih terasa pusing.

"Kau pingsan, dan aku kembali ke tempatmu karena ponselmu tertinggal. Namun aku malah menemukanmu tergeletak di lantai, lalu aku membawamu ke sini."

"Ale?"

"Dia tak tahu kau di sini, jadi kau tenang saja."

"Baguslah. Jangan buat dia khawatir dengan keadaanku. Dia tak boleh memikirkan banyak hal."

"Lea, katakan nomor berapa unit apartemen si dokter brengsek itu?"

"Maksudmu James?"

"Iya.”

"Ada apa kau mencarinya?" tanya Lea.

"Aku ingin membuat perhitungan dengannya karena dia-"

"Permisi, Nona Beverly? Dokter Albert memintaku melakukan pengambilan darah untuk pengecekan kehamilan anda," ujar seorang perawat dari laboratorium.

"Saya hamil, Suster?" tanya Lea terkejut. Perawat tersebut mengangguk dan tersenyum.

Lea menatap Joe yang sedang memijat pelipisnya. Setelah suster tersebut selesai mengambil darah Lea dan keluar, Joe kembali bertanya nomor unit apartemen James.

"Aku sungguh tak tahu Joe Lagi pula aku tak ingin memberitahunya," ujar Lea. Suaranya mengecil pada akhir kalimat.

"Apa?! Mana bisa begitu, Lea! Kau mengandung anaknya dan dia harus bertanggung jawab! Aku tak ingin anakmu lahir tanpa ayah. Cukup aku yang mengalami itu! Jangan anakmu."

"Kami sudah memutuskan perjanjian tersebut, Joe. Jadi... aku tak ingin melibatkannya lagi. Aku rasa dia telah memilih untuk bersama tunangannya. Karena memang begitu seharusnya."

"Kau! Oh, My Gosh!! Terbuat dari apa hatimu itu, Lea? Hah?! Terserah padamu, aku tak akan membantumu lagi kali ini!"

"Kau tak akan tega ‘kan, Joe?" Lea menatap Joe dengan harapan besar.

"Baiklah. Jangan menatapku seperti itu. Kau sangat tahu kelemahanku," ujar Joe kesal. Mulut dan hatinya tak pernah kompak.

"Jangan beritahukan ini pada Ale," tambah Lea.

"Dia akan tahu saat perutmu semakin besar."

"Maka dari itu bawa aku pergi sebelum Ale melihat perutku yang membesar."

Joe menatap kesal Lea yang selalu memikirkan orang lain dibandingkan dirinya. "Aku akan mengaturnya. Kau istirahatlah, aku pergi dulu."

"Terima kasih Joe," kata Lea sebelum Joe keluar dari ruang rawatnya. Joe hanya tersenyum lalu pergi.

***

Pagi harinya seorang perawat membawakan hasil laboratorium ke ruangan Aleandra, lalu dia membukanya dan melihat hasil laboratorium yang dikira miliknya. Namun ternyata itu milik Leanor dan hasil laboratorium Aleandra berada di Leanor.

Sementara Leanor malas membuka hasil tersebut. Dia tak ingin melihat kebenarannya karena itu akan mengingatkannya pada James. Sementara Aleandra terkejut dengan hasil tes darah milik kakaknya.

"Apa ini artinya kakakku sedang hamil, Suster?" tanya Aleandra pada perawat yang sedang melakukan pengecekan rutin padanya

"Oh, ya ampun… hasilnya tertukar! Iya, kakakmu sedang hamil," jawab suster tersebut yang membuat Aleandra terkejut.

**

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel