Pustaka
Bahasa Indonesia

The Escaped Wife

50.0K · Tamat
White Lotus
48
Bab
4.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Fallin Ma telah menjalani kehidupan terkurung dalam sangkar emas. Pertemuan dengan sepupunya telah mengubah niatnya dan memilih meninggalkan kehidupan pernikahannya yang buruk. Dia bahkan tidak peduli jika posisinya akan diambil alih kekasih suaminya. "Jika kau melangkah keluar dar rumah ini, maka kau akan kehilangan statusmu sebagai Nyonya Gao!" "Mama, jangan pergi!" Fallin Ma tidak goyah. Ia memilih untuk meninggalkan segalanya demi menggapai impian dan menemukan kebahagiaannya serta kebebasan. Dapakah Fallin Ma menemukan kebahagiaannya atau penyesalan yang dia dapatkan?

Pengembara WaktuPresdirPerceraianMetropolitanBillionairePernikahanKeluargaIstriMenyedihkanDewasa

Chapter 1 Ajakan Melarikan Diri!

Setiap mata terarah pada seorang wanita cantik dengan gaun mewah yang memberi kesan elegan. Kakinya melangkah dengan penuh percaya diri memberikan kesan keanggunan seorang wanita dari keluarga terpandang. Tuan rumah dengan cepat datang untuk menyambut tamu yang berharga itu.

"Nyonya Gao, anda selalu terlihat menawan. Terima kasih telah menerima undanganku ini." Senyum ramah terukir dari bibirnya. Berkat kehadiran wanita yang dipanggil Nyonya Gao ini- Fallin Ma pestanya mendapatkan perhatian semua orang.

"Aku juga mengucapkan terima kasih karena telah mengundangku. Pesta anda sangan menarik, Nyonya Xia."

Fallin Ma melangkah mendekat ke arah tuan rumah pesta ini. Dia membisikkan sesuatu yang membuat wajah Nyonya Xia berubah. "Jangan mendesakku lagi untuk datang ke pestamu ini di masa depan!"

Setelah memberikan peringatan, Fallin Ma meninggakkan wanita yang masih membeku itu. Para wanita yang tidak lain adalah para nyonya dari keluarga kelas atas dengan cepat datang dan menyapa Fallin Ma. Mereka mulai menjilatnya dengan kata-kata baik dan penuh pujian.

Fallin Ma, hanya menanggapi pujian mereka dengan sopan. Dia bukan wanita bodoh yang tidak tahu tujuan mereka mendekatihya, sungguh melelahkan baginya untuk mendengar kata-kata palsu itu. Mereka berusaha menyenangkan hatinya ketika berhadapan dengannya, tetapi ketika dibelakang punggungnya, mereka akan membicarakan hal buruk, seperti itulah mereka.

Fallin Ma ingin mengakhiri pesta ini sesegera mungkin lalu kembali ke kediamannya. Namun, selama lebih dari setengah jam, para wanita itu tidak berniat untuk menjauh darinya. Mereka bahkan mengabaikan tuan rumah yang seharusnya menjadi pusat perhatian pesta ini.

"Sepupuku Fallin Ma!"

Suara panggilan dengan suara yang akrab di telinganya membuatnya menoleh. Wanita cantik dengan rambut pirang yang dibiarkan tergerai berjalan den

Seorang wanita berambut pirang yang dibiarkan tergerai datang mendekatinya. Pakaiannya terlihat modis, tetapi terlalu terbuka menonjolkan tubuhnya memberikan kesan sexy. Penampilannya terkesan terlalu berani dan kasar untuk tampil di perjamuan formal.

Beberapa Nyonya Muda disekeliling saling berbisik bahkan ada yang menyindirnya secara langsung sebagai wanita yang vulgar. Wanita yang tidak lain adalah sepupu dari Fallin Ma ini tidak mempeduli orang-orang itu.

"Fallin, sudah lama tidak bertemu. Ayo kita pergi keluar dan mengoberol."

"Nona, bukankah tidak sopan bagimu untuk berbicara informal dan juga memanggil nama secara langsung?" Seorang Nyonya Muda menegurnya dengan keras.

“ Apa aku harus berbicara dengan formal pada sepupuku sendiri? ”

"Meskipun kau adalah sepupu Nyonya Gao, tetapi kau harus ingat posisimu. Keluargamu bahkan tidak setara dengan Keluarga Gao."

Semua orang mengetahui status dari wanita bernama Elisa Fu yang berasal dari keluarga cabang. Sikap wanita ini yang kasar dan tidak tahu etika bertindak sebagai nona muda membuatnya tidak disukai.

“Maaf, aku harus bicara dengan sepupuku.”

Fallin Ma dengan cepat membawa pergi sepupunya ini sebelum terjadi masalah. Dia menarik tangannya membawanya ke balkon dimana tidak ada orang. "Elisa, apa kau tidak tahu bagaimana cara bersikap? Kau hanya akan mendapat masalah saat bersikap kasar seperti tadi."

“Aku hanya tidak ingin berpura-pura. Sepupuku, apa kau tidak merasa lelah harus menanggapi para wanita yang hanya mendekatimu demi keuntungan?"

“Jangan mengatakan kata kasar itu secara langsung!”

“Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Bukankah semua hal ini begitu membosankan? Apa kau tidak merasa lelah harus menunjukkan topeng yang kaku itu? Aku yakin kau pasti tidak nyaman dengan mereka."

“Ini adalah tugas yang harus aku lakukan! Walaupun ini membosankan, tetapi seperti inilah yang harus aku jalani.“

Elisa memberikan segelas anggur yang sebelumnya dia bawa. "Apa kau mau minum?"

Felisha mengambil anggur itu lalu meminumnya dengan perlahan. Tindakannya masih tetap elegan. Dia benar-benar menerapkan setiap etika wanita terhormat.

Elisa Fu memperhatikan sepupunya, ekspresinya tidak menunjukkan apapun, tetapi Elisa Fu dapat melihat perasaan kesepian di mata hitam kelamnya itu.

“Apa kau bahagia dengan kehidupanmu ini?”

Felisha terkejut dengan pertanyaan yang tiba-tiba diajukan oleh sepupunya ini. Tidak ada yang pernah menanyakan hal ini padanya karena semua orang menganggap Felisha sebagai orang yang dipenuhi keberuntungan dan kebahagiaan.

Felisha memiliki kehidupan yang terlihat begitu sempurna. Kecantikan,kekayaan  status, dan suami yang kaya, semua itu telah dimilikinya. Bukankah, hal itu merupakan sumber kebahagiaan. Hanya saja, perasaannya masih terasa kosong. 

“Aku tahu, kau tidak merasakannya (kebahagiaan) bukan? Kau merasakan bahwa hidupmu membosankan dan juga dipenuhi perasaan kesepian."

"Felisha, kau bukanlah boneka. Kau tidak bisa mengabaikan perasaanmu.Kau harus menikmati kehidupanmu dan merasakan kebahagiaan!"

“Menikmati hidup?”

“Benar, kehidupan yang sesuai dengan hatimu yang akan membuatmu bahagia!"

"Aku tidak membutuhkan hal-hal seperti itu. Aku tidak sebebas dirimu yang dapat melakukan apapun "

“Fallin Ma, apa kau tidak ingin mewujudkan mimpi masa mudamu? Aku masih ingat bahwa kau ingin membuat pakaian yang indah.”

“Saudaraku, apa kau ingin terus terjebak dengan kehidupanmu yang seperti ini? Apa kau tidak ingin merasakan kebahagiaan dengan mewujudkan mimpimu ini?"

“Elisa, sulit bagiku untuk bisa terlepas dari takdirku ini!”

“Semua masih bisa berubah. Aku akan membantumu untuk melarikan diri!”

“Hubungi aku! Jika kau telah memutuskan untuk mendapatkan kebebasanmu. Aku ada janji untuk bertemu seorang client jadi aku harus pergi. Sampai jumpa!”

Fallin Ma terdiam merenungkan apa yang dikatakan Elisa Fu. Dia berdiri di balkon cukup lama, sebelum akhirnya memutuskan untuk meninggalkan pesta yang memuakkan ini.

***

Seorang anak laki-laki berlari menuruni tangga. Dia berteriak memanggil mamanya menunjukkan kekhawatiran. Saat melihat wanita dewasa masuk dan disambut oleh banyak pelayan, anak laki-laki itu dengan cepat melangkahkan kaki ke arahnya lalu memeluk kakinya.

Tindakan yang tiba-tiba dari anak itu membuat wanita yang tidak lain adalah Fallin Ma merasa terkejut. Dia dengan cepat melepaskan pelukan anak itu. "Halbert Gao, ada apa denganmu? Kau harus menjaga sikapmu!"

"Mama, aku hanya ingin memelukmu. Aku merindukanmu."

"Jangan mengatakan omong kosong. Bukankah ini jadwalmu untuk kelas etika? Pergilah! “

"Aku sudah menguasai etika. Tidak bisakah aku bersama mama hari ini?"

"Kau bilang sudah belajar etika, tetapi kelakuanmu tidak menunjukkannya. Jangan menbuatku merasa malu. Dimana Ye Meylin? Apa dia tidak mengurus jadwalmu dengan baik?"

Halbert Gao hendak mengatakan sesuatu, tetapi Fallin Ma justru memanggil pelayan. "Pergilah, kau harus memperhatikan setiap tindakanmu, Halbert Gao!"

Fallin Ma meninggalkan anak itu. Halbert menatapnya dengan tatapan yang rumit dan juga dalam. Dia masih berdiri di tempat itu sampai punggung ibunya tidak terlihat lagi.

     Para pelayan lain diam-diam menyindir sikap dingin Fallin Ma. Mereka menjuluki nyonya mereka sebagai ibu dan istri yang tidak berperasaan. Sikap Fallin Ma selalu dingin pada putranya ataupun pada suaminya sendiri. Ia bahkan tidak pernah memanggil putranya.

“Apa kalian hanya bisa bergosip? Behenti berbicara buruk tentang mama!”

Halbert Gao tidak bisa menahan diri mendengar sindiran kasar tentang mamanya.

“Mama cukup berbaik hati mempertahankan kalian. Kau tahu, aku bisa saja memecat kalian!”

Para pelayan itu gemetar melihat tatapan mata hitam kelam yang tajam milik Halbert Gao. Mata hitam kelam yang dia warisi dari ibunya.

Halbert mulai memikirkan sesuatu sebelum akhirnya pergi ke ruang belajar. Pengasuhnya-Ye Meylin datang mendekatinya. "Tuan Muda, darimana saja anda? Ayo kita pergi ke kelas, jangan takut! Aku akan melindungi anda. Tidak akan ada yang akan melakukan kekerasan pada anda!"

Halbert memandang Ye Meylin lalu mengalihkan pandangannya. Pengasuhnya memang terlihat baik, tetapi dia merasakan sesuatu yang rumit. Namun, Halbert tidak mengatakan apapun padanya. Dia bukanlah Halbert yang dulu.

***

Fallin Ma berdiskusi dengan kepala pelayan.  Dia mengabaikan tatapan ketidaksukaan beberapa pelayannya.

“Apa kau sudah menyelidiki dengan tetail tentang guru etika tuan mudah Gao? Kejadian sebelumnya terulang kembali."

“Ya, nyonya. Saya sudah memeriksanya. Latar belakang madam Chu bersih dan bukan wanita yang keras!”

“Baguslah, tetapi jangan lengah. Halbert Gao adalah satu-satunya calon pewaris,  tubuhnya begitu berhaga.”

“Saya mengerti, Nyonya.”

***

Fallin Ma berada di balkon, dia memandang kedepan. Mansion utama milik keluarga Gao memang megah dan mewah, bahkan memiliki bunga-bunga indah yang tumbuh, tetapi mansion ini dikelilingi dengan tembok-tembok besar yang membatasi dengan lingkungan luar.  Mansion yang indah dan megah ini hanyalah penjara baginya.

Kehidupannya sebagai seorang Nona Muda telah membuatnya harus merasakan kehidupan yang ketat sejak usia belia. Setiap hal yang dilakukannya harus sesuai dengan aturan, dirinya tidak pernah merasakan kehidupan seperti anak pada umumnya yang bisa bemain kemanapun. Hari-harinya hanya terkurung di dalam rumah, ketika di sekolahpun, kebebasan tidak dapat dimemilikinya,  selalu ada pendamping disisinya. Hidupnya selalu dikekang.  Perasaan iri selalu menyelumutinya setiap melihat orang-orang yang bisa menikmati kebebasannya, mereka juga bisa menunjukkan perasaan mereka dengan bebas. 

Sungguh, berbeda dengannya, dia dilatih untuk mengendalikan perasaannya. Ia harus menekan ekspresi dan perasaannya agar orang lain tidak dapat menebak apa yang dipikirkannya. Pelatihan yang berat untuk menjadi calon istri yang sempurna, benar-benar membuatnya sesak. Sulit baginya menjaninys dan membuatnya  ingin menangis, tetapi  seorang Nona tidak boleh menunjukkan kelemahannya. Bahkan ketika  keluar untuk bersosialisasi dalam pesta. Penting baginya untuk  tetap menjaga postur untuk tetap tersenyum. Meskipun lelah, tetapi harus tetap tersenyum. Itulah sebabnya dia mulai menekan perasannya sendiri.

Kehidupan pernikahannya juga tidak lebih baik dari kehidupannya sebagai seorang Nona Muda, justru kehidupannya menjadi lebih menekannya. Ia merasa lelah untuk terus hidup terkurung seperti ini.