Pustaka
Bahasa Indonesia

Terjerat Gairah Tuan Muda

66.0K · Tamat
Black Sky
60
Bab
4.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Karena rasa benci di masa lalu, Arga memberikan pelajaran dan tidak sengaja menghamili Ruby. Karena perbuatannya itu Arga harus bertanggung jawab untuk menikahi Ruby walaupun mereka kini masih menginjak usia sekolah. akan kah setelah menikah benih cinta akan perlahan tumbuh diantara mereka? atau justru rasa benci akan semakin besar di antara mereka?

Mengandung Diluar NikahPresdirTuan MudaRomansaFlash Marriage

BAB. 1 APA YANG KAU LAKUKAN!

Jakarta International Highschool, sebuah sekolah swasta yang dibangun seorang pengusaha kaya dikota itu dan mendapat suntikkan dana yang besar dari beberapa pengusaha lainnya. Sekolah yang dibangun 20 tahun yang lalu itu memang dikhususkan untuk anak anak pejabat, pengusaha kaya, beberapa anak pindahan dari luar negri dan artis-artis muda.

Karena fasilitas dan biayanya yang cukup lengkap dan mahal, maka memang hanya mereka lah kaum elit yang mampu menyekolahkan anak-anak mereka disana.

Tidak itu saja, anak-anak borjuis itu juga harus menjalani beberapa test masuk untuk dapat belajar disana. Kalau hanya kaya saja jangan harap dapat lolos masuk Jekarda International Highschool, karena sekolah itu memang dibuat untuk mendidik secara khusus anak-anak orang kaya yang juga smart agar siap mengemban tugas orang tua mereka suatu hari nanti.

Disana terdapat banyak sekali kegiatan ekstrakurikuler yang juga banyak, seperti menari, belajar musik, menyanyi, pecinta alam dan masih banyak lagi. Bahkan lebih tepat jika itu disebut sebuah tempat les. Karena memang satu kegiatan akan dibimbing oleh guru yang memang sudah ahli dibidangnya

Satu kegiatan yang cukup populer adalah pecinta alam, setiap tiga bulan sekali klub itu pasti akan mengadakan pendakian bersama dan melakukan kegiatan sosial didaerah pendakian. Kegiatan biasanya akan ditutup dengan pesta api unggun bersama.

Seperti malam itu. Ditengah canda, gelak tawa juga gitar yang mengiringi nyanyian siswa Jekarda International Highschool di depan api unggun yang besar dan menghangatkan orang disekitarnya, menyamarkan suara teriakan permintaan pertolongan dari seorang gadis muda yang merupakan salah satu siswinya.

"Tolooong... lepaskan! Lepaskan aku! Bajingan!" Teriak seorang gadis, ditengah gelapnya tenda perkemahan yang hanya diterangi pantulan cahaya dari api unggun diluar sana.

Sipemilik suara itu memohon agar pemuda yang mencengkeram kedua pergelangan tanganya dan menindih perutnya segera melepaskan dirinya. Tapi seolah tuli pemuda beriris Saphire itu tetap mencengkeram tangan mungil yang tenaganya tak sebanding dengannya, dan beberapa detik kemudian berhasil mengoyak pakaian sang gadis yang masih terus berusaha melepaskan diri.

Lalu tanpa persetujuan gadis bernama Ruby itu, pemuda diatasnya mulai mengecup bibir berwarna peach dengan aroma buah cherry miliknya, menggigitnya dengan gemas lalu berlahan pemuda itu menenggelamkan kepalanya dileher putih tanpa cacat Ruby. Kemudian menjilati sesuka hatinya sambil meremas dadanya yang cukup besar.

Tak ketinggalan beberapa kiss mark yang tipis ia buat disana, beberapa saat kemudian bibirnya kembali bergerak menuruni leher hingga kepundak Ruby. Mengecupnya berkali-kali lalu semakin turun di dadanya dan melahap pucuk kemerahan Ruby yang langsung membuatnya menegang.

"Aahh! Lepas! Brengsek! Menjijikkan!" Tangis Ruby, menjambak rambut hitam pemuda yang sedang asik bermain dengan puncak dadanya yang kecil, ia tampak menikmati mempermainkan bulatan yang merupakan salah satu titik rangsang wanita itu, memang sangat menggemaskan bagi siapapun yang menyentuhnya.

Pemuda 17 tahun berambut acak yang kekinian itu kesetanan mendapati gadis yang tengah berusaha diperkosanya meronta, dan mulai menteskan bulir bening dari mata emerald-nya yang unik. Entah kenapa pemandangan itu semakin membuat miliknya dibawah sana menegang sekaligus sakit tak nyaman terhalang jeans yang dipakainya.

"Aku mohon Aga! Jangan sakiti aku," Tangis gadis itu semakin menjadi, dia ketakutan melihat pemuda bernama Aga yang merupakan teman sekolahnya menyeringai bagai binatang buas yang siap mengoyak tubuhnya. Iris biru langit yang biasanya teduh itu kini tajam menatapnya. Nafas beraroma alkohol dari deru nafas Aga semakin membuat nyali putri seorang pengusaha property itu menciut.

"Kau bisa diam tidak?! Sialan!" bentak Aga saat kaki Ruby hampir lepas dari apitan kedua pahanya.

"Aku mohon, lepaskan aku... aku mohon..." Ruby terus menangis, bergerak-gerak sekuat tenaga agar terlepas cengkeraman tangan kuat Aga. Tapi semakin ia bergerak, gerakan penolakanya semakin melemah.

Pucuk dada basah Ruby terasa dingin tertiup udara yang masuk dari luar tenda saat Aga melepaskannya. Ada sedikit rasa lega saat Aga menjauhkan tubuhnya dari tubuh Ruby.

Tapi kenyataannya tak sesuai harapan, Ruby merasakan sesuatu yang asing baginya menyeruak, memaksa masuk ke area intimnya.

Membelalak saat sesuatu dibawah sana terasa perih karena hal itu, "Aaaaaah! Saaakittt...!" Pekikan itu meluncur dari bibirnya yang tipis, kepalanya mendongak memperlihatkan bekas ciuman Aga beberapa saat yang lalu, gerakkan reflek yang tidak ia sengajai itu malah membuat Aga semakin gemas padanya dan menanamkan kepunyaannya semakin dalam.

"Hiks... Ayaaaah..." Tangis keputusasaan Ruby memecah ditengah gerakkan Aga yang sedang menikmati penyatuan paksa mereka.

Iya, kumbang jantan itu hinggap dan menghisap sari dari bunga itu dengan paksa, lalu sang bunga pun layu setelahnya.

Aga terus menggerakkan tubuhnya in, out kedalam tubuh Ruby yang sekal. Ia bergerak semakin cepat dan cepat, ia mengejar sesuatu yang didambakan sejak tadi. Tak ada penolakkan berarti dari gadis itu, ia pasrah. Percuma saja menolak sekuat tenaga, ia tak mampu, ia sudah kehilangan kesucian yang telah dijaganya selama ini.

"Nnnggggghh!" Geram Aga setelah beberapa saat, hasratnya hampir tersampaikan. Ia terus menggerakkan tubuhnya dengan keras, cepat dan kuat membuat tubuh Ruby berguncang. Gadis itu menangis, memohon pada Aga untuk berhenti tapi tak dihiraukan padahal kewanitaannya terasa begitu perih. Sampai ia tak sadar kuku-kuku-nya menancap dipunggun Aga, membuat sebanyaknya sepuluh goresan dipunggung pemuda itu.

"Ssssshhh! Aarrrgghh!" Satu gerakan terakhir Aga itu sangat kuat, ia rasakan sesuatu dari dalam tubuhnya mengalir mengisi rahim Ruby yang terlihat begitu shock atas apa yang dilakukan Aga. Aga yakin, gadis itu juga merasakan cairan hangat itu membasahi rahimnya.

Seringai wajah Aga memancarkan kepuasan, kepuasan saat dirinya berhasil menyakiti Ruby yang masih menangis dibawahnya. Dalam hatinya sangat puas telah berhasil memberi pelajaran untuk gadis yang membuatnya gagal mewakili sekolah dalam olimpiade kimia tingkat National. Karena hanya dengan mengikuti lomba itu dia setengah berhasil membuat segalanya akan dipenuhi Ayahnya.

'Greep!' Sebuah tangan kekar yang lainya mencengkeram pundak kanan Aga dan secepat kilat membalikan tubuh Aga menghadiahinya bogem mentah diwajahnya yang tampan. Tubuh Aga terjatuh disamping Ruby, gadis itu beringsut menutupi tubuhnya dengan jaket tebalnya.

"Cih! Dasar bodoh! Brengsek!" Cerca pria bermata Obsidian yang baru saja datang. Tapi kedatangannya terlambat, Aga sudah berhasil menodai gadis yang tadinya masih suci itu.

"Sial kenapa ka-!" Aga terkejut melihat siapa yang memukulnya. Belum sempat mengucap sebuah kata, satu tinju dilayangkan lagi kewajah Aga. Membuat wajahnya yang tampan menghadap kesamping dan terdapat sedikit darah disudut bibirnya, perih.

"Hn?!" Masih dengan tatapan membunuh, pemuda bernama Arslan yang baru saja datang tak menjawab Aga. "Kau menjijikan Nugraha!" Suara baritone Arslan memenuhi tenda yang lumayan luas itu. Aga tak menyangka sahabatnya akan datang menghajarnya.

"Dengarkan aku, Ar..."

"Cepat bereskan pakaianmu, atau mereka akan segera datang untuk membunuhmu!" Arslan memotong kalimat Aga, dan berlalu keluar dari tenda begitu saja tidak memperdulikan Ruby yang masih terisak disudut tenda.

Aga bangkit sedikit sempoyongan, alkohol yang tadi diminumnya ternyata masih memberikan efek pusing yang belum juga menghilang. Sebelum dia benar-benar pergi meninggalkan Ruby, ia menoleh kearah Ruby yang masih ketakutan. "Kau! Wanita brengsek!" Tatap Aga penuh kebencian, lalu pergi meninggalkan Ruby yang menatapnya dengan putus asa.