Bab.7. Dosen Baru di Lab. Mikrobiologi
"Baiklah. Kuliah hari ini cukup sekian, apa ada pertanyaan terkait dengan metode kultur jamur dan ragi?" tanya James ke seisi ruang kuliah 102.
Seorang mahasiswi cantik mengangkat tangannya. James mempersilakannya untuk berbicara.
"Profesor James, nama saya Dian Arum Pitaloka, apa media untuk kultur bakteri tidak dapat digunakan untuk menumbuhkan jamur dan yeast?" tanyanya sembari tersenyum manis kepada James.
Namun, James selalu bekerja profesional. Dia bukan tipe dosen genit sekalipun banyak kesempatan untuk menggoda dan digoda oleh mahasiswinya. Visualnya sangat menarik di mata kaum Hawa.
"Pertanyaan yang bagus, Dian. Jawabannya kurang cocok, sekalipun beberapa media bisa dipakai menumbuhkan jamur dan ragi. Jadi sebaiknya menggunakan media yang cocok supaya pertumbuhannya optimal," jawab James yang mendapat anggukan mengerti dari Dian.
"Terima kasih, Prof," sahut Dian, dia juga ngefans berat dengan Profesor James sama seperti seisi kelas yang mayoritas berjenis kelamin perempuan.
"Sama-sama. Oya, sepertinya waktunya sudah habis. Sampai jumpa lusa di kuliah Mikal berikutnya," ujar James sekaligus mengakhiri kuliahnya.
Mahasiswinya lebih tertarik memandangi wajahnya dibanding mendengarkan materi yang dia sampaikan. Itu sebenarnya mengesalkan, tapi lama kelamaan James pun terbiasa. Dia pun pernah menjadi mahasiswa yang ngefans kepada dosennya dulu. Malahan tergila-gila dengan Profesor Laura hingga insomnia bila tidak tidur bersamanya.
Dia memang memiliki beberapa problem kejiwaan terkait ketertarikannya pada mantan dosennya itu. James tidak mampu melihat pesona wanita lain selain Laura dan tingkat posesifnya sangatlah tinggi.
Sesampainya di ruang kantornya di Lab. Mikrobiologi, telepon di mejanya berbunyi. Itu pasti dari akademik atau dekanat, pikir James.
"Halo, Profesor James. Saya Prof. Isrina. Apa bisa ke kantor saya di dekanat sekarang?" ujar dekan FKH UGM itu.
"Halo, tentu Prof. Isrina, saya menghadap ke kantor Anda sekarang," jawab James lalu menutup telepon itu.
Dalam hatinya, James agak bingung karena tidak biasanya dia dipanggil menghadap ke dekan. Apakah ada masalah terkait pekerjaannya? pikir James.
Sesampainya di ruang kantor dekan, James melihat seorang wanita muda duduk di salah satu kursi menghadap Prof. Isrina juga. Dia tidak mengenalinya.
Wanita muda itu berambut hitam legam lurus, alis dan bulu matanya lebat, hidungnya mancung, bibirnya tidak terlalu tebal terpulas lipstik warna pink natural. Tubuhnya ramping dan molek. Dia mengenakan blouse sutra putih dan rok sepan warna pink pastel yang membuatnya tampak muda dan segar.
"Selamat pagi, Prof," sapa James kepada Prof Isrina.
"Selamat pagi. Silakan duduk dulu, Profesor James. Saya memiliki beberapa hal yang harus saya sampaikan ke Anda," jawab Prof. Isrina yang membuat James semakin penasaran, apa berhubungan dengan wanita muda yang duduk di sebelahnya ini? pikir James.
"Baik, begini Profesor James. Kenalkan dulu, ini Fransiska Denisa Mulyono, keponakan saya, anak kakak sulung saya," ujar Prof. Isrina.
Dia bersalaman dengan wanita muda itu yang menyebut nama panggilannya 'Siska'. James tersenyum sopan lalu menghadap ke arah Prof Isrina kembali untuk menyimak penjelasannya.
"Dik Siska ini baru lulus S2 dengan fokus bidang Mikrobiologi. Dia ingin mengambil S3 di UGM di bidang yang sama. Jadi saya akan menempatkannya di Lab. Mikrobiologi untuk membantu pekerjaan Profesor James. Kita berdua tahu bahwa Prof. Widya akan pensiun tahun ini. Saya rasa kehadiran Dik Siska akan meringankan beban Anda," terang Prof. Isrina.
"Ohh ... saya mengerti, Prof. Kapan Dokter Siska akan mulai bekerja? Apakah akan dilibatkan dalam mengajar kuliah mahasiswa?" tanya James agar dia dapat mengatur pembagian materi kuliah dengan Siska.
Profesor Isrina senang karena James cepat tanggap, dia pun menjawab, "Silakan diatur pembagian tugas mengajar dan praktikumnya, Prof. Dik Siska ini nantinya akan jadi pengajar tetap juga di kampus kita. Untuk studi S3 nya juga saya berharap Anda bisa membimbing dia."
"Baik, Prof. Isrina, saya mengerti apa yang harus saya kerjakan kalau begitu. Apa ada lagi yang perlu saya ketahui, Prof?" sahut James dengan resmi dan sopan.
"Seperti sudah semua untuk sementara, Profesor James. Saya nitip keponakan saya ya untuk dibimbing," pesan dekan FKH UGM itu kepada James.
"Siap, Prof. Saya akan usahakan yang terbaik untuk membantu beradaptasi di Lab. Mikrobiologi. Kalau begitu saya permisi, Prof!" ujar James lalu berdiri dari kursinya.
"Saya juga permisi, Bu Lik. Terima kasih atas bantuannya," ucap wanita muda itu seraya cipika cipiki dengan Prof. Isrina.
James merasa harus berhati-hati dengan Siska karena sepertinya hubungan wanita muda itu dengan sang dekan dekat.
Mereka berdua pun berjalan bersisian melewati koridor Lab. Patologi Klinik dan Lab. Parasitologi lalu menuju ke Lab Mikrobiologi.
"Bang, ini siapa?" tanya Reynold yang baru saja keluar dari lift lantai 2.
"Kenalin, Rey. Ini Dokter Siska, lulusan S2 yang akan lanjut studi S3 di bidang Mikrobiologi," jawab James memperkenalkan Reynold dengan Siska.
"Saya Dokter Reynold, kantor saya di Lab. Parasitologi," ujar Reynold tersenyum sambil berjabat tangan dengan Siska yang sepertinya takjub memandang wajahnya.
"Saya Siska, Dok. Lulusan Unair S1 dan S2, tapi untuk S3, saya penginnya sekolah di FKH UGM," jawab Siska.
'Wah, dosen di sini kok bening-bening amat ya?! James dan Rey, dua-duanya guanteng maksimal. Jadi semangat buat sekolah dan kerja deh. Hihihi,' batin Siska dengan riang.
"Ehh ... udahan dulu ya, kenalannya disambung pas jam istirahat makan siang aja ya. Dokter Siska, kita ke Lab. Mikrobiologi dulu di gedung seberang jembatan itu," ujar James. Dia membatin, 'apa Rey naksir sama Siska ya? Baguslah ... daripada Rey terus menerus merecoki hubunganku dengan Laura.'
"Sampai jumpa, Dokter Rey," pamit Siska lalu berjalan lagi menuju Lab. Mikrobiologi bersama James.
Akhirnya mereka berdua sampai di Lab. Mikrobiologi. Di samping ruang kantor James memang ada ruang dosen yang masih kosong, jadi dia memberikan ruangan itu untuk kantor Dokter Siska.
"Kantornya di sini ya, Dokter Siska. Sudah bisa ditempati mulai hari ini. Oya, ikut ke ruang saya dulu ya, ada beberapa hal yang perlu saya terangkan," ujar James dengan sopan dan resmi. Bagaimanapun juga dia berurusan dengan keluarga dekan FKH UGM.
Sesampainya di ruang kantor James, mereka berdua duduk berhadapan. James mencari file pembagian jadwal mengajar dosen Lab. Mikrobiologi dan materi kuliah.
"Prof, kalau ngobrol denganku nggak perlu terlalu resmi. Kita 'kan rekan kerja yang akan ketemu tiap hari, udah gitu usiaku lebih muda lho ...," ujar Siska menatap James dengan mata berbinar yang membuatnya mendadak gelisah.
'Mateng dah! Aku paling males kalau dapat rekan se-lab. cewek, pasti ujung-ujungnya bakal digodain!' batin James dengan kesal.
"Oke," sahut James singkat lalu menjelaskan jadwal dan materi kuliah Lab. Mikrobiologi untuk Siska.
"Profesor James sudah mengajar berapa lama di sini?" tanya Siska yang sepertinya kepo dengan calon bosnya itu.
"Sudah tahun kedua sih mau menginjak tahun ketiga, kenapa?" balas James dengan nada datar nan dingin seperti biasanya tanpa menatap Siska. Dia sedang membaca judul-judul berkas thesis dan skripsi mahasiswa bimbingannya.
"Lho, umurnya berapa dong, Prof? Belum 30 tahun ya?" tanya Siska lagi kepo.
James berdehem tak nyaman. "29, tahun ini."
"Oohh ... muda sekali jadi profesor, keren iihh! Aku sekarang 26 tahun sih. Apa Prof. sudah punya istri?" kejar Siska dengan agresif.
'Kok jadinya bahas urusan pribadi sih!' batin James tambah jengkel.
"Sudah menikah dan punya anak 2 cowok semua," jawab James dengan sengaja agar Siska tahu dia tidak punya kesempatan pedekate.
"Wah, jagoan dong! Kalau anaknya cowok berarti pas bikinnya itu ceweknya puas banget lho, Prof!" komentar Siska dengan heboh.
Sontak James terbatuk-batuk mendengar ucapan Siska yang membuatnya terkejut bercampur tak nyaman dengan pembicaraan mereka yang melenceng jauh.
"Minum dulu, Prof. Lagi batuk ya?" ujar Siska perhatian mengambilkan gelas air putih di meja James. Dia pun berjalan ke sisinya dan menepuk-nepuk punggung James.
Dengan jengah James menepis tangan Siska, dia merasa wanita muda itu sangat agresif. "Tolong ... jangan pegang-pegang, nanti orang bisa salah paham! Istriku juga dosen di kampus FKH UGM."
"Oohh ... siapa namanya, Prof? Nanti saya kunjungi lab.nya," sahut Siska dengan santai.
James mendesah lelah sembari memijat pelipisnya yang mendadak seperti migrain karena ulah Siska. Dia jadi rindu pada istrinya yang kalem dan anggun. Siska memang cantik dan penampilannya tak bercela, tapi attitude wanita itu jelas tidak sepadan bila dibandingkan dengan Laura.
"Dia Prof. Laura, kantornya di Lab. PA. Jangan nanya yang aneh-aneh ya kalau ketemu dia!" pesan James sedikit cemas.
