Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 2 : Moving to Fast

Keesokan harinya, Bersama rasa letih dan penat yang bergulir. Kedua sahabat itu pesta, melakukan rutinitas bebasnya seperti biasa. Siang tadi Lorna pindah, Namun, hingga saat ini Alexander belum mengetahui kedatangannya. Lagipula, pria itu memang jarang dirumah, ia asik dengan kegiatan nya sendiri.

"Olivia, stop it!"Lorna meraih botol minuman yang masih di pegang gadis itu. Ia mabuk berat.

"Kita harus merayakan semua ini Lorna,"Olivia terkekeh, perutnya terasa mual dan mencoba menggapai botol yang ada di tangan Lorna.

"Jangan bodoh, Alexander bisa mengusirku jika tahu kau begini,"

"Aku selalu kesepian di mansion itu selama ini Lorna, Alex membatasi ku!"Olivia tampak mabuk, ia melimpahkan perasaannya membuat Lorna harus menahan hasratnya untuk minum kembali. Ia tidak ingin mabuk seperti Olivia.

"Olivia, ayo kita harus pulang sebelum Alexander melihat mu!"Lorna meletakkan botol minuman Beralkohol itu di pinggir meja berusaha membawa Olivia masuk ke mobil. Mereka bahkan sudah keluar seharian ini dan berakhir di sebuah club malam berkelas tinggi.

"Ayolah Lorna, sebentar lagi. Alexander tidak akan pulang jam segini. Sedikit lagi-"

"Tidak. Kita harus pulang sekarang,"Lorna melangkah membawa tubuh Olivia sambil menyeretnya. Itu terasa berat.

"Perlu bantuan?"tawar seseorang sambil melempar senyuman. Suara pria itu cukup kuat mencoba menyaingi suara music di dalam ruangan.

"Tidak, aku bisa sendiri."Lorna menjeling sambil melewati pria itu tanpa peduli.

Srakk!!

Pria itu mencengkram lengan Lorna dan seketika tubuh gadis itu terhenti tanpa melepas pegangannya terhadap Olivia.

"Lepaskan aku, Jace!"ucap Lorna hanya bisa di pahami pria tersebut dari gerak bibir Lorna. Suara music semakin berisik membuat mereka sulit berkomunikasi.

"Ayolah Lorna, jangan keras kepala. Olivia mabuk berat,"Jace bicara sekuat nya berharap bisa membantu gadis itu untuk keluar di tengah kerumunan pemabuk.

"Aku sudah bilang, tidak butuh bantuan mu!"Lorna mendorong tubuh Jace melewatinya dan menarik Olivia sekuat tenaga. Jace menggeleng kepala, menggigit bibir sedikit melihat betapa sulit ia mengendalikan gadis tersebut.

"Lorna..."panggil Olivia dengan suara pelan saat mereka sampai di parkiran mobil.

"Olivia, aku sudah katakan jangan sampai mabuk. Kau-"

"Aku tahu Jace menyukai mu..."potong Olivia sambil terkekeh, ia bersama melepaskan tangannya dari cengmaraman Lorna dengan tubuh lemahnya.

"Jangan gila, dia stepbrother ku sekarang." Lorna menolak, mencoba menjelaskan hal yang di luar nalarnya.

"Tapi tetap saja, dia mencintai mu Lorna,"Olivia menjelaskan terengah-engah menahan rasa mualnya.

"Sudahlah, kita harus pulang sekarang!"Lorna kembali menarik tubuh sahabatnya itu, memegang pinggulnya dan menarik semakin dekat ke arah mobil.

"Aku menyukai Jace!"Olivia berbisik dan kedua mata mereka segera bertemu. Ada rasa bersalah di hati kecil Lorna karna pembicaraan mereka tadi.

"Olivia, kau mabuk. Cepat masuklah,"Lorna membukakan pintu mobil lalu memasukkan tubuh kecil itu kedalam sana. Ia meremas rambutnya lalu melirik ke arah Jace yang menatap tidak jauh darinya.

Dengan cepat Lorna melangkah ke arah kursi kemudi, tiba-tiba ujung sepatu tingginya mengenai kerikil kecil memaksa tubuhnya kehilangan keseimbangan. Ia berpegang pada sudut mobil lalu merasakan pinggungnya seperti tertahan sesuatu.

"Jace!"suara Lorna terasa berat saat menyadari pria itu merangkulnya. Dua detik mata hazel itu menatap wajah Jace lalu berpindah ke arah Olivia lewat kaca mobil yang samar.

"Kau tahu, apa yang di katakan Olivia soal perasaan ku itu benar,"Jace berbisik sambil mengedarkan pandangan ke arah Lorna yang spontan mendorong kuat tubuh pria itu.

"Dan kau tahu, aku membencimu dan ibumu Jace!"Lorna berpaling, melangkah kembali ke tujuannya dan masuk ke mobil tanpa perduli.

"Olivia....!"panggil Lorna pelan berharap apa yang baru saja ia lihat itu tidak akan menjadi masalah untuk mereka, beruntung wanita itu tampak tertidur di tempatnya. Sungguh- Lorna baru mengetahui perasaan Olivia terhadap Jace.

Lorna menekan klakson mobil sekuat nya saat Jace masih berdiri di depan sana. Ia langsung menekan gas mobil cukup kuat saat pria tersebut menepi.

__________________

Lorna memasuki kawasan mansion yang di jaga ketat oleh bodyguard. Wajah Lorna tampak khawatir dan pintu besar itu langsung terbuka lebar saat mobil sport Lorna berada di depan mansion.

"Tolong bantu aku!"Lorna tampak cemas, ia merangkul Olivia yang tampak tidak berdaya menuju kamarnya.

"Apa Alexander sudah pulang?"tanya Lorna pada seorang maid yang memakai seragam red-creame.

"Belum nona,"balas maid itu sesingkat mungkin sambil menggeleng.

"Baik. Jangan katakan apapun padanya tentang keadaan Olivia,"

"Baik nona,"

"Kau bisa pergi dan terimakasih atas bantuanmu."Lorna bicara datar tanpa melihat ke arah maid tersebut, ia hanya sibuk pada Olivia yang kini terbaring di tempat tidur. Ia harus mengganti pakaian Olivia dan merawatnya agar bau minuman tidak akan tercium di ruang kamar itu.

"Lorna..."panggil Olivia dengan suara pelan, ia berusaha membuka mata dan memegang mulut- menahan mual.

"Tidurlah, kita sudah-"

"Tolong ambilkan vitamin ku di kamar Alexander. Aku lupa mengambilnya tadi pagi,"mata Lorna membulat pekat, masuk ke dalam sana sama saja dengan bunuh diri. Ia tahu Alex tidak akan suka dengan hal tersebut.

"Aku akan meminta bantuan maid,"

"Tidak, mereka akan di pecat jika melakukan itu. Lagipula aku tidak bisa percaya mereka untuk masuk ke kamar Alex,"

"Olivia, tapi-"

"Please, "Olivia memotong, memasang wajah mengantuk sambil berharap pada Lorna. Gadis itu mengangguk dan terpaksa menuruti permintaan sahabatnya tersebut.

"Oh ya- lampu kamar nya pasti mati, saklarnya di sisi ranjang. Masuk saja dan lurus ke depan!"Lorna hanya diam mendengar itu semua, ia tidak tahu itu permintaan atau racauan orang mabuk. Tapi sungguh kalimat itu seperti perintah yang mengharuskan, Olivia butuh vitamin itu.

"Baiklah, aku akan mengambilnya dan tunggu sebentar,"Lorna memutar tubuhnya, melangkah ke arah pintu kamar lalu menuju kamar Alex dengan keraguan.

"Nona, kau sedang apa?"tegur seorang maid memandangnya dengan aneh saat gadis itu memegang gagang pintu kamar Alexander.

"Ahhh- vitamin. Olivia memintaku untuk mengambilkan vitaminnya di sini,"

"Hmm- berarti kau sudah dapat izin dari tuan Alexander," maid itu tersenyum lalu menunduk untuk berpamitan pada Lorna yang mencoba bersikap biasa.

"Aku harus cepat, sebelum Alex pulang,"Lorna menekan gagang pintu, masuk ke dalam ruang kamar yang membuatnya terkagum-kagum.

"Beautiful,"guna Lorna melihat seluruh isi kamar Alex yang memukau. Tidak diisi dengan banyak interior tapi terhubung dengan kolam besar yang terpusat pada pemandangan luar mansion.

"Beautiful, wajar saja pria itu menyukai kegelapan,"Lorna tersenyum dan memilih untuk tidak menghidupkan lampu, ia bisa mencari vitamin Olivia dalam keadaan samar.

Gadis itu mendekati salah satu interior, menyentuhnya satu persatu dengan penasaran.

Sraakkkk!!!

Tiba-tiba kaca besar yang ada di hadapan gadis itu terbuka, membuat Lorna terkejut dan melihat sebuah ruangan yang tampak seperti walk in closet.

"Oh my God!"Lorna memasuki ruangan itu dan tiba-tiba pintu itu tertutup, namun gadis itu mengabaikannya dan hanya fokus pada barang-barang super mahal yang ada di dalam sana.

"Olivia ada di rumah?"tanya Alex sambil menatap tajam salah satu maid.

"Ya tuan, nona Olivia sepertinya sudah tidur."jawab wanita berumur sekitar 32 tahun itu, Alex mengangguk lalu memutar tubuh menuju tempat yang paling nyaman di mansion tersebut.

Alexander memasuki kamar, menguncinya dari dalam hanya dengan sebuah card. Ia melepas seluruh perkakas yang terpasang di tubuhnya dan membungkusnya hanya dengan handuk.

Srakkkk!!!

Ruang walk in closet terbuka dan segera mungkin langkah kaki pria bermata coklat itu masuk ke sana. Lorna menyadari itu dan mencoba mematikan lampu ruang tersebut.

"Kenapa lampu ruangan ku mati?"Alex mengedarkan pandangan tampak waspada dan melangkah ke arah saklar lampu ruangan yang penuh dengan barang branded tersebut.

Prangggg!!!

Sesuatu jatuh membuat Alex yang sangat sigap mampu menangkap sosok yang tidak jauh darinya, pria itu memegang kuat lengan Lorna dan membalikkan tubuh gadis itu kebelakang menghadap tembok.

Ctakkk!!!

Alexander berhasil meraih saklar dan menghidupkan lampu. Setelahnya, ia memutar tubuh Lorna menghadap ke arahnya hingga ia bisa sangat jelas menatap mata hazel gadis itu. Keduanya terkejut dan Lorna hanya menelan ludah dalam ketakutan. Suara baritone dan napas Alex begitu memburu dan siap membunuh siapapun yang mencoba mengusiknya.

___________

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel