Pustaka
Bahasa Indonesia

The Fourth Concubine

68.0K · Tamat
Lialuo
67
Bab
30.0K
View
8.0
Rating

Ringkasan

Chrissa yang dikhianati sang kekasih malah mendapat kecelakaan dan mengalami perjalanan waktu ke masa lalu dan menjadi selir keempat dari seorang pangeran yang adalah putra mahkota kerajaan

RomansaFantasiIstriDewasaPengembara WaktuRevengePernikahanSweetWanita CantikZaman Kuno

satu

Chrissa sedang berdiri di halaman rumah yang cukup mewah tersebut. Bukan tanpa alasan dia menunggu di luar. Semua karena pintu rumah tersebut terkunci. Dominic -kekasihnya dan pemilik rumah itu- bahkan tidak pernah memberikan kunci cadangan padanya.

Gadis itu kemudian merapatkan jaket yang dikenakan. Embus angin dingin yang menyelusup membuat dirinya seolah akan membeku kedinginan. Di depannya, mendung tampak semakin gelap. Rintik hujan mulai turun dan dalam sekejap menjadi deras. Chrissa melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul lima lewat sepuluh.

'Ke mana Dominic? Kenapa dia pergi begitu lama?' tanyanya dalam hati.

Tidak lama, sebuah mobil pajero berwarna silver berhenti tidak jauh darinya. Sepasang muda-mudi kemudian keluar dari mobil tersebut. Mereka saling menatap dan tertawa mesra. Tangan sang pria lalu merangkul dan mendaratkan ciuman di bibir gadis tersebut.

"Do-minic? Silvia?" ucap Chrissa dengan nada tidak percaya. Mata hitam bulatnya menatap tidak percaya. Air mata bening kemudian mulai menitik di pipi.

"Ka-lian ... ke-napa kalian tega melakukan ini padaku?"

Tidak merasa bersalah, gadis bernama Silvia tersebut justru tersenyum lebar.

"Kak Chrissa Sayang, apa Kakak begitu bodoh hingga tidak tahu bahwa Dominic tidak pernah mencintai Kakak?" tanyanya.

Chrissa hanya diam. Air matanya terus saja mengalir. Silvia yang tidak lain adalah adik tirinya melihat itu dengan senyum mengejek.

"Duh, cup, cup, cup, nggak usah nangis lagi deh. Gak ada yang bakalan berubah juga kalau kamu nangis."

Chrissa menatap tajam Dominic. Tangannya terulur dan menarik kerah baju pria itu. Dalam sekejap, ia membanting Dominic ke tanah.

"Chrissa, apa yang kaulakukan?" gertak Silvia sambil menarik tangan Chrissa yang tengah mencekik leher Dominic. Chrissa mengibaskan tangan Silvia.

"Kau pikir hanya karena kau pria yang kucintai, aku akan diam saja melihatmu menjalin hubungan dengan perempuan lain? Jangan harap!" gertak Chrissa pada Dominic. Silvia tidak tinggal diam. Ia mengambil pisau buah di mobil dan segera menusuk punggung Chrissa.

Gadis itu menoleh pada Silvia. Mata hitamnya menatap sedih. Darah mengalir deras di punggungnya membasahi tanah. Dominic segera Chrissa hingga gadis itu jatuh terbaring. Darah juga keluar dari mulut gadis itu.

"Kau tahu apa yang tidak kusukai darimu? Kau adalah gadis yang sangat kasar. Kau tidak bisa bersikap lembut seperti Silvia. Yang jelas kau tidak sebaik dia!" gertak Dominic.

"Apa yang harus kita lakukan? Kita harus melakukan sesuatu. Aku tidak mau ditangkap sebagai pembunuh," ucap Silvia dengan suara gemetar. Pisau buah yang masih ia bawa kemudian iatuh ke tanah. Suara dentang benda tajam tersebut yang berbenturan aspal adalah suara terakhir yang didengar Chrissa. Setelahnya kegelapan menelan dia dalam kesunyian pekat.

***

Suara ... Ada suara yang begitu lirih. Suara yang seolah berasal dari tempat sangat jauh. Suara tersebut memanggil nama dia berulangkali.

"Tuan Putri, Tuan Putri!" Suara itu terdengar semakin jelas. Namun mata Chrissa masih begitu berat. Siapa? Siapa yang memanggilnya dengan sebutan tuan putri?

Chrissa tahu dia bukanlah keturunan ningrat atau kerajaan. Ayah ibunya hanya orang biasa. Silsilah dalam keluarga juga menunjukkan bahwa mereka hanyalah orang biasa.

"Tuan Putri." Panggilan bernada panik tersebut bernada makin jelas. Mau tidak mau, Chrissa memaksa untuk membuka mata. Chrissa tidak menyangka bahwa matanya terbuka begitu mudah. Ia melihat sekeliling dan tertegun.

'Kenapa aku berada di sini? Apa Silvia dan Dominic membuang aku ke pondok jelek ini?' tanyanya dalam hati.

Tempat tersebut memang begitu buruk. Sempit dan terbuat dari kayu-kayu yang telah lapuk. Pada bagian hanya ada tumpukan jerami kering yang tipis. Belum lagi ada banyak sarang laba-laba menggantung di atap. Dinding juga begitu kotor dan lembab. Saat menoleh, Chrissa melihat tikus mencicit tidak jauh dari sana.

"Tuan Putri," panggil gadis di sampingnya lagi. Chrissa menoleh dan tertegun melihat gadis berperawakan mungil tersebut.

"Kau ini siapa?"

"Tuan Putri, ini hamba, Lily. Hamba pelayan Tuan Putri dari kecil. Apa Tuan Putri melupakan hamba?" tanya gadis tersebut sambil meraih tangan Chrissa. Chrissa segera menarik kembali tangannya.

"Apa Dominic dan Silvia membayarmu? Katakan pada mereka, aku baik-baik saja. Aku pasti akan membalas perbuatan mereka padaku."

"Tuan Putri, Anda bicara apa? Hamba sungguh tidak mengerti."

"Kau jangan berpura-pura. Kau pasti ...."

Ucapan Chrissa tertahan di bibirnya. Ia menyadari sesuatu. Dominic dan Silvia bisa saja membayar gadis tersebut, tetapi ia tentu tidak perlu mengenakan pakaian kerajaan kuno seperti saat ini.

Chrissa segera melihat pada pakaiannya. Ia juga mengenakan pakaian serupa, hanya saja tampak sedikit lebih bagus. Chrissa bergegas hendak bangun. Lily segera dengan sigap membantu. Chrissa mengernyit karena punggungnya terasa begitu sakit.

"Tuan Putri," ucap Lily dengan suara pelan.

"Punggung Anda pasti terasa sakit karena pukulan yang Anda terima."

"Pukulan?"

Lily tidak segera menjawab. Ia justru berlutut di depan Chrissa.

"Tuan Putri, maafkan hamba, hamba sungguh tidak berguna. Hamba tidak bisa melindungi Tuan Putri."

"Sudahlah, aku tidak apa-apa, kok, tapi bukankah punggungku ditusuk pisau?"

Lily menggeleng.

"Tidak. Tuan Putri Cindy dan pelayannya yang memukul punggung Tuan Putri dengan kayu berulangkali. Kata mereka itu sebagai hukuman."

"Tuan Putri? Dia juga?"

"Semua istri pangeran memiliki gelar Tuan Putri. Anda dulu adalah nona di keluarga bangsawan Wang. Namun Anda kemudian menikah dengan pangeran dan memiliki gelar Tuan Putri."

***

Tuan Putri Chrissa Wang adalah gadis malang yang menikah dengan pangeran Alvian Lee. Dalam keluarga, Chrissa adalah sosok yang terbuang. Jika bukan karena keluarga Wang berambisi mengejar tahta pastilah Chrissa tidak akan menikah dengan pangeran Alvian.

Pangeran Alvian telah lama menjadi sosok yang Chrissa kagumi. Ia bermimpi menikah dengan pangeran pujaan hatinya tersebut. Saat impian terwujud, tentu ia bahagia. Hanya saja pangeran Alvian tidak memiliki perasaan yang sama. Permainan politik membuat ia terpaksa menikah dengan Chrissa, sebelumnya pangeran Alvian telah memiliki seorang permaisuri bernama Vania dan tiga orang selir. Belum lama, permaisuri yang adalah gadis paling dicintai pangeran meninggal karena sakit. Kini hanya tersisa empat orang selir.

Chrissa yang adalah selir paling bungsu selalu dipojokkan dan disalahkan oleh Tuan Putri Cindy di depan pangeran Alvian, maka dari itu pangeran juga membenci Chrissa yang dianggap memiliki tabiat tidak baik. Setelahnya pangeran memutuskan untuk mengasingkan dia. Akan tetapi, Tuan Putri Cindy tidak puas dan datang untuk memberi hukuman dengan menyuruh pelayannya untuk memukul berulangkali punggung Chrissa. Lily yang dipegang oleh dua pelayan tuan putri keji tersebut tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa menangis dan memohon agar junjungannya dilepaskan.