Pustaka
Bahasa Indonesia

Terpaksa Menikahi CEO Sainganku

108.0K · Tamat
White Lotus
100
Bab
867
View
9.0
Rating

Ringkasan

" Aku tidak menyangka demi mendapatkan perhatianku, kau menjebakku san diam-diam memanfaatkan tubuhku untuk memiliki anak dariku,"cibir Henry. Pria itu menatap dengan penuh ejekan. *** Dua orang yang saling bermusuhan harus menikah karena memiliki seorang anak. Sampai berapa lama hubungan tanpa cinta ini akan bertahan atau mereka akan segera saling jatuh cinta? Apa hadirnya seorang anak akan mempererat hubungan mereka atau mereka semakin larut dalam kebencian?

Pengembara WaktuPresdirWanita CantikRomansaMetropolitanBillionaireSweetAnak KecilSalah PahamFlash Marriage

Chapter 1 Dipermalukan

"Tidak! Keputusan macam apa ini?!" Teriakan keras menggema di gedung pertemuan. Wanita cantik bermata gelap itu-Regina menentang keras keputusan akhir perusahaan saingannya menjadi pemenang tender proyek pembangunan hotel ini, "CEO Kim, bukankah menurut anda, apa yang perusahaan Grace tawarkan lebih baik daripada perusahaan Jian, tapi kenapa Anda justru memilih CEO Jian untuk bekerja sama, bukankah awalnya kita sudah sepakat?"

"Mempertanyakan keputusan klien sangatlah tidak profesional, Nona Tan." Pria itu-Henry Miller Jian, seorang pria dengan penampilan yang sempurna, rambut hitam lembut yang tertata rapi menunjukkan wibawanya, wajah tampan dengan rahangnya tegas dan kulit putih, alisnya tebal dan memiliki mata cokelat almond dengan tatapan tajam. Bibir tebalnya ditarik keatas menunjukkan hinaan. "Namun, bisa dipahami. Anda baru saja masuk ke dunia bisnis."

Regina menatap ke arah pria itu. Tangan lentik yang cantik mengepalkan tangannya. "Tenang! Aku tidak bisa membuat keributan yang akan membuat pria ini senang." Regina mencoba menenangkan dirinya.

Regina terlalu marah untuk mengatakan apapun. Dia hanya bisa membiarkan saingannya menang kali ini. Dia berbalik begitu saja melewati orang-orang yang masih ada di sana. Sebuah cacian tertangkap telinganya. "Sudah jelas Tuan Jian akan menang, lagipula perusahaan tidak cukup gila memberikan proyek ini pada seorang wanita sebagai penanggungjawab. Lebih baik kalah dengan terhormat dari Tuan Jian daripada kalah dari seorang wanita seperti putri dari keluarga Grace-Tan."

Regina menggertarkan giginya, menahan amarahnya Ini hal yang biasa baginya untuk dibandingkan dengan Henry. Meskipun kedua keluarga Grace-Tan dan Jian memiliki pengaruh kuat di industri perusahaan investasi ini, tapi Henry yang sering lebih unggul darinya membuat orang-orang memandang rendah Regina. Kebencian Regina semakin besar.

"CEO Tan, apa kau akan pergi tanpa mengucapkan selamat padaku?" Henry menghalangi jalan Regina. Pria itu lagi-lagi menujukkan senyum yang membuat Regina jengkel.

"Selamat untukmu, CEO Jian yang memenangkan dengan kecurangan," ucap Regina dengan senyum palsu.

"Curang? Aku tahu kau merasa iri, tapi menuduh curang itu sama dengan pencemaran nama baik. " Henry mengucapkan dengan nada tajam.

"Jika bukan curang lalu apa? Kau awalnya tidak ada dalam daftar, tiba-tiba kau datang dan memenangkan Tender proyek ini. Kau sudah memiliki banyak proyek besar, apa masih tidak cukup untukmu?"

"Tentu saja itu tidak cukup, sebelum aku memilki project basar yang kau inginkan dan melihat wajah kekalahanmu." Henry menunjukkan senyuman di bibirnya.

"Apa begitu menyenangkan untuk merebutnya dariku?" Regina menahan amarahnya.

"Ya, sangat menyenangkan. Melihatmu kalah adalah kesenangan bagiku. Bukankah kau sudah terbiasa kalah dariku. Baik di masa sekolah atau sekarang, berada di bawahku Itulah posisi yang tepat untuk seorang wanita." Henry mengeraskan suaranya yang membuat. orang-orang disekitar tertawa mengejek Regina.

"Henry Miler Jian, kau bisa berbangga diri kali ini, aku peringatan, akan ada hari di mana kau tidak bisa lagi mengangkat wajahmu dengan sombong karena merasa malu," ucap Regina dengan tajam.

Henry justru tertawa. "Ya, aku aku menunggu bagaimana Nona Regina mempermalukanku."

Regina mengepalkan tangannya erat. Dia ingin menonjok wajah sombong itu, tapi dia harus mempertahankan citranya. Dia melangkahkan kaki untuk pergi.

"Hei, ambil ini." Henry Melemparkan sesuatu yang memukul punggung Regina. Wanita itu berbalik dan melihat undangan yang ada di lantai.

"Aku tahu kau menginginkan undangan acara makan malam yang dihadiri oleh target clientmu, kan? Aku dengan senang hati memintakannya untukmu."

"Kenapa kau memberikannya padaku? Hal apa yang kau rencanakan" Regina menatap dengan curiga.

Henry mengambilnya dan meletakkan di telapak tangan Regina. "Terima saja. tidak perlu banyak tanya. Siapa tahu kau ingin membalasku." Henry dengan cepat meninggal ruangan itu. Regina menatap undangan itu cukup lama.

***

Regina yang mengenakan gaun malam berwarna biru gelap dengan lengan yang memamerkan bahunya yang indah, datang ke pesta sendirian. Tanpa sadar pandangannya terarah pada Henry.

Regina langsung membalikkan badan. "Kenapa aku harus melihatnya lagi? Pria itu pasti akan mengolok-olokku." Tidak ada hal baik terjadi setiap mereka bertemu. Regina ingin menghindari masalah. Lebih baik pergi sejauh mungkin.

Saat kakinya hendak melangkah, seorang anak tanpa sadar menarik perhatiannya. Penampilan anak itu terlihat familiar. Tatapan mata Regina terus mengikutinya.

Anak itu berdiri di depan Henry yang sedang berdiri sendirian. "Papa!"

Regina memperhatikan wajah pria itu dari jauh. Terlihat jelas wajah dingin Henry luntur dan tatapan mata tajam itu terlihat goyah. Kakinya dengan sendirinya berjalan mendekati kerumunan yang memperhatikan Henry.

"Siapa yang kau panggil papa? Aku tidak punya anak!" ucap Henry dengan tegas. Ekspresinya kembali dingin.

"Papa, aku Kevin Chares Jian, apa papa tidak mengenaliku? Aku sungguh anakmu. Aku bahkan memiliki nama belakangmu!" ucap Anak itu masih tidak menyerah. Matanya yang polos menatap dengan penuh harap.

"Apa aku hanya satu-satunya yang memiliki nama keluarga Jian? Kau cari saja, Jian yang lain!" Henry menanggapi dengan datar.

Regina merasa kasihan pada anak itu. Dia dengan cepat mengatakan hal yang membuat semua orang melihat ke arahnya. "CEO Jian, apa begitu sulit mengakui anak harammu di depan orang-orang? Lihat, anak itu begitu mirip denganmu, tapi kau masih ingin mengelaknya?"

Henry menatap wanita yang berada diantara kerumunan para tamu, dengan tatapan tajam. Wajahnya memerah karena amarah, "Regina Grace Tan! Ini ulahmu, kan?" ucapnya dengan nada tinggi. "Ini yang kau bilang saat itu untuk membalasku? Hanya karena kau kalah."

Regina tidak terima, "Apa? Aku tidak serendah itu. Kau hanya memanfaatkanku untuk menutupi dosa yang kau lakukan. Kau sendiri yang memiliki anak, kenapa melampiaskan padaku?"

Anak laki-laki itu tiba-tiba mengatakan sesuatu yang mengejutkan setelah menatap Regina begitu lama. "Mama, jangan marah pada Papa!"

Panggilan kata 'Mama' menarik perhatian semua tamu. Mereka lebih terkejut dengan apa yang anak laki-laki itu selanjutnya.

Anak itu yang mengaku bernama Kevin itu berlari dan mengenggam tangan Regina. "Mama, ayo kita pulang bersama." Mata bulat yang jernih itu menatapnya dengan lembut, tatapan yang asing bagi seorang Regina.