Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

KESABARAN SETIPIS TALI BEHA

Ethan berdecak kesal saat Bos nya mematikan telpon itu begitu saja. Kekesalan Ethan semakin bertambah saat melihat wajah Adaline yang yang bossy.

Dalam hati, Ethan sudah berprasangka buruk terhadap Adaline. Pasti gadis ini tidak lebih dari seorang gadis manja yang akan merepotkannya.

"huuuff! Come on, Ethan Ini hanya untuk satu hari saja! Besok semua akan kembali membaik." Ujar nya menyemangati diri nya sendiri.

"Kamu mau kemana? Tolong kau antarkan aku ke rumah sakit!." Perintah Adaline pada Ethan.

“Rumah sakit ibu mu sudah aku pindahkan.” Jawab Ethan dengan wajah datar nya.

“Kalau begitu, antarkan aku ke rumah sakit tempat dimana mommy ku di rawat saat ini.” Ujar Adaline lagi.

“Tidak bisa.” Jawab Ethan yang bahkan lebih singkat dari jawaban Ethan sebelumnya.

“Kenapa? Kenapa kau tidak mau mengantarkan ku ke tempat mommy ku di rawat?? Kau tahu kan kalau mommy ku sedang berjuang hidup dan mati saat ini sendirian di sana? Kenapa kau malam melarang ku!” Sembur nya sangat marah pada Ethan.

“Karena ibu mu sedang berjuang hidup dan mati di sana lah maka aku tidak ingin kau pergi. Aku tidak ingin orang-orang yang mencari mu dan ibu mu mengetahui kalau ibu mu di rawat di rumah sakit itu. Sebab saat ini, keberadaan ibu mu di rumah sakit itu sedang aku rahasiakan.” Ujar Ethan.

Adaline terdiam mendengarkan penjelasan Ethan. Dia memang tidak tahu kalau ibu nya telah di pindahkan ke rumah sakit lain. Dan keberadaan ibu nya di rumah sakit itu saat ini tidak ada yang mengetahui. Dan semua hal itu ternyata pria berwajah es ini lakukan untuk melindungi ibu nya Adaline.

“Baiklah kalau begitu.” Ucap Adaline pelan dan tidak lagi memaksa Ethan untuk mengantarkan nya ke rumah sakit.

Adaline melihat sepintas ke Ethan lalu setelah membulatkan tekad nya Adaline pun berkata kembali,” Kalau begitu, antarkan saja aku bertemu dengan Mr. Sean. Aku ingin bicara hal yang penting dengan nya.”

"Tidak bisa ! Mr. Sean tidak bisa menemui mu sekarang. Dia masih ada urusan penting." Ujar Ethan dengan tetap mempertahankan ekspresi wajah nya yang datar. "Mungkin besok dia baru bisa bertemu dengan mu. Jadi untuk hari ini kau bisa istirahat di rumah ku.” Lanjut Ethan.

“Dan ya, setelah kita sarapan aku akan mengantarkan mu ke hotel. Aku sudah meminta anak buah ku untuk mencarikan sebuah hotel dengan tingkat keamanan yang tinggi untuk mu. Selain itu, kau juga akan dijaga oleh anak buah ku. Sehingga kau tidak perlu bersusah payah tidur di sofa seperti tadi malam.” Tukas Ethan.

Ethan melirik ke arah Adaline dan dalam hati Ethan berdoa,"semoga dia lebih memilih untuk tinggal di hotel dari pada ke rumah ku!" Ethan terus memanjatkan doa nya. Sebab kalau sampai Adaline lebih memilih rumah nya dari rumah sakit maka sudah pasti Ethan akan selalu di repotkan oleh Adaline setiap hari nya sampai masalah Adaline ini teratasi.

"Apa hotel akan se-aman rumah mu?" Tanya Adaline, lalu turun dari sofa tempat dia tidur tadi dan menempatkan dirinya tepat di depan Ethan.

Karena Adaline tiba-tiba berhenti di depannya, Ethan menjadi kaget dan spontan melangkah ke belakang.

"Entahlah .. Yang pasti semua nya seperti yang telah aku katakan tadi." Jawab Ethan gugup, mengalihkan wajahnya ke tempat lain.

"Kalau kau saja tidak bisa memastikan nya, maka sebaiknya aku istirahat di rumah mu saja sampai semua masalah ini selesai." Sebut Adaline seenaknya, lalu berlalu dari Ethan yang masih diam di tempatnya.

"Oh Iya! Aku lapar." Seru Adaline yang tidak ada segan nya sama sekali dengan Ethan, padahal jelas-jelas semalam Adaline melihat bagaimana Ethan menghabisi semua orang yang membunuh semua orang jahat itu tanpa terlihat oleh mata telanjang manusia.

“Semoga hari ini dia tidak merepotkan ku.” Gumam Ethan pelan, mengikuti Adaline dari belakang.

***

Ethan dan Adaline pun beranjak menuju dapur Ethan.

Sama seperti tadi malam, suasana rumah Ethan sangat lah sunyi. Dia memang jarang meminta anak buah nya untuk masuk ke wilayah pribadi nya.

Anak buah Ethan hanya masuk untuk kepentingan penting saja misal nya seperti semalam. Semalam Ethan meminta anak buahnya untuk mempersiapkan berbagai jenis makanan dan minuman untuk Adaline. Hal ini Ethan lakukan agar diri nya tidak kerepotan dengan Adaline pasti nya.

Sesampainya di dapur nya Ethan

“Kalau kau ingin makan, semua nya sudah ada di atas meja makan. Kalau kau mau istirahat, kau bisa gunakan di kamar itu atau kau bisa kembali ke sofa yang tadi.” Terang Ethan pada Adaline sebab sebenarnya dia kabur sebentar dari biang sakit kepala nya itu.

“Tapi aku tidak biasa makan sendirian.” Ucap Adaline, kembali membuat ulah.

“Kalau begitu, kau bisa makan sambil menelpon teman mu!” celetuk Ethan yang ingin mengakhiri percakapannya dengan Adaline secepatnya.

“Aku tidak punya teman.” Jawab Adaline sambil menyilangkan tangannya di dada.

“Ck.. sudah ku duga!” seru Ethan, keceplosan bicara.

“Aku tidak punya teman, karena memang tidak ada yang satu level dengan ku.” Ketus Adaline, memandang Ethan dengan tatapan sombong nya.

“Jadi, mau tidak mau kau harus menemani ku makan malam.” Ujar Adaline.

"Ethan tenang lah! Ini hanya lah sebuah cobaan Ethan!! C-O-B-A-A-N!!" ujar Ethan pada dirinya sendiri, penuh penekanan.

Karena tidak ingin membuang -buang waktu berharga nya untuk berdebat dengan Adaline, akhirnya Ethan setuju untuk duduk di sana menunggui Adaline makan di ruang makan.

Adaline pun makan dengan hikmat, sementara Ethan sibuk dengan handphone nya. Tidak memperhatikan Adaline sama sekali.

Adaline sesekali melihat pada Ethan, yang terlihat terlalu sibuk menscrol dan mengklik sesuatu di layar handphone itu.

“Pria ini sebenarnya sedang apa? Kalau dikatakan dia sedang bekerja? Mana mungkin dia bekerja. Secara sedari tadi aku lihat hanya scroll layar lalu sesekali menuliskan sesuatu.” Pikir Adaline dalam.

“Apa dia sedang baca berita? Tapi kenapa tadi aku sempat melihat dia senyam senyum sendiri?” Gumam Adaline dalam hati yang semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya Ethan lakukan.

“Aku akan cek sendiri dia sedang ngapain? Secara dia kan seharusnya totalitas menjaga ku! Kenapa malah sepertinya dia malah sibuk dengan hal yang lain? Atau jangan-jangan dia sedang chatting dengan pacar nya?” Adaline menyipitkan mata nya, melayangkan pandangan tajamnya pada Ethan.

“Ehmmm Ethan, tolong buatkan aku jus.” Pinta nya yang sebenarnya hanyalah akal-akalanya semata agar Ethan pergi dan meninggalkan handphone itu di atas meja.

“Itu di sebelah mu. Kau tinggal pilih ingin jus rasa apa.” tunjuk Ethan dengan mulutnya tanpa menoleh pada Adaline.

Adaline pun melihat ke sebelahnya. Dan benar saja, di sana ada sebuah kulkas besar yang isinya ada beraneka ragam jus dalam cerek kecil yang terbuat dari kaca.

“Dia ini gila atau memang hidup sehat? Ngapain menyiapkan jus sebanyak ini?” Adaline jadi membatin sendiri setelah melihat beraneka ragam jus di dalam kulkas dengan kaca transparan itu.

“Heem.. aku lupa sesuatu. Aku ingin sambal tomat Ethan. Bisakah kau mengambilkannya untuk ku?” pinta Adaline lagi.

"Aku tidak menyerah untuk membuat mu meninggalkan handphone itu." Gumam Adaline dalam hati.

“Buka saja laci di dekat kaki mu! Segala jenis sambal ada di sana.” Jawab Ethan lagi, membuat Adaline mengumpat sendiri dalam hati sebab apa yang ia minta kembali bisa Ethan berikan tanpa harus menggeser pantat Ethan sedikit pun.

“Kalau kerupuk?” tanya Adaline yang sudah mulai Bete.

“Ada di belakang saus.” Jawab Ethan, cepat.

Adaline mendengus kesal lalu kembali bertanya benda yang lain pada Ethan.

“Aku ingin bon cabe.” pinta Adaline, berikut nya

“Di laci, di sebelah kiri mu.” jawab Ethan.

“Aku ingin garam.” Sebut Adaline lagi.

“Di belakang bon cabe.” Jawab Ethan tidak kalah cepatnya.

“Pepaya?” tanya Adaline lagi.

“Di dalam kulkas, di dalam tuperwear hijau.” Jawab Ethan.

“Semangka!” tanya Adaline berikutnya.

“Di bawah tuperwear pepaya!” Jawab Ethan.

“Sirsak?”

“Di bagian bawah sekali, di dalam kulkas.” Terang Ethan.

“Anak Gorila?” pinta Adaline yang sudah saking kesalnya karena semua yang ia minta ada.

“Ada di taman samping rumah ku.” Jawab Ethan cuek lalu menoleh ke arah Adaline dengan tatapan datar.

“Apa perlu anak gorila nya aku ajak makan bersama dengan mu?” cetus Ethan masih dengan tatapan datarnya.

“Tidak perlu! Aku sedang makan dengan bapak nya!” Seru Adaline, yang tidak jadi makan dan langsung masuk ke kamar yang di tunjuk oleh Ethan tadi.

“Huft!! Dasar pengganggu!” sungut Ethan, yang kembali meneruskan membaca novel dari penulis kesayangannya, KAK UPE.

“Astaga!! Kenapa ini malah tidak ada lanjutannya??” gerutu Ethan kesal, sebab sedang asik-asiknya membaca malah bersambung. Padahal Ethan sangat suka dengan novel yang berjudul My Death Angel karangan kak Upe itu.

Dengan cepat Ethan pun menuliskan sesuatu di kolom komentar di aplikasi Novel toon itu. “ CRAZY UP DONG KAK UPE!!!!!!!”

Setelah menuliskan pesan itu, Ethan pun kembali ke kamar nya. “Mending lanjut baca di kamar!” Serunya, dan beranjak pergi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel